Aku mengerjapkan mata ketika kudengar getar ponsel Android keluaran lama yang terletak di sisi kanan kepalaku. Kulihat terdapat deretan pesan dari kontak dengan nama 'Bang Ari'.
Setengah jam lagi, lawannya ecek-ecek, untung besar kalau lo mau. Gue tunggu sampai menit ke dua puluh, kalo nggak dateng berarti gue kasih ke yang lain. Motor udah gue siapin di markas.
Mataku terpejam lagi, untuk sekian detik. Kulirik jam kecil yang tergantung di dinding. Pukul setengah satu dini hari. Dengan penuh keraguan, aku mulai bangkit. Baru saja hendak berdiri, terdengar getar berulang dari ponselku. Kali ini bukan dari Bang Ari, tetapi Ina.
🏠: Rendra, aku kebangun. Pengin ke kamar mandi tapi takut.
Membaca pesan itu membuatku tidak tahan untuk tidak tersenyum. Segera, kutekan tombol telepon yang langsung diangkat oleh Ina. Terdengar kaki yang memijak lantai berulang dari sana.
"Sekalian tahajud biar nggak rugi, Na," ujarku memberi saran.
"Kamu juga, ya? Hp-nya aku taruh di luar, jangan dimatiin."
Aku hanya tersenyum sumir. Sejak tadi aku belum tidur, hanya memejamkan mata, berharap bisa larut ke alam mimpi. Ternyata sesulit itu. Pikiranku terus tertuju pada tawaran Bang Ari. Terdengar pintu yang dibuka. Disusul Ina yang bersuara, "Aku udah selesai, udah wudhu juga. Makasih, Rendra. Eh, kamu kok belum tidur?"
"Ini mau tidur, kok. Tadinya nggak bisa tidur, terus bikin puisi, eh tau-tau udah tengah malam," ujarku berbohong.
"Yaudah setelah ini langsung tidur. Kamu yang sering ngingetin aku buat nggak begadang."
Aku hanya terdiam mendengar itu.
"Rendra?"
Tersentak, kepalaku sontak mengangguk meski kutahu Ina takkan tahu.
"Langsung tidur, janji?"
Beberapa detik kubiarkan hening tanpa sahutan apapun. Hingga panggilan Ina membuatku tersadar dan memberi jawaban singkat berupa deham, "Hm."
"Assalamualaikum."
"Wallaikumsalam." Sambungan terputus usai itu. Ina mengirimkan pesan beberapa saat setelahnya.
🏠: Lucu ya. Aku shalat, minta sama Allah biar dosa-dosa aku dihapus setelah nelpon pacar aku :)
Aku terdiam membacanya. Kami benar-benar sadar dan tahu perihal itu. Siapa umat muslim yang tidak paham mengenai apa yang haram dan halal? Khususnya tentang apa yang kami jalani kini? Kami paham betul. Jangan meminta penjelasan, bahkan semua ini terlalu rumit untuk sekadar dipikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remang
Teen FictionUntuk perempuan secantik dan sebaik Ina, mana mungkin aku tahan untuk tidak menceritakannya kepada semua orang? Dalam bentuk tulisan yang kucoba rangkai seindah sosoknya, aku harap ia abadi selamanya bersama kenangan yang pernah ada. Selamat membaca...