FAREWELL (42)

2.1K 72 0
                                    

HAPPY READING

Your Playlist : Dean Lewis - Be Alright

****
Setelah kepergian Rex dan Diana, hanya tersisa Alan, Heny, Vivvian, Alfaro dan Melvin. Satu persatu mencoba untuk mengucapkan perpisahan kepada Erlina

Alan terduduk lemah—-mimpinya perlahan masuk ke ingatannya. Ia tersenyum gusar. Matanya sendu menatap nisan putrinya. Tangannya bergetar untuk menyentuh pusaran itu. Tangisnya sedari tadi masih belum reda—hanya malah semakin kencang

Rongga dadanya terasa sempit, membuatnya sesak. Seperti ingin mati perlahan-lahan namun tak kunjung berakhir

"El ternyata kamu benar-benar memilih untuk pergi. Jika mimpi itu bisa dad ulang kembali, dad akan memilih untuk menghabiskan sisa waktu kita dengan tawa. Atau jika bisa dad ikut bersama mu" ujar Alan parau—nafasnya begitu tercekat. Bibirnya terasa sangat mati rasa. Pundaknya bergetar hebat menahan gejolak kepedihan ini

"Entah apa yang harus dad lakukan saat ini. Bahkan menyesalpun tak bisa membuat dad jauh lebih tenang, dad hanya akan kembali mengingat wajah cantik mu. Maaf kan dad. Maaf karena bersikap seperti iblis, maaf tak bisa menjadi super hero mu"

Alan menggenggam tanah merah yang masih basah itu dengan kuat—-menyalurkan semua kepedihannya "Dad harap kau masih mau bertemu dengan dad di waktu yang lain. Dad harap kau menunggu dad disana, lalu menyambut dad dengan binar bahagia.....El, tunggulah daddy" ujar Alan

Diam sejenak—-memandang sendu pusaran putrinya. Bangkit dari tempatnya "Sampai juga lagi El" ujar Alan sebelum menarik tangan istri dan putrinya menjauh

Penyesalan tinggallah penyesalan. Sayangnya kini, Erlina telah tiada dan kini hanya tinggal kenangannya saja. Ikhlas ataupun tidak, mereka harus mengikhlaskan gadis itu pergi menuju rumah Tuhan. Bergabung bersama ribuang bintang yang akan menerangi gelapnya malam. Bergabung dengan para Malaikat-Nya yang berada di kerajaan Tuhan. Serta bergabung bersama mereka yang sudah lebih dulu di panggil oleh Sang Pencipta

Menyisakan Melvin dan Alvaro yang masih setia menatap pusaran yang didalamnya terdapat gadis yang mereka cintai. Fikiran mereka melayang dimana sore itu Erlina berucap dengan sangat ambigau

Namun kini mereka sadar akan ucapan itu. Itu adalah ucapan perpisahan yang halus. Ucapan terakhir kalinya untuk mereka

Alfaro dan Melvin berjongkok. Melvin berada di kanan sedangkan Alfaro berada dikiri pusaran Erlina

Mata mereka menatap semua ini dengan pandangan tak percaya, Alfaro lalu mengangakat suaranya "Sepertinya kau telah menyiapkan semua ini El" ujarnya parau

Melvin menelan salivanya kasar. Tangannya terkepal erat. Tadi pagi ia begitu terkejut begitu Alfaro mengabarinya, membuat Melvin merasakan kehilangan setengah dunianya

"Apa yang terjadi?" Tanya Melvin—matanya masih setia menatap pusaran gadis yang ia cintai. Ia belum tahu mengapa gadis itu pergi meninggalkannya

Alfaro menghembuskan nafasnya—-rasa penyesalan merambat masuk ke dalam dirinya. Bagaimana pun juga ia bisa mengerti bahwa semua ini salah dirinya. Karena dirinya Vivvian cemburu dan berakhir seperti ini

Alfaro lalu menceritakan semuanya. Tak ada yang terlewat satu pun. Sedangkan Melvin mengepalkan tangannya kuat—-matanya menatap nyalang Alfaro

Setelah menyelesaikan ceritanya, Melvin dapat melihat jelas gurat penyesalan di dalam manik mata itu. Namun amarahnya masih terasa di hatinya—ia bangkit "Ikut gua" ujar Melvin—lalu berlalu pergi

ECCEDENTESIAST (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang