KESEPAKATAN (25)

973 48 0
                                    

HAPPY READING

Your Playlist : Surrender - Natalie Taylor

***
Dengan raut khawatir, Olivia mendekat--menyibak baju yang Erlina tadi sempat ia tutupi lukanya "Ada apa ini?"

Kezia berdiri--menatap Erlina dengan penuh makna siratan, apa yang harus ku katakana? Mengerti dengan tatapan tersebut, Erlina menghela nafas pelan. Berbalik menatap wajah khawatir Olivia. Tersenyum mencoba membuat kekhawatiran Olivia berkurang. Walaupun hasilnya nihil

Olivia tetap mendesak mereka berdua. Bertanya apa penyebab dari luka-luka dan memar ini! Segala macam alibi Erlina dan Kezia coba, namun nyatanya memang alasan mereka tak masuk akal. Begitu pula dengan Olivia yang tidak bodoh, mengetahui makna-makna dari luka tersebut "Ceritakanlah...Semuanya!" titih Olivia

Dengan berat hati Erlina mulai menceritakan penyebab luka yang ia dapat. Dapat ia rasakan setiap kata yang ia keluarkan bagaikan tombak yang mengunus hatinya, begitu pula yang dapat ia lihat kepada Olivia. Marah. Jelas kata yang dapat menggambarkan sosok Olivia saat ini. Matanya memerah, mengeluarkan segala kesedihan mendengar apa yang Erlina ceritakan

"Ayo kita lapor polisi" ajak Olivia--berdiri sambil menggenggam erat tangan Erlina. Berhenti ketika Erlina mengeluarkan suara "Tidak perlu mam. Ini hanya luka biasa" ujar Erlina mencoba menenangkan Olivia

Mendengar celotehan Erlina, malah membuat Olivia menatap dirinya marah. Tak menyangka gadis itu hanya mengucapkan bahwa ini hanya luka biasa? "Astaga El, luka mu begitu parah dan kau masih bisa menyebutnya dengan biasa saja? Terkadang kau harus bisa membedakan mana kasih saying mana tindakan bodoh!" omel Olivia. Mungkin Olivia memang tak berhak memarahinya, namun bagaimanapun juga Erlina sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Otamatis ia tak akan menyukai seseorang yang melukai anaknya, barang sehelaipun

Erlina dan Kezia sama-sama terdiam. Tak berkutik mendengar kemarahan Olivia. Memang ucapan Olivia ada benarnya, seharusnya ia bisa membedakan mana kasih sayang dan mana kebodohan. Namun Erlina memang seperti itu, dirinya tak akan pernah bisa membenci keluarganya. Apalagi daddynya

Beruntungnya, diwaktu-waktu seperti itu. Moreno Mackanzi a.k.a papa Kezia datang. Heran sekaligus bingung melihat ketiga wanita yang ia sayangi tengah menangis "Hai, ada apa ini?"

Kezia dan Erlina mendongak, menatap wajah Moreno dengan tegang. Takut-takut papanya juga akan marah. Sedangkan Olivia, ia menatap nanar Moreno "Lihatlah apa yang dilakukan keluarga brengsek itu terhadap Erlina. Anaknya sendiri" jelas Olivia

Moreno menggerutukan keningnya. Tak mengerti apa yang barusan Olivia katakan--ia beralih menatap Erlina yang tengah menunduk. Terkejut melihat luka serta Lebam-Lebam di sekitar area tangan gadis itu "Apa maksudnya ini Erlina?" tanya Morena khawatir--tangannya tak lepas menggenggam lengan Erlina yang terluka

Erlina hanya diam, tak tahu harus berkata apa. Sedangkan Moreno yang mendapat kebisuan dari lawan bicaranya, beralih menatap Kezia. Mencoba meminta jawaban

Kezia menggigit bibir bawahnya. Ragu harus menjawab atau tidak. Namun setelah itu ia memutuskan untuk memberitahu apa yang selama ini Erlina hadapi. Sontak pernyataan Kezia membuat Morena terkejut sekaligus marah. Tak menyangka apa yang baru saja ia dengar. Ia mencoba memastikan penjelasan Kezia dengan kembali bertanya kepada Erlina. Namun bisunya Erlina membuat Morena yakin akan kebenaran penjelasan Kezia

Hening. Suasana dikamar itu terasa pengap. Tidak ada yang berbicara--mereka saling diam, memikirkan apa yang terjadi. Begitu pula dengan Erlina yang hanya dapat menangis dalam diam

"Lebih baik kita melaporkan mereka ke kantor polisi" ucap Olivia untuk kedua kalinya

Moreno menatap istrinya--beralih menatap Erlina yang kini tengah menatap Olivia sendu. Seakan-akan memohon untuk tidak melakukan itu semua. Mengerti situasi yang Erlina rasakan, Morena akhirnya angkat bicara "Papa dan mama tidak akan melaporkan mereka ke kantor polisi. Asalkan kau berjanji!" ujar Moreno

Erlina menatap Moreno--tatapan yang sebelumnya sendu. Berubah menjadi sedikit ceriah. Ia mengangguk "Janji apa?"

Moreno menghela nafas sebentar-- walaupun rasanya ia ingin sekali menjebloskan keluarga Erlina kedalam penjara. Namun ia harus memikirkan perasaan Erlina, bagaimana pun juga itu keluarga Erlina. Tentu saja gadis itu pasti sangat menyayangi mereka, sampai-sampai tak ingin menjebloskan mereka "Janjilah, jika mereka sekali lagi berbuat kasar padamu. Bilanglah pada kami" penjelasan Moreno sedikit membuat Olivia tak setuju, ia tak ingin kembali melihat putrinya tersiksa lagi. Namun Moreno menjelaskan secara perlahan-lahan, agar istrinya mengerti bahwa mereka tak berhak menuntut jika Erlina saja tak mau. Olivia akhirnya mengalah

Erlina menimbang-nimbang. Bertanya-tanya dalam hati, apakah ia bisa untuk tetap berjanji? Bagaimana jika ia malah membohongi mereka?

"Bagaimana?" ujar Moreno untuk kedua kalinya

Dengan tekatnya--Erlina tersenyum, mengangguk dengan yakin "Baiklah pah"

Moreno kemudian tersenyum--memeluk lembut, tak ingin menyakiti anaknya. Erlina lalu membalasnya dengan erat, kemudia menatap Olivia dengan senyumnya. Mengangkat tangannya--memberi kode untuk Olivia juga ikut memeluknya. Olivia tersenyum, lalu memeluk Erlina, kemudian Morenopun menyuruh Kezia untuk ikut berpelukan dan jadilah mereka berempat berpelukan dengan erat. Terlihat seperti keluarga yang sangat harmonis

Setelah acara-acara kesedihan yang melanda mereka--mereka kemudia beranjak menuju meja makan. Mengisi perut mereka yang bergejolak untuk di asupi makanan. Bercanda tawa--melupakan sejenak masalah yang menghantui salah satu keluarga mereka

****

Angin malam terasa membelai indah tubuh Erlina. Tersenyum menikmati sejuk dan indahnya malam ini. Menatap bintang dan bulan yang menghiasi gelapnya malam "Kejadian demi kejadian silih berganti. Tetapi bintang dan bulan tetap melaksanakan tugasnya, menghibur mereka yang tengah berusaha mencapai puncak kebahagiaan. Ada yang berjuang seorang diri dan adapula yang berjuang Bersama" ujar Erlina ambigau--berbincang kepada indahnya alam

Berhenti sejenak. Menatap penuh bahagia ribuan bintang yang tengah bercahaya. Tak sengaja matanya menangkap satu bintang yang begitu bercahaya diantara bintang-bintang disekitarnya. Berdiri--lalu mengambil buku bernuansa abu-abu kesayangannya. Setelah itu kembali menatap bintang tersebut

Tangannya menari begitu lihai, mengukir setiap kata-kata yang menjadi kesedihan hidupnya. Sekali-kali tersenyum menatap bintang, kemudian melanjutkan kembali rangkaian katanya. Tak terasa beberapa butir air terjatuh. Menjadikan tetesan tersebut sebagi bukti di atas rangkaian kata pedih gadis tersebut

Matanya memang menangis, namun senyumnya tak pernah pudar. Berfikir bahwa hidupnya hanya akan sia-sia jika menghabiskan sisa umurnya hanya untuk kepedihan yang tak ada akhirnya

Malam indah itu. Erlina menumpahkan segala kisanya. Membiarkan tangan lentiknya menari mengikuti irama hati seorang gadis cantik. Buku abu-abu tersebut kembali menjadi saksi hidupnya malam ini

SEE YOU NEXT PART

*****THANKS FOR READING✨❣️DON'T FORGET TO LIKE AND COMMENT👍🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****
THANKS FOR READING✨❣️
DON'T FORGET TO LIKE AND COMMENT👍🏻

ECCEDENTESIAST (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang