Sepuluh

3.2K 380 27
                                    

- Happy Reading -

Hinata mendapatkannya, bukti perselingkuhan yang dilakukan oleh ibu tirinya yang binal, dan sialnya itu dilakukan di rumahnya.

"Auhhh... menjijikkan."

Mengeluh dengan ekspresi wajah yang terlihat hampir muntah, Hinata bahkan merasa mual ketika melihat beberapa adegan yang membuatnya langsung berlari ke kamar mandi, memuntahkan isi perutnya.

Ibu dan anak memang sama saja, sekalinya pelacur akan selamanya menjadi pelacur.
Fix, ini adalah hukum alam yang tidak akan bisa dirubah.
Waktu cuti dua hari yang dihabiskan untuk menyelidiki beberapa kasus yang kini terkumpul di meja kerjanya.
Hinata tidak bisa bersantai begitu saja, dimana ia bertekad untuk menyelesaikan ini secepatnya, mengakhirinya dan menjadi pemenang untuk permainan yang kini berlangsung di depan matanya.

Suara bell yang berbunyi nyaring mengagetkannya, membuat Hinata berjalan cepat ke depan untuk melihat lewat interkom siapa yang mengunjunginya selarut ini.
Berdecak dengan wajah tidak senang saat melihat Uchiha Sasuke yang berada didepan pintu apartemennya, Hinata sedang tidak ingin menemui lelaki itu.
Uchiha Sasuke terlalu berbahaya untuknya, dan Hinata tidak berniat mengambil bahaya itu untuk dirinya sendiri.

Siapapun bisa melihat sebimbang apa dirinya saat ini, di depan layar interkom dengan bell yang terus berbunyi dengan nyaring.
Hinata dihadapakan dalam dilema diri sendiri, ia hanya merasa terlalu bingung mengatasi dirinya sendiri yang mulai masuk dalam zona tak biasa.
Rasanya selalu menggelisahkan tiap kali ia berhadapan dengan Uchiha Sasuke, rasanya tidak ada hal yang benar ketika Hinata bersama lelaki itu, Hinata tidak menyukainya.

Dan pada akhirnya, Hinata menyerah pada dirinya sendiri.
Membiarkan dorongan itu membawanya berjalan ke depan dan membukakan pintu untuk lelaki yang secara intens terus menghimpitnya.
Merasuk semakin dalam di hatinya, mengacaukan hari-harinya dan tidak pernah kapok meski Hinata memakinya dengan kalimat sekejam apapun.

"Kenapa lama sekali ?" Pertanyaan pertama yang diucapkan Sasuke dengan wajah jengkel dan merajuk.

"Kenapa berisik sekali ?" Hinata membalasnya dengan suara yang lebih sengit.

"Aku hanya khawatir. Bagaimana keadaanmu ?"

Mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu, bertanya dengan suara manis saat mengamati penampilan Hinata dengan piyama merah muda miliknya.
Hinata terlihat sangat menggemaskan ketika berada dalam keadaan wajah polos tanpa aura karismatik yang diciptakan dari polesan makeup tipisnya.
Jika terus seperti ini, bagaimana mungkin Sasuke tidak jatuh cinta pada gadis di hadapannya ?

"Apa yang kau lihat ? Awas matamu !!"

Bahkan ketika Hinata mengeluarkan sisi galaknya yang sebenarnya tidak pernah benar-benar terlihat galak, Sasuke menyadari jika wajah itu masih sangat manis tanpa kesan menyeramkan sama sekali.

"Tidak ada. Hanya saja, kenapa kau manis sekali ?"

Apakah Hinata barusaja mendengar pujian ? Kenapa wajahnya mendadak panas setelah mendengar gombalan receh seperti itu ?
Eyy ,, ini bukan seperti Hinata yang biasanya.
Berdehem untuk mengatasi dirinya sendiri yang masuk dalam zona human error, mengalihkan pandangan dengan salah tingkah.

"Ckckck,, dasar bajingan. Berapa banyak perempuan yang kau permainkan ?"

Mencoba menutupi perasaannya yang berbunga-bunga dengan kalimat sadis, Hinata memang orang terbaik yang bisa mengeluarkan sisi sarkasme disaat dirinya sendiri sedang tersanjung.
Sasuke nampaknya tidak terpengaruh, mengangkat bahu cuek dengan senyum kekanakan yang santai.

"Kau sudah membaik ?"

Mengalihkan pembicaraan sambil menyentuh kening Hinata dengan punggung telapak tangannya, memeriksa suhu tubuhnya yang sudah normal.
Wajahnya menyiratkan kelegaan yang begitu jelas, tersenyum lembut hingga membuat Hinata mendadak cengoh dan hanya terdiam menyaksikan ekspresi damai itu.

PERFUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang