"Persiapkan diri dulu woi siapa tau di tolak," ujar Dino.
"Sama dompet juga, kan kalo ditolak perjanjiannya Lo neraktir kita semua," celetuk Hendery.
"Lu kalo ditolak jangan nangis ditempat, nangisnya dibawa pulang aja, jangan malu-maluin lo," Lucas menimpali.
"Lu semua emang anjing dah kaga ada duanya," sahut Yohan. "Doa in kek biar lancar apa gimana gitu kek, lu semua temen siapa sih anjing,"
Bukannya meminta maaf mereka malah tertawa senang melihat Yohan kesal.
"Yaudah lah lu berangkat aja sekarang, ntar kita nungguin lu sambil ngopi di tempat biasa," ujar Woojin.
"Dih ngapain, disini aje udah gua mager nyamperin lo semua kesana,"
"kalo kita tetep di rumah lo ini ntar malah ketauan lagi kalo kita sekongkolan, Lo kan nanti naruh motor dulu kesini," ujar Mark.
"Bener juga lu,"
"Pinteran dikit kek lu, bego mulu," celetuk Woojin yang kemudian mendapat lemparan bantal sofa dari Yohan.
"Yaudah gua berangkat dulu, lo semua bareng sekalian apa disini dulu?" Tanya Yohan.
"Disini dulu lah, ini cemiilan gua belum abis," jawab Dino.
"Sama nih minuman gua juga belum abis," sambung Hendery.
"Yang beli siapa yang ngabisin siapa," kata Yohan memandang datar semua temannya. "Yaudah gua cabut," sambungnya sambil mengambil kunci motornya.
"Yo" sahut mereka bersamaan.
.
Yohan
|gue di depan rumah lo Yer
Oke, bentar lgi gue turun|
|Sipp
Tidak Lama kemudian gerbang rumah Yeri terbuka, menampilkan Yeri Yang sudah rapi dengan pakaian olahraganya yang tidak sengaja memiliki warna senada dengan pakaian yang dikenakan oleh Yohan.Yohan merasa bahwa mungkin saja semesta tengah berpihak padanya.
"Kok bisa pas banget gini baju kita samaan warnanya," ujar Yohan sembari menyerahkan Helm kepada Yeri.
Yeri menerima Helm itu Dan memakainya. "Iya kebetulan banget,"
"Berangkat sekarang?" Tanya Yohan.
"Iya," jawab Yeri.
Yohan pun menjalankan motornya.
.
Mereka hanya menempuh perjalanan 15 menit untuk sampai ke rumah Yohan. Dan setelah sampai, Yohan memasukkan motornya ke garasi lalu menghampiri Yeri yang berada di depan gerbang rumahnya.
"Yakin nih nggak mau masuk ke rumah gue dulu?" Tanya Yohan memastikan setelah tadi ia sempat menawari Yeri masuk ke rumahnya tetapi di tolak secara halus oleh Yeri.
"Emm.. nggak usah deh Han, kapan-kapan aja," jawab Yeri.
"Yaudah ayo jalan," ajak Yohan.
Mereka pun berjalan beriringan menuju lapangan yang Yohan maksud. Dan entah kenapa pejalanan terasa begitu cepat bagi Yohan.
Ah, sesuatu yang menyenangkan memang terkadang cepat berlalu.
"Oh iya, tadi kok rumah lo kelihatan sepi?" Tanya Yeri.
"Emang nggak ada orang sih tadi, paling cuma ada bibi yang biasanya ngurusin rumah,"
"Mama papa lo kemana?"
"Mama Papa gue sibuk kerja, jadi ya jarang di rumah," jawab Yohan.
"Pasti sepi ya?" Tanya Yeri. Sedikit banyak gadis itu merasa prihatin dengan orang-orang yang ditinggal orang tuanya sibuk bekerja dan sendirian di rumah. Pasti rasanya akan sangat kesepian.
Yohan tersenyum kecil. "Kalo sepi sih pasti, tapi untungnya masih ada temen-temen gue Yang sering main ke rumah gue, jadi gue nggak begitu kesepian,"
"Syukurlah kalo gitu,"
Yohan lagi-lagi tersenyum kecil, ternyata gadis Yang tengah berjalan disampingnya ini mengkhawatirkannya.
"Duduk disana aja ayo," ujar Yohan setelah mereka memasuki area lapangan. Laki-laki itu menunjuk salah satu bangku yang berada cukup jauh dari mereka.
"Ayo,"
Yeri cukup terkesan melihat pemandangan tempat mereka berada sekarang. Tempatnya bersih dan pemandangannya indah. Ia merasa tidak menyesal menghabiskan waktu 15 menit untuk berjalan kaki menuju kesini.
Akhirnya mereka berdua duduk di bangku yang ditunjuk oleh Yohan tadi. "Gimana? Bagus nggak?" Tanya Yohan.
Yeri tersenyum. "Bagus, Han, gue baru tau kalo pemandangannya ini sebagus ini,"
Yohan tersenyum kecil. Tidak dipungkiri, ada perasaan senang ketika melihat gadis disampingnya ini tersenyum senang.
Matahari sedikit demi sedikit mulai kembali ke singgasananya. Menebarkan warna jingga menganggumkan di langit senja. Benar-benar menyajikan pemandangan alam yang indah.
Tempat duduk Yang mereka pilih ini rasanya benar-benar tepat. Yeri benar-benar terkesan.
"Choi Yeri," panggil Yohan.
Gadis disampingnya ini menoleh. Tepat ke arahnya. Dengan dihiasi sinar senja, entah kenapa Kim Yohan merasa bahwa Choi Yeri tampak menganggumkan.
Sejujurnya, ia belum pernah bisa memandang wajah Choi Yeri dengan seleluasa dan sedekat ini.
"Sebenernya gue udah mau ngomong ini dari lama tapi nggak pernah punya waktu Yang tepat," ujar Yohan.
"Ngomong apa?" Tanya Yeri.
"Gue.." Yohan meyakinkan dirinya sekali lagi untuk mengatakan ini pada Yeri.
"Gue suka sama lo,"
Senyum yang sedaritadi tampak menghiasi wajah Yeri kini sedikit meluntur.
Sejujurnya Yeri tidak pernah berpikir bahwa Yohan akan menyatakan perasaannya. Tidak pernah sama sekali karena ia pikir Yohan hanya menagnggaonya teman seperti ia menganggap laki-laki itu sebagai seorang teman.
Tapi ia lebih bingung tentang apa maksud Yohan menyatakan perasaan padanya sedangkan laki-laki itu masih bersama dengan gadis lain. Apa Yohan ingin mempermainkan perasaannya?
"Han, maaf.." Yeri menjeda kalimatnya.
"..Tapi mungkin gue nggak punya perasaan yang sama sama lo,"
Dari awal Choi Yeri memang tidak ingin dan tidak pernah berpikir untuk memiliki hubungan Yang lebih dari teman dengan Kim Yohan.
"Oh gitu ya," Yohan membuka suara. "Gapapa Yer, gue paham kok,"
Laki-laki Kim itu berusaha tersenyum walaupun sebenarnya ia merasa kecewa.
Mungkin saja saat ini bukan hanya harga dirinya yang terluka.
Tapi hatinya juga ikut terluka tanpa ia sadari.
_