Ina melangkah turun dari bus diikuti oleh Lestari di belakangnya. Menyelusuri jalan Malioboro dengan langit yang mulai menguning cantik.
"Kok banyak banget yang ke sana, sih, Tar?"
Lestari mengalihkan pandangannya dari kamera menuju banyaknya siswa-siswi dari SMA Bestari yang berjalan ke arah pasar sepertinya.
"Di sana banyak yang jualan baju, tas, gelang, dan barang-barang lain," jawab Lestari.
Sepasang mata Ina berpijar antusias. Ia lantas menarik tangan Lestari dan berujar, "IH, AYO KE SANA!"
"Bentar, ih, Na! Aku masih mau foto di sini!"
Ina berdecak, "Nanti aja!"
Akhirnya, mereka berjalan menuju tempat tersebut. Senyum Ina tidak berhenti terukir melihat keindahan jalan ini. Keramaiannya yang tidak membuat sesak, setiap sudutnya yang sangat cantik dan rasanya sempurna.
Hingga ketika keduanya memasuki gang yang penuh oleh penjual pakaian, dan banyak sekali barang-barang yang lain, Ina melihat satu laki-laki yang menarik atensinya di antara segerombolan orang.
Tidak ada yang tahu mengenai perasaan Ina yang tiba-tiba menyeruakkan kelegaan aneh, melengkapi yang kosong, menenangkan yang berantakan, menemukan yang dicari. Ina tersenyum tipis tanpa diketahui oleh siapapun. Kemudian ia berhenti di penjual tas selempang dan memilih.
"Menurut kamu bagusan yang ada bunganya di pinggir apa nggak, Tar?" tanya gadis itu seraya menunjukkan tas yang dimaksud.
Lestari menyahut, "Nggak tahuuu, aku bingung juga, nih."
Ina menghela napas.
Setelah cukup lama berada di dalam sana, keduanya akhirnya keluar. Langit ketika itu sudah mulai menggelap, tetapi masih menyisakan senjanya di batas cakrawala.
"Temenin aku beli kue di sana, ya." Permintaan Lestari langsung diangguki oleh Ina.
Keduanya memasuki toko kue yang berada di seberang jalan. Ternyata bukan cuma mereka siswa dari SMA Bestari yang ada di sini, ada beberapa yang lainnya. Ketika hendak mengambil kue di bagian atas, Ina tampak kepayahan.
Sampai akhirnya sebuah tangan menarik sebungkus kue yang diinginkan oleh Ina lalu mengulurkannya pada gadis itu, "Yang ini?"
Ina mendongak, melihat sosok laki-laki tinggi yang membantunya. "Iya, terimakasih banyak," ucapnya.
Seingat Ina, laki-laki itu adalah teman sebangku Rendra.
"Lo nggak beli juga, Ndra?"
Lamunan Ina buyar ketika mendengar pertanyaan itu terlontar. Pandangannya berpendar ke arah luar toko, dimana Rendra berdiri menunggu temannya itu selesai. Dilihatnya Rendra menggeleng malas. Pandangan keduanya terkunci untuk beberapa detik, hingga akhirnya Ina membayar ke kasir setelah dipanggil oleh Lestari.
Memasuki petang hari, lampu-lampu di jalan sudah mulai menyala. Malioboro dan keramaiannya yang damai, semakin cantik ketika lampu-lampu di sekelilingnya dinyalakan.
Rendra terlihat menunggu di salah satu bangku. Sementara Ina dan Lestari memutuskan untuk menunggu Kevin yang masih membayar di kasir. Laki-laki itu sepertinya berniat membawakan oleh-oleh untuk sekampung, mengingat banyaknya tas belanja yang ia bawa.
"Ahahahah makasih udah ditungguin," ucap Kevin ketika berjalan ke arah keduanya. Lestari hanya membalasnya dengan senyum tipis.
Mereka menyeberang jalan dengan mudah. Senyum Ina sulti memudar, matanya terus memancarkan kilau dari kerlip lampu. Sampai sepasang mata itu mengarah ke satu titik, merusak segala yang indah mengenai hari ini. Di sana, Rendra tampak duduk dengan satu perempuan yang entah siapa itu, mereka berbincang dan berfoto bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remang
Teen FictionUntuk perempuan secantik dan sebaik Ina, mana mungkin aku tahan untuk tidak menceritakannya kepada semua orang? Dalam bentuk tulisan yang kucoba rangkai seindah sosoknya, aku harap ia abadi selamanya bersama kenangan yang pernah ada. Selamat membaca...