Enam

4.1K 409 15
                                    

- Happy Reading -

Hinata baru membuka matanya, tepat ketika suara alarm yang meraung keras disamping ranjang empuknya yang nyaman.
Mengambil jam kecil itu, menekan tombol kecil dibelakangnya untuk menghentikan suara berisik yang membuat kepalanya pening.
Duduk bersila diranjangnya, menguap lebar dengan mata mengeriyip yang belum sepenuhnya terbuka.
Mengusap sudut bibirnya yang terasa basah oleh air liur, menatap dengan bingung pada pemandangan yang ada dihadapannya.

"Sejak kapan aku ada dirumah ?" Gumamnya dengan tatapan menerawang, mengamati keseluruhan ruangannya.

Hinata masih mengenakan pakaiannya kemarin, dan akhirnya mendesah penuh kelegaan karena tidak berakhir mengerikan tanpa busana, seperti yang sering terjadi didalam drama.
Tapi tunggu dulu, sejak kapan Sasuke tau tempat tinggalnya ?
Password apartemennya ?
Atau, lelaki itu memang sengaja menguntitnya selama ini ?
Oh noo !!

Hinata nampak terkejut dengan pemikirannya sendiri, memeluk tubuhnya secara berlebihan.
Tatapannya bergulir ke kanan ke kiri, mencari sesuatu yang terlihat mencurigakan dikamarnya.
Hinata hanya khawatir jika Sasuke sengaja memasang alat perekam atau semacam kamera tersembunyi untuk mengawasinya.
Bergidik ngeri, pikiran yang terlalu liar hingga membuatnya menjadi sangat paranoid.
Sepertinya Hinata harus memeriksakan diri, bertanya apakah ia menderita semacam gangguan kepanikan atau sejenisnya.

Tidak mau membiarkan pikiran itu terus menyebar tanpa kendali, Hinata bangkit dari tempatnya dan berjalan cepat ke kamar mandi, setelah menyambar handuk bersih dari dalam lemarinya.
Tidak mau memikirkan tentang bagaimana Sasuke bisa masuk kerumahnya, atau apa yang dilakukan lelaki itu saat ia tidak sadarkan diri.

Berdiri mengamati tubuh telanjangnya, Hinata hanya sejak memastikan jika ia masih sama seperti kemarin pagi.
Tanpa tanda-tanda mencurigakan yang bisa membuatnya melayangkan tuntutan pada Uchiha Sasuke.
Hinata tidak berharap menemukan apapun, dan kenyataannya ia memang tidak menemukan apapun.
Sasuke tidak menyentuhnya, tidak melakukan kejahatan pada tubuhnya, dan tidak meraba-rabanya, setidaknya hanya itu yang bisa membuatnya seidkit tenang.
Menyentuh bibirnya sendiri, sontak saja wajahnya langsung merah saat mengingat bagaimana lelaki itu menciumnya kemarin.

"Aishh .. Hinata sadarlah."

Menepuk kedua pipinya dengan keras, menyadarkan diri dari radar kemesuman yang muncul begitu saja.
Sasuke dan pengaruh buruknya yang tidak bisa dilenyapkan dari kepalanya.
Bagaimana bisa Hinata melupakan rasa ciuman yang sangat mengganggu otaknya itu, tidak mau pergi dari ingatannya.
Sasuke adalah pencium yang hebat, predator handal yang bisa menyergap mangsanya kapanpun juga.

Menyelesaikan acara mandinya, menikmati pancuran air hangat yang merilekskan otot punggungnya yang terasa kaku.
Hinata tidak lupa dengan meeting penting pagi ini, meski sebenarnya ia lebih senang berada dirumah untuk seharian ini.
Bertemu dengan Sasuke adalah sesuatu yang sebisa mungkin dihindarinya.
Hinata hanya tidak mau bertemu dengan lelaki itu, setelah kejadian kemarin yang membuatnya sangat malu dan tidak nyaman.
Dibandingkan ketenangan, berada didekat Sasuke menimbulkan kegelisahan hebat dalam dirinya, rasa takut tak beralasan dan kekhawatiran tidak pada tempatnya.

Hinata sudah pernah mengecap pahit manisnya dari sesuatu bernama cinta.
Ia pernah dikhianati sebelumnya, disakiti sedalam-dalamnya oleh seorang pria, hingga ia masih sering merasa marah dengan spesies berbeda gender darinya itu.
Hinata bahkan secara terang-terangan mengutuk lelaki kurang ajar yang ditemuinya diluar sana, menyumpah pada lelaki bajingan yang hanya mengutamakan kemaluannya daripada otaknya.
Entah sampai kapan Hinata melakukannya, mungkin sampai ia benar-benar jatuh pada seseorang.
Seseorang yang bisa mengubah cara berpikirnya, menjadikannya perempuan normal seperti sebelumnya.

PERFUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang