PENYESALAN YANG SIA-SIA (41)

2.9K 85 0
                                    

HAPPY READING

Your Playlist : Love gone - Slander ft.Dylan Matthew

***
Langit terlihat begitu cerah, terik mentari terasa tepat berada di atas kepala. Cahaya mampu menyengat kulit mereka. Namun angin begitu berhembus dengan damai---mengantarkan gadis bermata biru laut dengan panggilan Erlina itu menuju rumah terakhirnya. Membiarkan gadis itu pergi menuju rumah Tuhan, berkumpul Bersama para malaikat-Nya dan tentu saja berkumpul Bersama mereka yang telah terlebih dahulu di panggil

Isak tangis menjadi pengantar bagi gadis yang tengah berada di dalam peti mati. Semua orang menatap peti yang tengah diturunkan menuju pusar tanah dengan raut tak percaya---semuanya terlihat seperti mimpi bagi mereka, khususnya bagi orang-orang yang memiliki hubungan khusus dengan Erlina

Tak menyangka gadis yang selalu terlihat baik-baik saja tanpa beban harus berakhir seperti ini. Gadis dengan sikap cerianya yang mampu membuat semua orang tersenyum akan tingkahnya, gadis dengan sikap beraninya yang menentang orang-orang jahat, gadis dengan sejuta senyum indah yang terpati di wajahnya kini harus pergi Bersama Tuhan

Membuat luka yang begitu dalam. Meninggalkan sejuta kesedihan untuk para orang terkasihnya. Membiarkan mereka mengenang gadis itu dengan senyum indahnya, walaupun kenyataanya jauh dari kata bahagia

Hemparan tanah merah itu mulai menutup peti Erina---semakin banyak, hingga akhirnya menjadi sebuah gundukan tanah. Terkuburnya Erlina bersamaan juga dengan terkuburnya kesakitan gadis bermata biru itu. Raga dan jiwanya terbukur beserta seluruh cerita yang ia bawa. Hanya sisa meninggalkan kesedihan bagi mereka, orang terkasih

Orang-orang mulai berlalu, meninggalkan Keluarga Mackenzi, keluarga Christoper, Keluarga Antonia, Alfaro dan Melvin yang tengah menatap sendu gundukan tanah itu

Mereka menyebarkan satu persatu bunga di gundukan tanah itu---membuatnya seper indah mungkin. Rasa kesakitan kehilangan orang tersayang tentu saja tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Seakan-akan separuh hidup mereka ikut terbawa dengan pergihnya Erlina

Kezia menatap nanar makam sahabatnya. Tak menyangka mereka berpisah kerena sebuah Kematian. Tak pernah terbayangkan sedikitpun di fikirannya Erlina akan meninggalkannya seperti ini. Memberikannya sebuah kehilangan yang begitu mendalam. Kini seorang yang sangat Kezia sayang telah pergi jauh meninggalkannya. Orang yang biasanya akan selalu berada di sisinya ketika dirinya lemah kini telah pergi, orang yang selalu membuatnya tersenyum kini sudah menjauh, orang yang selalu membuat hari-harinya indah kini harus pergi menjauh--membuat cahaya yang dulu begitu terang dalam hidupnya perlahan menjadi remang

Kezia terkulay lemas---tangannya gemetar memegang nisan sahabatnya. Bibirnya kelu untuk sekedar menyapa. Rasanya rongga dadanya begitu sesak. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini semua hanya mimpi buruk, namun ia kembali sadar bahwa semua ini nyata. Kezia mencoba tersenyum simpul, bagaimanapun juga ia harus tetap tersenyum di depan sahabatnya. Ia harus terbiasa baik-baik saja karena kini pundak dan telingannya telah hilang "Hai El. Kabarmu.. baik bukan?" ujar Kezia parau--air matanya terus menetes menyentuh gundukan tanah merah itu

"Kenapa kau jahat sekali? Mengapa kau pergi begitu cepat? Aku bahkan belum melindungimu atau membuat mu bahagia! Apakah kau marah karena aku membentakmu disekolah? Hingga akhirnya kau menghukumku" ujar Kezia parau---orang-orang hanya menatap Kezia sendu. Membiarkan Kezia mengeluarkan semua kesakitannya

"Aku minta maaf jika membuatmu marah. Maaf ya El huh? Kau mau kan memaafkanku dan menghampiriku lalu berucap bahwa ini semua hanya becanda. Bahwa jiwa dan raga mu masih tetap Bersama kita! Ya El, kumohon berhentilah marah dan cepat keluar dimana pun kau berada" ujar Kezia histeris. Ketidak iklasannya melepas Erlina membuat gadis itu berfikir macam-macam. Mencoba meyakinkan bahwa Erlina hanya tengah bercanda

ECCEDENTESIAST (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang