FAMILY (23)

1K 47 0
                                    

HAPPY READING

Your Playlist : Million Reasons - Lady Gaga

****
Erlina tiba dirumahnya, setelah seharian Bersama dengan Rex. Ia bahkan sampai lupa mengabari sahabatnya dan benar saja banyak sekali miss call dari Kezia

Huftt

Gadis itu masuk perlahan-lahan. Seperti biasa, ia tak boleh katahuan jika pulang larut malam. Apa lagi saat ini ia pulang lebih malam dari biasanya

"Kau memang tak pernah belajar dari kesalahan ya" suara itu, suara tajam dan dingin milik daddynya

Erlina merutuk dalam hati. Selalu seperti ini--menatap manik tajam hitam pekat itu dan seperti biasanya, ia hanya bisa mengucapkan kata maaf. Entah sudah berapa ratus kali kata itu menjadi teman hidupnya

"Maaf? Kata yang selalu kau berikan? Tak adakah kata lain yang lebih bagus?" tanya Alan tajam

Erlina menatap pria satu-satunya yang bahkan tak pernah sekalipun memeluknya, menciumnya dan menenangkannya dikala sedih "Untuk apa? UNTUK APA AKU MENGATAKAN HAL LAIN, JIKA PERILAKU YANG DADDY BERI TETAP SAMA!" teriak Erlina marah, entahlah--paresaannya kali ini benar-benar frustasi. Toh Daddynya akan tetap sama. Memukulnya

Alan sempat diam sesaat---namun amarah yang begitu dalam membuat dirinya tak akan ada kata ampun. Hatinya sudah membeku. Tak ada lagi kata seorang ayah yang bersikap lembut untuk menjaga tuan putrinya

"BERANI SEKALI KAMU MEMBENTAK SAYA!" murka Alan

Plak

Entah sudah berapa kali pipinya merasakan nyeri, entah sudah berapa kali pula tangan yang seharusnya mengelus lembut rambutnya berubah menjadi seorang monster. Dimana ayah yang seharusnya menjadi seorang pahlawan bagi anaknya? Dimana seorang ayah yang setia setiap saat jika anaknya membutuhkan dirinya? Dimana seorang ayah yang selalu memeluk putrinya erat, membisikan lembut kepada putrinya bahwa semua akan baik baik saja!

Nyatanya pahlawan yang Erlina dapat tak seperti para pahlawan lainnya--ah ralat bahkan yang ia dapat malah seorang robot tak berperasaan

Cambukan, cacian, pukulan dan jambakan memenuhi seluruh tubuh gadis rapuh tersebut. Bersusah payah untuk melindungi wajahnya. Tak sekalipun ia merintih kesakitan, matanya hanya memerah, namun genangan air itu seakan habis dari hidupnya

Dengan tak berperasaan Alan terus menghukum Erlina. Menendang perutnya, menjambak rambutnya, bahkan mencambuk seluruh tubuhnya. Hingga ia Lelah, barulah ia berhenti--pergi meninggalkan Erlina yang tergeletak dengan darah di seluruh tubuhnya. Bersyukur begitu menyadari bahwa wajahnya dalam keadaan baik-baiknya

Erlina berusaha berdiri--menguatkan tubuhnya yang terasa begitu lemah dan tak berdaya. Sekuat mungkin ia menaiki tangga, tak sekali-kali tangannya merangkak begitu merasakan sakit

Mengobati lukanya seorang diri, bahkan ia pun tak tahu apa salap yang ia berikan menempel sempurna di semua lukanya atau tidak

Merapikan tubuhnya--setelah itu bergegas tidur. Menahan sakitnya luka luka yang menempel ditubuhnya. Sebisa mungkin ia memaksa untuk menuju alam mimpi

****

Gadis dengan cardigan abu-abu itu melangkah terlatih-latih menuju kelasnya, sesekali bibirnya meringis pelan

"EL" teriak Kezia dari belakang--lalu berlari menghampiri sahabatnya

Erlina hanya diam--menunggu sahabatnya datang "Iss kemarin lu kemana si? gua telefonin juga. Mending Rex juga gak masuk" dumel Kezia begitu tiba di depan Erlina

ECCEDENTESIAST (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang