Chapter 33

37.6K 1.2K 14
                                    

Gio menggeliat kecil ketika merasakan sakit dari lehernya, ia mengumpat pelan karena merasa dirinya tidur dengan posisi yang salah sehingga lehernya menjadi sedikit kaku sekarang.

Ia menoleh ke arah alexa yang masih terus memejamkan kedua matanya memastikan bahwa alexa baik-baik saja. Gio menyandarkan tubuhmya pada sandaran bangku lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana bahan miliknya. Gio memutuskan untuk mengecek beberapa email yang masuk.

Terdengar suara tangisan di ruangan kosong bernuasa putih bersih, alexa berjalan mencari sumber suara tersebut. Ia menatap seorang anak laki-laki di pojok ruangan memeluk kedua kakinya yang di lipat.

Alexa berjalan mendekat hingga anak laki-laki tersebut perlahan berhenti dari tangisan nya. Ia terus berjalan mendekat tetapi ketika hampir sampai 5 langkah lagi alexa malah terjatuh. Alexa berdiri lalu menatap anak laki-laki yang tadi menangis tetapi kini menatapnya.

"Gio." Ucap alexa.

Wajah anak lelaki itu sama persis seperti gio. Usianya terlihat seperti berumur 4 tahun, rambut berwarna coklat gelap membuat siapapun yang menatap anak lelaki itu akan menyukainya.

Ia mencoba berjalan tetapi kembali terjatuh. Didepannya ada kaca besar yang tak terlihat menghalanginya.

Anak laki-laki itu kembali mengecutkan bibirnya hendak menangis lagi, alexa menghentikan usahanya untuk menggapai anak itu.

"Jangan menangis aku akan membantumu." Ucap alexa.

Anak tersebut menggelengkan kepalanya.

"Tak apa, aku akan membantumu keluar." Ucap alexa lembut.

Alexa terus menatap anak lelaki itu, wajahnya begitu familiar. Mata berwarna cerah yang sama dengan milik alexa begitu membuat alexa merasa nyaman menatapnya.

Anak lelaki itu menatap alexa, ia tersenyum manis bahkan sangat manis lalu menunjuk ke arah alexa. Alexa menyeringit bingung, "Aku?"

Anak lelaki itu mengangguk.

Lalu tangan mungil anak itu beralih menunjuk pintu yang berada beberapa langkah di samping alexa.

Alexa mengikuti arah tangan kecil itu.

"Pintu?" Gumam alexa.

Alexa menatap anak lelaki itu lagi memastikan, anak itu tersenyum lalu menunjuk alexa dan pintu itu secara bergantian seakan menyuruh alexa untuk membuka pintu itu.

Alexa memutuskan untuk berjalan ke arah pintu itu, ia memegang gagang pintu tersebut. Ketika alexa hendak membuka pintu itu, alexa menoleh untuk menatap anak lelaki itu yang menatapnya dengan wajah tampannya.

Alexa membuka pintu tersebut.

Sinar putih menyilaukan indera penglihatan nya. Ia menghalanginya dengan tangannya, tetapi sinar terang itu benar-benar tak dapat ia tatap karna begitu terang.

Perlahan sinar tersebut mulai menyesuaikan dengan indera penglihatan nya. Alexa menatap anak lelaki tadi yang sedangmelambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum manis.

"T-tidakk Tunggu." Ucap alexa yang akhirnya masuk ke dalam ruangan putih tersebut dan terjatuh karna dibawahnya terdapat lubang.

Jari-jarinya tangan alexa perlahan bergerak.

Alexa mengerjapkan matanya perlahan, pandangannya tampak blur tetapi ia tetap berusaha mengerjapkan matanya berulang kali hingga penglihatan nya perlahan jelas.

Ia mengedarkan pandangannya menyusuri setiap sudut ruangan, tak lama pandangan nya terhenti pada lelaki yang tertidur dengan posisi kedua tangannya di jadikan bantalan, ia menatap lekat wajah gio yang tertidur dengan damainya, bulu halus mengisi rahang kokohnya,  bulu mata tebal yang menutupi sesuatu yang indah di balik kelopak matanya.

Tangan alexa perlahan bergerak untuk mengelus wajah lelaki itu, air matanya keluar tanpa alasan.

Gio menggeliat kecil tanpa berniat membuka matanya ketika merasakan sesuatu yang dingin menyentuh kulit wajahnya. Ia baru saja ingin melanjutkan tidurnya tetapi ia kembali merasakan gerakan halus di kepalanya.

Gio langsung membuka kedua matanya dan mengangkat kepalanya untuk menatap alexa. Gio mengucek pelan matanya memastikan pemandangan di depan nya adalah sesuatu yang nyata bukan halusinasi nya. Namun, yang ia lihat tetaplah sama.

Alexa menatapnya dengan mata yang bekaca-kaca sambil tersenyum manis, Gio menggelengkan kepalanya pelan merasa masih tidak percaya dengan pemandangan di depan nya.

"Kau terlihat bodoh." Ucap alexa pelan, ia tertawa kecil.

Gio menghentikan kegiatan nya ketika mendengar suara alexa, "Aku sedang bermimpi bukan?" Ucap gio mengacak rambutnya frustasi.

"Hey, hentikan!" Ucap alexa sedikit mengencangkan suaranya ketika kembali melihat gio dengan tingkah laku yang sangat aneh dimatanya.

"Tampar aku!" Ucap gio cepat.

Alexa menggelengkan kepalanya, "Kemarilah." Perintah alexa.

Gio mendekatkan dirinya pada alexa, tak lama kemudian alexa memegang kedua kepala gio menarik kepala gio agar mendekat.

Gio terus menatap alexa hingga merasakan sesuatu yang menempel pada bibirnya, alexa menciumnya, memberi lumatan kecil hingga gio  mencoba untuk membalasnya, tetapi belum sempat gio membalas ciumannya, alexa langsung mendorong pelan tubuh gio hingga ciumannya terlepas.

"Alexa? Are you kidding me?" Protes gio.

"Aku hanya memastikan bahwa kau tidak bermimpi, kau ini bisa-bisanya meminta lebih! Seharusnya kau berterima kasih karna aku tidak benar-benar menamparmu." Ucap alexa pelan karna tenaganya belum sepenuhnya terkumpul.

Gio mendekatkan dirinya lalu mencium dahi alexa cukup lama, "Terima kasih sweetheart." Ucap gio sambil mengelus pelan pipi halus alexa.

"Aku tidak meninggalkanmu," Ucap alexa meyakinkan, "Lagi pula kau bertingkah seolah aku meninggalkanmu." Sambung alexa.

"Memang kau sempat meninggalkan ku sweetheart walaupun tak lama, tetapi itu cukup membuatku tersiksa." Ucap gio sambil menyelipkan rambut alexa di belakang wanitanya.

"Apa aku tertidur cukup lama?" Tanya alexa memastikan.

Gio mengecup singkat hidung alexa lalu berkata, "Kau menutup matamu selama seminggu alexa." Ucap gio menjelaskan.

Alexa menatap gio tidak percaya, "Apa kau serius?" Tanya nya.

Gio hanya menganggukan kepalanya sebagai jawabannya.

Alexa hanya menghembuskan nafasnya pelan, ia tidak menyangka bahwa kejadian itu menghilangkan kesadarannya selama 1 minggu. Mengingat kejadian itu membuat alexa bertanya-tanya dengan lukanya.

"Bagaimana keadaan ku? Hm-maksudku luka yang aku alami." Tanya alexa.

Gio tersenyum, "Tak ada masalah dengan lukamu, hanya perlu menunggu luka itu sampai benar-benar mengering. Mungkin untuk saat ini kau masih harus berdiam diri di tempat tidur karna lukamu masih begitu rentan, tusukan itu cukup dalam alexa sehingga memerlukan waktu yang cukup lama." Jelas gio

Alexa menganggukan kepalanya, "Lalu bagaimana dengan grace?"

Gio menghembuskan nafasnya kasar, "Grace di rumah sakit jiwa alexa, bukan dia gila tetapi pihak dari rumah sakit itu sendiri yang menyarankan agar grace tetap berada disana. Seorang polisi yang sedang berjaga saat di penjara di tusuk oleh pisau kecil olehnya," Ucap gio, "Dendam di dalam dirinya membuat sisi buruk dari dirinya semakin menjadi alexa sehingga jika dia berada dalam kebebasan itu akan sangat membahayakan." Sambung gio menjelaskan.

Alexa hanya menatap kosong gio, "ini semua karnaku." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Gio mendekatkan dirinya lalu memeluk alexa, "Tidak perlu menyalahkan dirimu alexa, itu semua sudah terjadi. Grace hanya butuh waktu untuk mengerti." Ucap gio sambil mengecup puncak kepala alexa.

-------------------------------

Hallo readers aku up segini dulu yaa, untuk Chapter selanjutnya aku akan up Hari rabu🥰🖤

MSB (Sedang Dalam Tahap Revisi) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang