- Happy Reading -
Sesuai dugaannya, Sasuke tidak selamat dari amukan Neji yang tau tentang bagaimana Sasuke melamarnya.
Hinata bahkan dibuat pusing dengan berbagai pertanyaan yang membuat mentalnya down seketika.
Sudah jelas, siapa yang membocorkan perkara ini ke semua orang.
Sekarang, Hinata menyesal karena melakukan sesi curhat dengan Yamanaka Ino.
Auuhh, seharusnya Hinata lebih bijak menjaga mulutnya.Hyuuga Hiashi masuk ke ruangannya dengan wajah sumringah, mendapati Hinata yang nampak frustasi akibat ulah Neji yang tidak bisa menahan emosinya yang meledak.
"Hinata," panggilan dari Hiashi yang membuatnya mendongakkan kepala.
Tersenyum seadanya, Hinata sedang mempersiapkan diri seandainya Hiashi juga akan mengomelinya kali ini.
Bukan apa-apa, melihat reaksi Neji yang seperti itu, Hinata tidak bisa memperdiksi akan seperti apa reaksi ayahnya kali ini.
Mungkin, jauh lebih parah dari Neji.
Berdiri dari tempat duduknya saat melihat Hiashi yang berjalan kearahnya, dimana pelukan hangat itu mendarat tepat pada dirinya."Kau yakin ingin menikahinya ?"
Pertanyaan yang membuat Hinata ingin tertawa tapi juga merengut saat mendengarnya.
Ayahnya memang tidak pernah mengatakan banyak hal buruk yang mengeluhkan tentang sikap Sasuke yang serampangan, tapi pertanyaan yang diucapkannya kali ini adalah pamungkas dari semua hal menyebalkan yang terjadi belakangan ini."Ayah, aku tau ini terdengar gila. Tapi, aku ingin menikahinya."
Terlepas dari apa yang dilakukan Sasuke pada lamaran tak resminya, lelaki itu adalah orang pertama yang berhasil membuat Hinata membuka mata pada sekitarnya.
Sasuke mendekatinya dengan begitu mendesak dan memaksa, membuat Hinata tak berkutik dan tak bisa menolaknya.Hiashi menghela napas, menyentuh bahu Hinata dengan kedua tangannya.
Ada rasa sesal yang terpancar dalam sorot matanya, tentang bagaimana Hinata yang sudah tumbuh menjadi perempuan dewasa yang teguh atas pendiriannya, dan Hiashi merasa menyesal karena tidak bersamanya untuk waktu berharga itu.
Mengangguk dengan senyum kebapakan yang khas, mempercayai sepenuhnya pada apa yang dipercayai putrinya."Baiklah. Ayah percaya padamu." Katanya dengan singkat.
Mengangguk dengan wajah lega, pendapat banyak orang mengenai dirinya dan Sasuke memang sangat beragam.
Ada banyak sekali komentar tentang hubungan mereka, entah itu komentar baik atau komentar buruk.
Hinata memilih mengabaikannya, merasa jika dirinya tidak harus meladeni para lambe turah yang selalu mencampuri urusan orang lain."Terimakasih, ayah." Mengulum senyum dengan wajah lembut, Hinata hanya merasa senang atas pengertian ayahnya.
"Lanjutkan pekerjaanmu."
"Hmm ,,"
Hinata tidak benar-benar melakukan pekerjaannya sejak pagi tadi, karena otaknya sudah dipusingkan dengan berbagai teror yang dilakukan Sehun lewat sambungan telepon.
Sehun terkena sindrom cerewet akut yang sangat menjengkelkan menurut Hinata.
Lelaki itu lebih seperti ibu tiri kejam dalam dongeng cinderella.
Hinata hanya bisa bersyukur untuk satu hal, karena Sehun tidak berada di negara yang sama dengannya.
Yang mana, itu tidak terlalu membuat Hinata kesusahan saat harus menghadapi kerepotan yang diciptakan lelaki itu untuknya.Untuk yang ketiga kali, pintu ruangannya kembali terbuka saat Uchiha Sasuke masuk dengan senyum simpulnya yang tidak pernah membuat Hinata bosan melihatnya.
Dengan masih mengenakan kemeja kerjanya, Sasuke mendekati Hinata yang tengah duduk di kursi putarnya.
Meraih kepala Hinata dan mengecup lembut pada dahinya."Hay, sayang." Bahkan sapaan yang biasa itu terdengar berbeda dari biasanya.
"Hay. Ada apa kemari ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFUME
FanfictionHyuuga Hinata tidak akan menyerahkan hidupnya kepada seorang lelaki. karena dirinya lebih berharga, daripada seonggok kalimat bernama cinta. Uchiha Sasuke tidak akan pernah bisa menerima penolakan. Baginya, penolakan adalah aib. Obsesimya kembali ba...