Sebelas

2.9K 355 15
                                    

- Happy Reading -

"Karena kau sudah disini, sekalian saja melihatmu."

Itu adalah kalimat pembelaan yang dilayangkan Sehun, ketika Hinata memberondongnya dengan berbagai pertanyaan tentang kenapa dan ada apa lelaki itu bisa berada disini.
Sehun sedang melakukan penyelidikan tentang kasus yang ditanganinya, dan karena berada ditempat yang sama dengan Hinata, lelaki itu juga menyelidiki adiknya sendiri.
Ah tidak, bukan menyelidiki sebenarnya, tapi mengawasi.

"Apa aku harus melaporkanmu ke polisi ? Karena kau menguntit dan menerobos masuk ke apartemenku ?"

Hinata berdecak kesal, bukan hanya tentang Sehun yang menguntitnya selama beberapa waktu ini, tapi lelaki itu juga menerobos masuk ke tempat tinggalnya untuk menempatkan berbagai tanaman di bagian samping apartemennya.

"Tempat ini tidak mendapat siklus oksigen yang bagus. Setidaknya harus ada tanaman agar bisa membuatnya sedikit lebih baik."

"Ckckck, omong kosong."

Mendengus keras saat mendengar pernyataan tidak masuk akal yang dikatakan Sehun barusan, Hinata tidak pernah bisa paham dengan apa yang dipikirkan lelaki itu selama ini.
Sehun memang orang yang unik, dan keunikan itu yang sering membuat Hinata melayangkan kekerasan fisik tak seberapa pada kakak sepupunya yang dipenuhi kekonyolan dan omong kosong.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Sejeong unnie ? Kalian masih pacaran ?"

Mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari layar tablet pc yang ada di tangannya.
Sehun sedang melakukan analisis pada hasil kamera cctv yang menampilkan seorang lelaki dengan hodie hitam dan masker hitam yang menutupi wajahnya.
Itu adalah rekaman kamera yang barusaja dikirimkan oleh rekannya.
Hinata ikut melihatnya, meski ia sendiri tidak paham dengan kasus apa yang sedang diselidiki sepupunya itu.

"Baiklah, aku harus pergi. Jaga dirimu, Yumi-ah." Menepuk pelan puncak kepala Hinata, tersenyum lembut saat memajukan kepala dan memberi kecupan di kening adiknya.

"Hmmm.. pergilah." Sebenarnya Hinata merasa jauh lebih baik jika Sehun tidak berada dalam satu tempat dengannya.
Bukan apa-apa, Hinata hanya khawatir jika penjahat yang diburu kakaknya itu menjadikan dirinya target untuk melumpuhkan Sehun.
Auhh ... membayangkannya saja sudah membuatnya ngeri.

Hinata sangat tau, jika Ooh Sehun adalah salah satu detektif handal dan penembak jitu terbaik di kepolisian metro, bukan hal sulit baginya untuk melakukan berbagai penyelidikan, termasuk jika Hinata memintanya untuk menyelidiki ibu tirinya.
Hanya saja, Hinata sedang memikirkan konsekuensi apa yang didapatnya jika ia meminta Sehun melakukannya.
Dan hanya dengan memikirkan itu, sudah membuat Hinata mengambil keputusan untuk tidak mengatakan apapun pada kakaknya.
Cukup dirinya dan Neji saja yang mengatasi masalah ini.

Mengambil ponselnya yang tergeletak di meja ruang makan, memikirkan sesuatu yang lain dalam kepalanya.
Hinata bisa saja melakukannya sendiri, tapi itu terlalu lama dan tidak praktis menurutnya.
Dimana ia bisa meminta seseorang untuk melakukan untuknya, agar Hinata tidak terlalu pusing memikirkannya.

"Pein, kau bisa lakukan sesuatu untukku ? Bukan hal yang sulit. Dapatkan database kasus tentang pembunuhan Kizashi Haruno. Hmm, kirimkan secepatnya. Terimakasih, Pein."

Hanya dengan sekali tekan, Hinata bisa mendapat apa yang dia inginkan untuk menjatuhkan lawannya.
Hyuuga Hinata memang lebih sering bergaul dengan mereka yang berada di dunia hitam, seperti Yahiko Pein contohnya.
Pemimpin Yakuzu paling kejam yang nyatanya berteman baik dengan Hinata, bukan sembarang orang yang bisa memerintah kelompok Yakuzu bernama Akatsuki, bahkan pihak kepolisian dan pemerintah saja tunduk di bawah kekuasaan lelaki bertindik banyak itu.
Anggap saja jika Hinata membawa keberuntungan tak ada habisnya selama ia hidup.

"Aku lelah sekali hari ini,"

Mengeluh sambil meregangkan lehernya yang kaku, ada terlalu banyak hal yang dilakukannya selama seharian ini.
Belum lagi dengan kepalanya yang mendadak pening setiap kali mengingat adegan tak senonoh yang dilakukan ibu tirinya di dalam rumah yang dibangun ayahnya itu.
Hinata mual, semakin jijik pada sampah masyarakat yang tidak berguna seperti mereka.

"Akan jauh lebih baik jika mereka mati saja."

Mendumel sambil merangkak naik ke ranjangnya, menyamankan diri dalam kehangatan selimut tebal yang mengubur sampai di bawah dagunya.
Hinata dan kebiasaannya saat tidur, sering menjadi bahan candaan untuk orang-orang disekitarnya.
Termasuk Sehun dan Neji yang sering menertawakan kebiasaannya itu.

...

Uchiha Sasuke tidak pernah menyadari sebelumnya, tapi belakangan ini ia mulai curiga pada Hinata dan koneksinya yang tidak main-main.
Perempuan berwajah manis dengan sikap dingin yang sering membuatnya berdecak, Hinata menyimpan begitu banyak rahasia tentang dirinya sendiri.

"Belakangan ini, Hinata menghubungi  Pein."

Neji datang untuk melihat seberapa kacau seorang Uchiha Sasuke yang sedang melakukan penyelidikan mengenai Hinata.
Melihat dari raut wajahnya yang mengeras, Neji tau jika bungsu Uchiha itu sedang menyembunyikan emosinya sendiri.
Hyuuga Neji dan Uchiha Sasuke, memang kong kalikong untuk melakukan penyelidikan amatir mengenai Hinata dan jaringan bisnis pertemanannya.

Saat pertama kali Neji menyerahkan beberapa dokumen berisi nama-nama  siapa saja yang menjadi rekan bisnis adiknya itu, Sasuke hanya bisa menghela napas dengan berat, dimana raut keras dalam wajahnya muncul begitu saja.
Sasuke pasti tidak akan berekspresi seperti itu, jika saja Hinata memilih pertemanan normal seperti kebanyakan orang.
Masalahnya, Hinata memilih banyak orang jahat untuk dijadikan sekutunya.

Nama-nama seperti Akatsuki, Tsunade Senju, Nico Robin, Piccolo dan pasangan Karin Suigetsu yang menjadi legenda dunia hitam, mereka semua jelas bukan orang yang bisa dijadikan teman.
Dan Hinata memilih para singa buas itu untuk dijadikan peliharaannya.
Sekarang pertanyaannya, kurang gila apalagi perempuan cantik yang disukainya itu ??

"Apa kau mulai berpikir, jika Hinata gila ?"

Mendengus remeh dengan wajah mengejek, Neji sepertinya sedang menikmati apa yang dilihatnya kali ini.
Sasuke dan kekalutannya, perpaduan sempurna untuk membuatnya tertawa.

"Kurasa kau benar. Gila dan seksi hanya beda sedikit." Tersenyum miring dengan wajah konyol.

"Dasar pshyco. Maka dari itu, kau harus menjinakkannya, tanpa harus menyakitinya."

Menepuk bahu Sasuke dengan senyum tipis penuh arti miliknya, dengan itu Neji keluar dari ruangan itu.
Meninggalkan Sasuke yang mulai menebak-nebak tentang akan seberapa gila lagi Hinata.
Hinata mungkin terlihat seperti perempuan garang yang tidak akan ragu menarik pelatuk di pistolnya, tapi Sasuke tau pasti, jika itu bukan benar-benar Hinata dan sikapnya.

"Haishhh ... bocah sialan itu."

Berapa kalipun Sasuke berpikir, Naruto dan Sakura adalah biang kerok, akar masalah dari semua keanehan yang terjadi pada Hinata.
Belum lagi Hyuuga Hiashi dan Mebuki Haruno yang menjadi pusat masalah lain dalam hidup Hinata yang dinamis.
Jika bisa bertindak, Sasuke pasti akan lebih dulu melenyapkan para bedebah yang mengacaukan kehidupan Hinata.

Bangkit dan berjalan keluar dari ruangannya, Sasuke pikir akan terlihat bodoh jika dirinya hanya duduk diam dan tidak melakukan alapun disaat dia bisa melakukan sesuatu.
Menyelamatkan Hinata adalah prioritasnya sekarang, katakan saja jika ia berlebihan, Sasuke hanya merasa khawatir jika Hinata akan ikut terjun ke dalam dunia hitam seperti orang-orang yang dianggapnya teman.
.
.
.
Vote please ❤❤

PERFUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang