Chapter 2 - Meetings & Games ✅

104K 2.9K 34
                                    

Ritz-Carlton Central Park,Manhattan
8.15 PM

Gio turun dari mobil Lamborgini Veneno miliknya sambil merapihkan sedikit jasnya. Ia melangkah kan kakinya dengan penuh percaya diri pada karpet panjang berwarna merah itu. Gio terus berjalan lurus memasuki gedung yang menjulang tinggi itu tanpa memperdulikan kilauan blitz kamera dari para wartawan. Wajah datar dan dingin membuat siapa saja dapat merasakan aura intimidasi yang kuat. Setiap langkah nya terlihat sangat tegas.

Semua media yang menyototnya, lagi-lagi hanya bisa menyorot pria itu yang sedang berjalan. Ya, Gio memang tidak pernah menyuguhkan dirinya untuk disorot para wartawan bahkan 1 menit sekalipun. Ia memang sangat tertutup tentang kehidupannya, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk perkembangan usahanya. Ia selalu menjadi incaran para wartawan karena di anggap jarang ngucapkan kata di depan kamera, malah yang Gio tampilkan justru sebaliknya yaitu wajah datarnya.

Sesampainya di lobby, William langsung memencet tombol naik pada lift tersebut. Sedangkan Gio hanya memasukan kedua tangan nya ke dalam saku celana bahan nya, menunggu lift terbuka untuk mengantar nya ke atas dimana acara pesta pernikahan sahabatnya itu di laksanakan.

 Sedangkan Gio hanya memasukan kedua tangan nya ke dalam saku celana bahan nya, menunggu lift terbuka untuk mengantar nya ke atas dimana acara pesta pernikahan sahabatnya itu di laksanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dilain sisi

Alexa masuk ke dalam walk in closet miliknya, ia menatap 3 dress terbarunya yang belum sempat ia pakai. Lalu, pilihan nya jatuh pada backless dress biru dongker yang menjuntai sampai mata kaki. Setelah berhasil memilih baju yang akan ia kenakan, Alexa langsung menatap rak sepatunya untuk memilih high heels yang cocok.

Tanpa menunggu waktu lama, Alexa segera mengenakan pakaian nya. Setelah selesai, tak lupa ia menyemprotkan parfum di area tertentu seperti kedua pergelangan tangan dan leher.

"Oh, my God. Sekarang aku merasa seperti aku yang akan menikah saja." Ucap Alexa entah pada siapa.

Ia berjalan ke arah meja rias, Tangan Alexa kini disibukan untuk merias wajahnya dan menata rambutnya. Ia tetap mengunakan make up natural khasnya, hanya saja sekarang ia menyapu sedikit kelopak matanya dengan eyeshadow yang sedikit lebih gelap, untuk menambah kesan tajam di matanya. Rambut panjang Alexa juga disanggul ke atas agar tidak menutupi bagian backless pada dress nya.

Alexa berdiri dan melangkah kan kakinya ke arah cermin besar di kamarnya. Ia tersenyum puas melihat penampilan nya. Seketika Alexa teringat sesuatu, Alexa reflek menatap jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukan pukul 7 malam, ia langsung memekik kaget karna menyadari bahwa dirinya terlalu lama berdandan.

"Kau benar-benar bodoh Alexa." Ucap Alexa kesal pada dirinya sendiri sambil mengambil tas lalu pergi meninggalkan apartemennya.

Didalam mobil Alexa memenggigit bibirnya, mencoba menghilangkan kecemasan yang seakan tak berujung. Ia terus menatap pemandangan diluar jendela, disana cahaya silau yang berasal dari kilauan blitz tampak menyerbu siapapun yang berjalan di atas karpet merah.

MSB (Sedang Dalam Tahap Revisi) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang