HAPPY REDING✨
Your Playlist : When Your Gone - Avril Lavigne
****
Tidurnya terasa terusik oleh silaunya cahaya. Perlahan tapi pasti Alan mencoba membuka matanya--menyesuaikan sinar yang masuk kedalam indra pengelihatannya. Terkejut ketika matanya sepenuh telah terbuka lebar "El apa yang kau lakukan?" tanya Alan kaget melihat putrinya tengah menatap wajahnya yang baru ia sadari bahwa paha anaknya menjadi sandaran kepalanya
"Dad sudah bangun?" bukannya menjawab Erlina malah balik bertanya. Lembut sekali, suaranya begitu berbeda dari yang Alan pernah dengar. Rasanya suara itu begitu alus dan hanya ada rasa kasih sayang terpancar di senyum tulus putrinya
Alan bangun, menatap putrinya dengan penuh tanda tanya. Apalagi setelah matanya menjelaja kesekitarnya. Pohon-pohon hijau yang lebat, kupu-kupu yang terbang di sekitarnya, danau indah dengan angsa-angsa, kelinci-kelinci yang melompat-lompat di sekitar area. Tempatnya sangat-sangat indah, Alan yakin tak ada tempat seindah dan sedamai disini. Langitnya pun begitu terlihat sangat biru dengan awan-awan tebalnya. Walaupun cahaya mentari terasa sangat terik, tapi berbeda dengan suasanya. Hanya ada angin yang similar-similar dengan sejuk. Membuat beberapa helai rambu Alan terombang mengikuti ritme angin, begitu pula dengan Erlina yang membiarkan rambutnya tergerai indah. Ada sebuah mahkota dari lilitan ranting-ranting kayu dengan bunga-bunga indah yang menghiasinya, dress putihnya yang Nampak sangat elegan membuat dirinya seperti seoarang malaikat sungguhan. Terasa sangat damai sekali disini—-apalagi ketika dirinya dan Erlina tengah duduk di bawah rindangnya pohon
"Tak apa dad. Kita sedang berada di sebuah tempat yang sangat indah. Jadi tenang saja" ujar Erlina. Wajahnya tak pernah lepas dengan ukiran senyum indahnya, membuat Alan terpukau akan kecantikan putrinya
Tersadar ketika matanya dengan lekat menatap wajah dan tubuh putrinya--seketika raut khawatir dan penyesalan terlihat jelas di wajah pria paruh baya itu. Dengan segera tangannya mendekap pipi Erlina "El kau tak apa? Apa lukanya masih sakit? Kenapa kita disini? Kita harus segera ke rumah sakit sayang!" ujar Alan panik--tangannya terus memeriksa luka-luka dan memar-memar yang pernah ia perbuat, namun tak ayal matanya tak mendapatkan sedikitpun luka atau Lebam di sekujur tubuh putrinya
Erlina tersenyum hangat--tengannya menggenggam erat kedua tangan Alan. Mata birunya menatap lekat mata hazel milik daddynya "Dad, El baik-baik saja. El sudah sembuh. Jadi jangan khawatir lagi ok?" pinta Erlina masih dengan senyum merekahnya
Alan menatap putrinya sendu. Ingatan ketika luka-luka itu masih ada kembali menyerebuk luas di kepalanya. Air matanya perlahan mengalir begitu saja. Dadanya sesak, namun juga bahagia saat melihat tubuh Erlina yang terlihat sangat-sangat bersih, jauh dari kata luka-luka "Sayang maaf...maafkan daddy, maaf telah menjadi orang tua yang buruk, maaf tak bisa melindungimu sebagaimana mestinya, maaf selalu menyakitkanmu. Maaf" lirik Alan pilu, ia tak tahu harus berkata apa lagi selain menyesal dan meminta maaf. Alan menunduk, tak sanggup melihat wajah putrinya yang tersenyum tulus, seakan-akan ia tak pernah menyakiti gadis itu
Erlina menjulurkan tangan kanannya---menyentuh lembut dagu daddynya yang sudah di tumbuhi dengan bulu-bulu. Membuat Alan mendongak, menatap manik mata indah putrinya. Terlihat begitu jelas di mata biru itu, tidak ada dendam, tidak ada kesakitan dan tak adalagi genangan air mata. Hanya ada sebuah rasa kasih sayang yang terlihat jelas di manik mata itu "Tak apa dad. Sebelum kau meminta maaf, El sudah lebih dulu memaafkan daddy dan yang lainnya" ujar Erlina, berusaha membuat rasa penyesalan Alan menghilang. Walaupun tak dipungkiri, rasa itu masih akan setia berada di hatinya
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST (COMPLETED)
Novela JuvenilKetika kau terlahir dan menemukan dirimu sangat-sangat dibenci oleh keluargamu sendiri. Kau pasti akan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa aku dibenci? Kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga mereka membenciku? Gadis dengan bola ma...