ECCEDENTESIAST (2)

2.8K 128 3
                                    

HAPPY READING

****
Erlina benar-benar kehabisan tenaga untuk melanjutkan putaran ke empat. Kakinya kini terasa seperti jelly yang siap melebur jika bergerak satu putaran~~ralat mungkin setengah putaran lagi

Erlina menghembuskan nafas lelahnya "Sial, Sial, sial. Tuh Mak Lampir gak ada hukuman lain apa selain lari di lapangan. Yang bermanfaat dikit ke kalau ngasih hukuman" dumel Erlina sepanjang larinya—- atau mungkin sudah berubah menjadi berjalan kecil

Berhenti sebentar Erlina melihat-lihat ke sekeliling sekolah—memastikan apa ada yang mengawasinya atau tidak. Dengan mata jelinya ia menelusuri setiap inci sekolah dan

gotcha

Ia tak mendapatkan sepeser guru pun sedang mengawasinya. Dengan senyum bangganya ia berjalan ke arah kantin— mengambil tasnya tak lupa membeli sebotol Aqua dingin. Semasa bodo dengan resikonya, jika sehabis olahraga meminum-minuman dingin

Dengan sekali tegukan, botol dengan merek Aqua itu sudah hilang setengah dari isinya "Huftt, dingin" ucap Erlina saat menikmati sentuhan dingin di tenggorokannya

Setelah itu ia berjalan dengan santainya menuju kelasnya. Padahal saat ini ia sudah terlambat 2 jam pelajaran

Erlina berdiam diri di depan pintu bercorak coklat dengan tulisan X IPA 1. Erlina Menghembuskan nafasnya kembali—-entah sudah berapa kali ia menghembuskan nafas hari ini

Erlina membuka knop pintu— masuk ke dalam "Good morning ibu cantikk" teriak Erlina dangan tampang tak berdosa—- sontak membuat semua perhatian tertuju kepadanya

Guru matematika yang sedang menjelaskan materi pun terpaksa harus berhenti karena mendengar toa mesjid yang baru saja mengubah suasana dari syurga menjadi neraka

Guru yang sering di panggil Mak Beti a.k.a Betania itu hanya menarik nafas bersabar melihat sikap bar-bar dari salah satu muridnya

"Pagi juga ERLINA" balas Bu Beti dengan sengaja menekankan kata Erlina

Erlina hanya cengengesan dengan senyum merekahnya—-berjalan ke arah Bu Beti untuk memberikan salamnya

"Sekarang kenapa lagi? Terlambat lagi?" Tanya Bu Beti malas harus mengulang ucapan yang sudah sering ia tanyakan kepada Erlina

"Eh ibu tau aja. Sebenernya si tadi saya engga telat, tapi entah kerasukan apa Jakarta tiba-tiba macet. Eh saya kejebak macet deh bu" jelas Erlina berbohong

"Kamu ini mau bohong ko bego" ucap Bu Beti jujur yang sontak membuat semua murid tertawa mendengar umpatan yang terlewat jujur

"Eh ibu ya ngomongnya. Nanti kebalikan jadi bego tau rasa loh bu. Inget bu KARMA IS..."

"REAL" jawab serentak semua murid

"Sabar Beti, sabar. Saya yakin saya bakal dapat syurga kelak karena menghadapi murid sinting seperti ini" ucap Bu Beti ceplas ceplos kepada dirinya sendiri. Kembali mendapati galak tawa siswa/i

Sedangkan Erlina hanya tersenyum penuh arti "Amin, kabulkanlah doa guruku ini ya Tuhan. Semoga kelak ia akan mendapatkan tempat di neraka— eh maap bu, lidah saya keselimpet tadi. Mau ngomong syurga jadi neraka. Hehehe" ucap Erlina yang kembali mendapatkan gelak tawa dari penghuni kelas kecuali tatapan membunuh dari sang guru

"Cepat kerjakan soal ini" perintah Bu Beti akhirnya—malas meladeni sikap Erlina

"Aye-aye capten" ucap Erlina lalu berjalan ke arah whitebord—- tak ada sekitar 5 menit ia mengerjakan, akhirnya ia selesai "Sudah bu"

Bu Beti memeriksa dengan seksama— tersenyum setelah melihat hasil yang Erlina kerjakan "Jawabannya benar, sekarang kamu boleh duduk kembali" ucapan Bu Beti sontak membuat seluruh penghuni kelas tercengang akan Erlina— memang Erlina terkenal akan prestasinya. Ia pun masuk sekolah ini karena beasiswa. Namun tadi, Erlina bahkan sempat tak mengikuti penjelasan dari Bu Beti mengingat baru memasuki bab 3 awal—- namun dengan mudahnya Ia mampu menyelesaikan soal tersebut tanpa ada kesalahan sedikitpun

"Thanks ibu cantik" ucap Erlina lalu berjalan ke arah bangkunya yang berada di pojok sebelah kanan barisan paling belakang

Erlina mendudukan bokongnya lalu bergerak mengambil buku pelajaran, sebelum sebuah suara mengganggu kegiatannya

"Lu dari mana lagi si El?" Tanya Kezia Mackenzie—- teman sebangku sekaligus sahabat Erlina yang sudah bersmanya 3 tahun belakangan ini

"Biasa nenek lampir rusuh" jawabnya—lalu melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda

"Kebiasaan banget si lu. Gak ada alarm apa ampe telat mulu. Lagian juga kenapa gak minta bangunin pembantu lu si atau gak bokap nyokap lu" ucap Kezia yang tanpa sengaja menyebutkan hal yang tabu bagi Erlina

"Udah ko, gua udah pasang alarm, tapi emang guanya aja yang kebo" jawab Erlina yang tanpa Kezia sadari raut wajahnya berubah

"Lain kali jangan telat lagi lu, kalau bisa pasang 10 alarm sekaligus" pinta Kezia

"Siap bos" balas Erlina yakin

Merekapun kembali fokus ke pelajaran yang sedang Bu Beti terangkan

SEE YOU NEXT PART

****THANKS FOR READING❣️✨DON'T FORGET TO LIKE AND COMMENT👍🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****
THANKS FOR READING❣️✨
DON'T FORGET TO LIKE AND COMMENT👍🏻

ECCEDENTESIAST (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang