HAPPY READING✨
Your Playlist : Say You Won't Let Go - James Arthur
***
Melvin dan Erlina tiba di sebuah pantai. Sepi, sunyi dan yang jelas sangat indah. Erlina bahkan tak bisa berkata-kata melihat pemandangan di depannya. Menatap Melvin dengan pandang tak percaya--hingga tak sadar ia memeluk Melvin dengan eratMendapat serangan Erlina, sontak saja membuat Melvin terkejut bukan main. Ia lalu membalas pelukan Erlina tak kalah erat, membuat Erlina akhirnya sadar apa yang tengah ia perbuat. Merutuki dirinya yang tak bisa mengontrol perasaan senangnya "Emmhh sorry" ucap Erlina malu
Melvin malah terkekeh melihat raut salah tingkah Erlina, ia lalu mengelus pelan rambut Erlina. Setelah itu menggenggam tangan Erlina menuju bibir pantai. Tegang? Tentu saja, Erlina bahkan yakin wajahnya kini terlihat seperti kepiting rebus
Belum sempat mereka tiba di bibir pantai, seseorang terlebih dahulu berteriak memanggil nama Erlina "ERLINAAA"
Merasa namanya terpanggil, Erlina berbalik badan. Terkejut begitu melihat Alfaro tengah berlari sambal tersenyum ke arahnya. Sama halnya dengan Erlina, Melvin malah sangat-sangat terkejut begitu melihat musuhnya mengetahui tempatnya "Sial, dia ngapain lagi di sini" rutuk Melvin dalam hati
"Al ngapain disini?" tanya Erlina heran, pasalnya ia tadi melihat Alfaro tengah Bersama saudara tirinya dan dengan tiba-tibanya, cowo tersebut sekarang tengah berdiri di depannya-- tersenyum indah ke arahnya
Dengan senyum yang setia menempel di wajahnya Alfaro berkata "Mau batalin rencana Melvin" ujar Alfaro dengan jujurnya. Bahkan tak ingin sedikit berbasa basi
"WHAT? BRENGSEK" umpat Melvin geram
Sadar suasana akan kembali menegang--Erlina menggenggam kedua tangan pria tersebut. Tersenyum indah ke arah mereka "Udah gapapa. Bukannya lebih asik kalau rame?" tanya Erlina
Sedangkan Melvin hanya mendengus pasrah. Rencana ingin mengungkapkan perasaannya harus berakhir gagal karena kedatangan tamu brengsek tak di undang ini. Berbanding terbalik dengan kejadian di kantin, Alfaro malah tersenyum menang. Rencana untuk membatalkan ide-ide gila Melvin akhirnya berhasil
Erlina masih tetap setia menggandeng tangan kedua pria tersebut--senyumnya pun tak pernah pudar. Ia mulai melangkah menuju bibir pantai, di apit oleh kedua pria tampan tentu saja. Melvin dan Alfaro pun memilih mengikuti Erlina. Kini hanya ada rasa senang dan bahagia untuk mereka bertiga
Mereka bertiga duduk--menselonjorkan kaki mereka. Menatap lurus ke arah indahnya matahari yang dalam hitungan jam akan berganti dengan bulan. Tersenyum, menikmati indahnya pemandangan dengan hembusan angin yang begitu menyejukan tubuh mereka
Beberapa menit terjadi hening. Melvin mengarahkan pandangannya menatap Erlina yang tengah memandang lurus. Rambutnya yang tergerai indah ikut terbawa dengan hembusan angin, memperlihatkan leher jenjangnya
Dengan percaya dirinya, Melvin menyandarkan kepalanya dibahu Erlina, tanpa memperdulikan Alfaro. Membuat Erlina kembali terkejut, namun ia kembali menormalkan semuanya, membiarkan Melvin menyandarkan kepalanya. Sedangkan Alfaro yang melihat benar-benar geram, rasanya ingin menjambak rambut Melvin agar kepalanya terangkat dari bahu gadisnya
Menyadari raut wajah tak enak Alfaro, Erlina terkekeh. Menepuk pundak lainnya, menyuruh Alfaro melakukan hal sama yang Melvin lakukan. Melihat itu Alfaro kembali tersenyum senang--menyandarkan kepalanya di bahu Erlina. Membuat kedua sisi bahu Erlina di penuhi dengan kedua pria tampan di sisinya
"Suatu saat kalian harus akur, jangan pernah lagi berantem hanya untuk hal-hal kecil. Cobalah untuk saling mengerti" ujar Erlina tenang
Kedua pria itu hanya menggelengkan kepanya yang tengah tersandar dibahu Erlina. Bertandakan bahwa mereka tak ingin dan tak mau untuk berdamai
Mendapati respon itu Erlina hanya terkekeh pelan, sebelum kembali melanjutkan ucapannya "Mungkin memang berat, namun percaya deh suatu saat nanti kalian akan membutuhkan satu sama lain. Jadi aku mohon, berjanjilah kalian akan akur dan tak pernah bertengkar!" pinta Erlina, bahkan ia tak menyadari mengunakan kata "Aku"
Mendengar permintaan aneh Erlina membuat kedua pria tersebut mengangkat kepala mereka dari sandaran bahu Erlina. Menyeringit bingung menatap Erlina
Erlian tersenyum ke arah mereka berdua--kedua tanganya satu-satu mengangkat tangan Melvin dan Alfaro. Menempelkan kedua tangan pria tersebut, setelah itu Erlina menggenggam kedua tangan Melvin dan Alfaro yang tengah menggenggam satu sama lain "Berjanjilah!" pinta Erlina untuk kedua kalinya
Melvin dan Alfaro saling tatap menatap, hingga akhirnya mereka menghembuskan nafas pasrah dan mengangguk menyetujui "Baiklah" ucap mereka berdua
Mendapati jawaban memuaskan yang Erlina dapat, ia tersenyum senang. Tak menyadari air matanya kembali menetes. Membuat kedua pria tersebut terkejut bukan main. Bertanya kenapa Erlina menangis. Sedangkan Erlina masih tetap tersenyum, walaupun air matanya mengalir. Ia kemudian memeluk kedua pria tersebut. Menumpahkan segala beban yang mengganjal hatinya. Rasanya semua beban yang ia simpan runtuuh begitu saja. Mungkin Erlina sudah tak kuat lagi untuk terus menyimpan beban berat ini
"Suatu saat jika gua pergi ninggalin kalian, kalian harus tetap percaya kalua gua bakal ada disini" tunjuk Erlina di hati Melvin dan Alfaro
"Lu ngomong apa si El?" tanya Alfaro merasa ambigau akan ucapan Erlina
"Lu ada masalah? Ceritain aja El" ujar Melvin
Erlina menggelengkan kepalnya--tersenyum memperlihatkan gigi rapih dan putih miliknya. Meyakinkan bahwa tak ada yang terjadi kepada dirinya
Melvin dan Alfaro pun hanya bisa pasrah, tak ingin membuat Erlina terluka. Mungkin saat ini Erlina belum bisa menceritakan apa yang tengah terjadi. Namun mereka yakin suatu saat Erlina akan menceritakannya kepada mereka
Sore menjelang malam itu pun kembali mereka habisi dengan canda tawa. Tak ada lagi kata permusuhan, tak ada lagi rasa egois masing-masing. Hanya ada kata bahagia yang terpancar dari ketiganya
SEE YOU NEXT PART
*****
THANKS FOR READING❣️✨
DON'T FORGET TO LIKE AND COMMENT👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST (COMPLETED)
Teen FictionKetika kau terlahir dan menemukan dirimu sangat-sangat dibenci oleh keluargamu sendiri. Kau pasti akan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa aku dibenci? Kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga mereka membenciku? Gadis dengan bola ma...