Seorang laki-laki berjalan gelisah kesana kemari di depan pintu salah satu ruangan rumah sakit besar, sorot khawatir di matanya terlihat dengan jelas.
Gio mengacak rambutnya frustasi kemudian meninju tembok ruangan rumah sakit hingga william menatapnya. William sudah mencoba menenangkan tetapi hasilnya ia malah mendapat 1 bogeman mentah di wajahnya hingga ia memutuskan untuk berdiri menatap tuannya.
Morgan menatap kosong lorong di depannya, andai saja ia memindik pistolnya tepat pada jantung grace mungkin alexa tidak akan seperti ini. Ia merasa bersalah atas kecerobohan nya.
Gio duduk di kursi tunggu yang tersedia, kakinya ia luruskan dengan posisi badan yang bersandar pada sandaran kursi. Ia menatap langit-langit rumah sakit lalu menghembuskan napasnya dengan kasar.
Bayangan wajah alexa dengan keadaan menahan sakit terus berputar di kepalanya. Ia tidak menyangka akan terjadi seperti ini, jika gio tau sejak awal mungkin ia lebih memilih untuk melakukan cara lain. Grace begitu tega melakukan nya pada alexa yang jelas tidak bersalah.
Pintu ruangan terbuka, gio spontan berdiri dan menghampiri dokter yang memeriksa alexa, William pun langsung berdiri tepat di belakang tuan nya, sedangkan morgan hanya menatap keduanya dari posisi duduknya.
"Keluarga Mrs.Winston?" Ucap dokter tersebut.
"I am his boyfriends." Ucap gio ketika sudah berdiri tepat di depan dokter tersebut.
"Keadaan Mrs.Winston untuk saat ini masih kritis, ia kehilangan banyak darah sehingga belum bisa di pastikan kapan ia akan sadar. Luka di perutnya cukup dalam sehingga ia membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu luka tersebut mengering." Ucap dokter tersebut menjelaskan.
Gio menganggukan kepalanya mengerti, "Apa aku boleh melihatnya?" Tanyanya.
Dokter tersebut tersenyum kemudian mempersilahkan gio untuk masuk. William menutup pintunya ketika morgan hendak ingin masuk ke dalam.
"Bisa kau buka?aku ingin melihatnya." Ucap morgan menatap william.
"Kusaran kan kau tenang dulu, berikan waktu untuknya terlebih dulu." Ucap william mencoba menyarankan morgan.
Morgan menganggukan kepalanya, "Baiklah," ucap morgan melangkat mundur, "Aku akan kembali lagi nanti, lukaku ini harus aku bersihkan." Sambung morgan
William menepuk pelan bahu morgan sebelum morgan pergi untuk pulang. Sebenarnya william merasa tidak tega melihat dokter tampan itu di penuhi dengan wajah memar karna kelakuan tuannya, tetapi itu tentu bukan sepenuhnya salah gio karna bagi william, morgan berbicara sangat lama tidak langsung pada inti sehingga membuat gio salah paham.
Gio berjalan pelan menatap seorang wanita yang tergeletak lemah di tempat tidur sambil memejamkan matanya, berbagai kabel dan selang menempel pada tubuh wanita itu.
Gio berdiri tepat di samping tempat tidur menatap alexa, ia berharap mata indah itu kembali terbuka dan menatap dirinya.
Ia menggenggam tangan alexa dengan kedua tangannya kemudian mencium dengan dalam, gio menundukan kepalanya, tak lama kemudian ia merasakan sesuatu mengalir di pipinya.
Ya, ia menangis.
Gio tidak bisa melihat keadaan alexa yang seperti ini, ia merasa sangat gagal menjaganya. Andai saat itu ia tidak mengizinkan alexa untuk keluar penthousenya mungkin hal ini tentu tidak akan terjadi. Ia benar-benar khawatir akan alexa sekarang, wanita itu berhasil membuatnya menangis karna takut akan kehilangan dirinya.
"Kumohon buka matamu sweetheart." Ucap gio kemudian mengangkat kepalanya untuk menatap wajah alexa tanpa melepaskan tangan alexa yang terus ia kecup berulang kali.
Alexa tetap menutup matanya, gio beralih untuk mencium dahi alexa, ia berharap wanita itu dapat merasakannya meski tidak membuka kedua matanya.
Setelah dirasa cukup gio menjauhkan tubuhnya lalu beralih untuk duduk di samping tempat tidur milik rumah sakit itu.
Carla dan lilian saling bertatapan, carla masih tidak menyangka dengan anaknya yaitu grace. Enam jam lalu ia di telepon oleh lilian bahwa ia harus ke mansion lilian karna ada hal yang harus di bicarakan dan ternyata hal yang lilian ceritakan padanya justru membuatnya kaget.
"Aku sungguh tidak menyangka bahwa ia mengetahuinya." Ucap carla pada lilian dengan wajah sedihnya.
"William memberi tahuku secara detail tentang kejadian itu. Jika kau tidak mempercayaiku kau bisa melihat bukti yang william kirimkan padaku." Ucap lilian.
Carla menatap lilian, "Tidak, aku tentu percaya padamu," ucap lilian kemudian mengambil tasnya yang tergeletak di sofa mansion besar itu, "Temani aku untuk bertemu dengan wanita yang tidak bersalah itu." Sambung carla.
"Baiklah, tunggu sebentar aku akan mengambil tasku." Ucap lilian kemudian berjalan menjauh dari hadapan carla.
---------------------------------
Graf Internasional Hospital, LA.
07.30 PMSebuah mobil hitam berhenti di depan lobby rumah sakit, pintu mobil tersebut terbuka kemudian keluarlah dua orang wanita dengan wajah yang begitu cantik di umurnya yang sudah menginjak kepala empat.
Carla dan lilian jalan berdampingan di lobby rumah sakit, para pihak keamaanan pun seketika tersenyum dengan ramahnya dan membungkukan sedikit tubuhnya. Karna seluruh orang yang bekerja disana tentu tau jelas siapa yang berada di lobby itu sekarang.
William membungkukan sedikit tubuhnya lalu mempersilahkan dua perempuan itu untuk masuk lebih dulu ke dalam lift.
Tingg!!
Lift terbuka.
William mempersilahkan carla dan lilian untuk keluar lift, kemudian menunjukan salah satu ruang rawat di rumah sakit tersebut sehingga carla dan lilian tidak perlu repot untuk mencari ruang rawat inap alexa.
Lilian mendorong salah satu pintu yang ada di lorong tersebut agar pintu tersebut terbuka. Carla berjalan tepat di belakang lilian.
Ketika berada di dalam tatapan carla jatuh pada gio yang tertidur dengan posisi duduk, kedua tangannya di lipat untuk menjadi bantalan tidurnya.
Tak lama kemudian tatapannya beralih pada seorang wanita yang menutup matanya dengan alat bantu pernapasan yang menutupi mulut dan hidungnya.
Ia menatap lekat wanita itu, tanpa sadar kakinya melangkah untuk berjalan mendekat. Ia merasa sangat familiar dengan wajah wanita itu. Ketika langkahnya sudah tepat di samping gio ia munutup mulutnya tidak percaya dengan kedua tangannya.
Lilian menepuk pelan bahu gio hingga gio membuka matanya. Lilian menatap anak semata wayangnya, pakaian yang sudah kusut, rambut yang berantakan serta wajahnya yang terlihat begitu lelah.
"Mom," Ucap gio sadar dengan kedatangan ibunya, lalu tatapannya beralih ke wanita dengan tatapan kagetnya, "Aunty?" Panggil gio ketika melihat ekspresi kaget gio.
Carla menatap gio, "Apa benar dia orangnya?" Tanya carla memastikan.
Gio menyeringit bingung, ia tidak mengerti siapa yang carla maksud. Lilian yang mengerti dengan arah pembicaraan carlapun membuka suaranya, "Ya, dia orangnya." Ucap lilian.
Carla berlinang air mata, ia benar-benar tidak menyangka bahwa gadis yang di lukai oleh grace adalah seorang gadis yang ia yakini sebagai anak kandungnya.
Lilian yang melihat sahabatnya berlinang air mata langsung melangkah kan kakinya untuk mendekat pada carla, ia mengusap pelan bahu carla menyalurkan kekuatan untuk sahabatnya.
"Tak perlu khawatir. Aku yakin ia pasti akan memaafkan grace meskipun kau yang mewakilinya. Dia gadis yang manis." Ucap lilian meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MSB (Sedang Dalam Tahap Revisi) ✅
Romance⚠️ Beberapa chapter di private, Harap follow terlebih dahulu!! [ Highest Rank #2 in Model ] [ Highest Rank #4 in CEO ] [ Highest Rank #1 in Beautiful ] [ Highest Rank #1 in Billioner ] [ Highest Rank #4 in Fiksi ] ⚠️ Harap bijak dalam membaca, menga...