FEELS BREAKED (30)

867 51 3
                                    

HAPPY READING

Your Playlist : Shallow - Lady Gaga & Bradley Coop

****
Erlina tiba dirumah pukul delapan malam. Sekarang ia berjalan masuk kedalam rumah, tak peduli lagi jika Daddynya akan memukulnya atau apapun itu. Kakinya terus melangkah masuk. Pandangannya terarah ketika melihat daddynya tengah berdiri di depan tangga dengan kayu rotan di tangannya. Matanya terlihat jelas menajam, raut wajahnya begitu tak bersahabat. Berbeda dengan hari-hari biasanya. Sempat heran namun ia kembali tak peduli, ujung-ujungnya ia juga akan hanya menerima pukulan dan cacian

"Dari mana lagi kamu jalang?" tanya Alan tak berperasaan. Ada sesuatu yang terlihat berbeda dari daddynya kini

Degg

Sebisa apapun Erlina mencoba mengabaikan rasa sakit ini, namun tak ayal ia akan tetap kembali dalam kepedihan tak berujung ini. Sesering apapun daddynya menghinanya, rasa sakit di dadanya tak pernah kunjung menghilang. Rasanya ia masih saja tertusuk ribuan pisau tak kasat mata

"Sudahlah Dad, Erlina Lelah. Lakukanlah" ucap Erlina lemah, mempersilakan Alan untuk mumukulnya seperti hari-hari biasa

"DASAR JALANG KECIL, KAU TAK TAHU DIUNTUNG YA!! SUDAH BAIK SAYA MAU MENAMPUNG GADIS MURAHAN SEPERTI MU, TAPI YANG SAYA DAPAT HANYA BALASAN MENJIJIKAN!! KAU BENAR-BENAR JALANG TAK TAHU MALU YAAA?!!" murka Alan, entah apa yang tengah merasuki Alan. Namun dari cara ia menatapnya, bahkan ucapannya terkesan Erlina sudah melakukan kesalahan yang fatal

Dengan susah payah, Erlina berusaha menahan beningan crystal yang siap meluncur "Dad berhentilah memanggilku seperti itu. Diriku bukan seperti apa yang dad ucapkan. Berhentilah, kumohon untuk kali ini atau tidak akhirilah ini semua sekarang. Kau tahu dad? Aku sudah terlalu Lelah untuk terus menghadapi ini semua, jadi kumohon hentikanlah. Kau pasti tak akan pernah merasakan apa yang kurasakan. Ketika dimana orang yang kau sayang nyatanya ia lah yang paling memberimu luka yang begitu dalam. Jadi kumohon berhentilah" pinta Erlina parau, dirinya benar-benar merasa Lelah kali ini. Rasanya bahkan ia tak kuat lagi untuk selalu berpura-pura bahwa semuanya terlihat baik-baik saja. Kini pertahanannya sudah runtuh, ia tak bisa berbuat apa-apa lagi kali ini. Hanya menunggu kemana akhir ini berlalu

Separuh hati Alan rasanya remuk mendengar penuturan Erlina yang begitu terlihat lemah. Wajahnya kini tak lagi beraura tegar, matanya yang hanya pasrah menatap Alan namun tak kunjung mengeluarkan genangan air mata, serta suaranya yang begitu manyayat separuh hatinya. Namun sisi lainnya tetap tak merasakan apa-apa, rasanya satu sisinya sudah terlalu dingin, membuat dirinya tak bisa mengendalikan dan membedakan semua yang ia rasakan

"SIMPANLAH OMONGAN KOSONG MU YANG TAK BERGUNA. SAYA TAK AKAN PERNAH BERHENTI MENYIKSAMU SAMPAI SAYA DAN KELUARGA SAYA PUAS. KARENA JALANG SEPERTI DIRIMU, KELUARGA SAYA SELALU SAJA MENGALAMI KESIALAN DAN SEKARANG LIHATLAH APA YANG KAU PERBUAT KEPADA PUTRI SAYA BRENGSEK" teriak Alan murka--tangannya tanpa bisa dielak menampar kembali pipi Erlina, mengulanginya berkali-kali hingga membuat wajah Erlina begitu bengkak. Namun tak sampai disitu saja, Alan kembali memukul Erlina secara membabi buta. Tak menghiraukan Erlina yang sudah terkapar lemah di lantai, ia tetap setia memukul bahkan menendang perut Erlina. Hingga ia merasa Lelah, barulah ia meninggalkan Erlina yang tengah menahan sesak di dada dan sakit di sekujur tubuhnya

Miris. Erlina terlihat sangat miris dan mengenaskan saat ini. Wajahnya penuh luka Lebam, hidung serta mulutnya bahkan mengeluarkan darah segar. Mata kirinya terlihat sangat memar, bahkan mungkin tubuhnya kembali memar

ECCEDENTESIAST (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang