Delapan

3.6K 385 14
                                    

- Happy Reading -

Wajah ayunya yang menyiratkan sebuah ketegangan tak kentara diantara kecemasan dalam dirinya.
Berhadapan dengan Sasuke selalu membuatnya merasa tidak nyaman.
Selalu membuat Hinata gelisah tidak wajar.
Sasuke hanya duduk di hadapannya, dan Hinata merasa sangat terintimidasi dengan afeksi penuh tekanan yang membuatnya nyaris sesak napas.
Anggap saja jika Hinata hanya berpura-pura berani, meski sebenarnya ia gentar juga.
Tidak ada alasan yang mengharuskannya mengeluarkan emosi yang sesungguhnya, karena Sasuke bukan apa-apa.
Bahkan setelah insiden pantai Mizu, mereka tetaplah bukan siapa-siapa untuk satu sama lain.

Sasuke sudah menduga akan seperti ini jadinya, Hinata bukan orang yang mudah didekati, gadis itu menjaga dirinya sendiri dengan begitu ketat.
Semenjak ada Hinata dalam kesehariannya, Sasuke pikir jika ia mulai kehilangan jati dirinya, dan bisa bersikap sangat konyol demi Hinata.
Sama seperti yang sering dilakukannya belakangan ini, menyambangi La Vien Ròse yang sudah seperti bagian dari agenda kesehariannya.
Untuk apa ? Untuk melihat Hinata tentu saja, masa aing. Hehe

"Pergi saja dari sini, jangan mengganggu pekerjaanku."

Hinata masih harus melakukan banyak hal untuk mempersiapkan launching produk terbaru mereka.
Bahkan ia harus mulai lembur sejak beberapa hari terakhir ini, dan keberadaan Sasuke saat ini terasa sangat mengganggunya.
Hinata dan Ino membuat kesepakatan, jika mereka akan menemukan aroma baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Sejauh ini, perpaduan jeruk sunkist dan bunga lily masih menjadi yang terbaik dari variasi terbaru mereka, Hinata butuh sesuatu yang langka dan mewah.

"Apa aku mengganggumu ? Kau jahat sekali, cantikku." Sasuke membuat ekspresi berlebihan diwajahnya.

"Ckckck, kau salah orang, tuan pemaksa. Silahkan pergi dari sini."

Sasuke tak bergeming, menyamankan dirinya sendiri dan bahkan secara terang-terangan mengabaikan Hinata yang memintanya keluar dari ruangan miliknya.
Hinata berdecak, menghela napas dengan begitu lelah saat melihat tingkah Sasuke yang seperti itu, lelaki tidak tau malu.

"Baiklah. Biar aku saja yang pergi." Katanya dengan suara tajam.

Menghentakkan kakinya dengan jengkel, Hinata berjalan cepat keluar dari ruangannya, menuju lab pengujian dengan wajah cemberut.
Sasuke tertawa, apakah ia akan sefrustasi ini dalam jangka waktu yang lama ?
Menghadapi perempuan satu itu membuatnya begitu gila, dan hanya Hinata yang bisa membuatnya sampai sakit kepala begini.

"Hinata, kau manis sekali." Gumamnya dengan senyum tipis yang menawan.

Menyandarkan punggungnya dengan nyaman, Sasuke hanya ingin melihat Hinata saat ini, sedikit membuatnya lebih tenang dengan keberadaan Hinata dalam jangkauan pandangannya.
Jika Sasuke tetap memaksakan diri dan bekerja di kantornya, ia hanya khawatir akan mengacaukan pekerjaannya sendiri.

Hyuuga Neji tak luput dalam pengawasannya pada lelaki yang masih berada di ruangan Hinata, menggeleng dengan jengkel pada ulah Sasuke yang sangat tidak biasa.
Sasuke memang tidak bisa menjadi lelaki normal seperti kebanyakan, lelaki itu memiliki gaya eksentrik yang sangat berbeda dengan Hinata yang tergolong naif.
Hal-hal seperti itu yang membuat Neji was-was mengenai mereka, terutama pada Hinata.

Membuka pintu dengan ekspresi datar dalam wajahnya, berkacak pinggang saat mendapati eksistensi Sasuke yang begitu nyaman ditempatnya.

"Apa kau tidak punya pekerjaan, selain mengganggu orang lain ?" Tanyanya dengan suara tenang.

"Oh, kau disini." Sasuke barusaja membuka mata, saat suara Neji terdengar.

"Jangan terus mengganggu Hinata, dia bisa kabur jika kau terus gegabah seperti ini."

PERFUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang