Duapuluhtiga (FINAL)

4.9K 372 17
                                    

- Happy Reading-

Semerbak harum dari bunga calla lily dan hidrangea yang menjadi penghias utama untuk pesta pernikahan Hinata.
Sebuket bunga sweet pea yang terangkai epik bersama bunga kacapiring dalam genggamannya.
Hinata hampir tidak bisa bernapas saat melihat pantulannya di dalam kaca hias yang ada diruang ganti.
Kegugupan itu membuat perutnya mulas, bahkan tenggorokannya yang terasa kering adalah bagian yang membuatnya semakin tersiksa.

Sekarang Hinata tau, kenapa ibunya bertanya tentang apakah Hinata benar-benar siap untuk sebuah pernikahan ?
Pernikahan bukan hanya tentang dua orang, pernikahan adalah penyatuan dari dua keluarga.
Hinata sudah selesai dibuat pusing dengan berbagai macam persiapan yang harus mereka tangani sendiri, sudah selesai dibuat lelah dengan emosi jiwa yang kadang menyusahkannya.
Dalam pandangannya, ini adalah akhir dari kerepotannya untuk sesuatu yang besar dalam hidupnya.
Tapi, kenyataan menamparnya dengan begitu keras hingga membuat Hinata sadar sepenuhnya, ini adalah awalnya.

Suara pintu terbuka membuatnya menoleh dengan panik, dimana Yamanaka Ino masuk kesana dengan sekeranjang bunga mawar putih ditangannya.
Mata sembab dengan senyum lebar yang mencuri perhatian Hinata dalam sekali lihat, membuatnya menggeleng heran melihat ekspresi yang seperti itu.
Hinata tidak perlu bertanya, sudah bisa menebak dengan apa yang terjadi diantara Ino dan Sai.
Apalagi kalau bukan Ino yang mengamuk karena Sai tidak kunjung menikahinya.
Dan sialnya, amukan semacam itu sering terjadi dihadapan Hinata.

"Hinata, aku sangat bahagia melihatmu." Ino menepuk pipinya untuk mengenyahkan air yang jatuh disana.

"Ino, kenapa kau menangis lagi ?" Jika Ino melakukannya, Hinata pasti akan ikut menangis seperti kemarin.

"Ahh, maafkan aku. Aku hanya merasa senang."

Hinata tidak bisa membayangkan, akan seperti apa jika Ino menikah nantinya.
Lihat saja bagaimana perempuan itu yang sangat emosional di pernikahan Hinata,, ouhh .. memikirkannya saja sudah membuat kepalanya pening.

Memakai gaun yang dijahit langsung oleh Uchiha Mikoto, membuat Hinata merasa sangat terharu saat pertama kali melihat gaun indah itu didepan matanya.
Bahkan untuk acara spesialnya ini, ibunya membuatkan parfum khusus untuknya.
Jelas sekali, jika perpaduan ibu dan ibu mertuanya memang menjadi yang terbaik untuk mempermudah segalanya.
Hinata bahkan terkejut saat melihat keakraban mereka, juga selera yang hampir sama.

"Persiapkan dirimu, sebentar lagi kau akan menemui calon suamimu."

Ino terkikik geli saat melihat wajah memerah Hinata, menepuk pelan pipinya dan berjalan darisana, meninggalkan Hinata yang kembali dalam kegugupan pada dirinya.
Hinata merasa tidak masuk akal, tentang bagaimana dirinya yang begitu gelisah untuk pernikahan ini.
Mereka bukan orang asing, bukan seseorang yang akan bertemu untuk pertama kalinya.
Tapi, bagaimana bisa ia segugup ini hanya untuk bertemu dengan Sasuke yang akan menjadi seseorang dalam status berbeda untuknya.

Meremas telapak tangannya dengan tidak nyaman, sebelum pintu ruangan itu kembali terbuka dan menampilkan sosok dewasa yang tersenyum hangat kearahnya.
Hinata menghela napas dengan lega saat melihat Hyuuga Hiashi yang kini berjalan mendekat ke arahnya.
Senyum khas kebapakan yang membuat Hinata bisa kembali bernapas dengan benar, tatapan hangat dalam binar sendu yang tidak bisa menyembunyikan ketidakrelaannya terhadap sesuatu.

"Kemarilah, sayang."

Hiashi memeluknya dengan hati-hati, memastikan agar dirinya tidak merusak gaun pengantin yang dipakai Hinata.
Hinata menurut, hanya demi menenangkan dirinya yang hampir meledak saat ini.

"Ayah, aku sangat gugup." Hinata mengadu dengan wajah memelas saat Hiashi melepas pelukannya.

Menyentuh tangan Hinata, membawanya dalam gandengan pada tangannya sendiri.
Menepuk pelan pada telapak tangan dingin milik anaknya dengan hati-hati.

PERFUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang