Empatbelas

2.7K 317 12
                                    

- Happy Reading -

Gugatan itu berjalan baik di persidangan, pihak Hinata yang diwakili Hyuuga Neji tidak mengalami kendala apapun.
Mereka bisa menunjukkan bukti fakta atas berbagai kejahatan yang dilakukan dua perempuan yang hanya pasrah duduk di kursi pesakitan.
Surat perintah penangkapan langsung dikeluarkan, setelah Sehun memintanya pada jaksa dengan legalitas kuat dan kompeten di bidangnya.

Membuat Sakura dan Mebuki yang sedang menikmati sore harinya yang indah, terkejut dengan wajah tercekat saat sekelompok polisi mendatangi rumah Hyuuga dan langsung menangkap mereka tanpa basa basi.
Dua kriminal yang merencanakan pembunuhan pada Kizashi Haruno itu akhirnya mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan 35 tahun kurungan penjara.
Bukan hanya itu saja, Neji membeberkan banyak sekali kasus pelanggaran hak asasi yang dialami pekerja di rumahnya, dan berbagai kasus lain yang tidak terhitung jumlahnya.
Penipuan, pemalsuan identitas, dan segala macam kejahatan yang sempat mereka sembunyikan rapat-rapat.
Memastikan jika kedua perempuan itu harus mendekam di penjara, setidaknya sampai gunung berubah 8 kali, atau sekitar 80 tahun lamanya.

Dengan didampingi ibunya yang jauh-jauh datang dari negeri tetangga, Hinata terlihat puas dengan putusan hakim yang memberi hukuman sesuai dengan kejahatan mereka.
Saat Hinata pikir ayahnya tidak peduli lagi padanya, Hinata di kejutkan dengan fakta tak terduga yang membuatnya terdiam di tempat.
Hyuuga Hiashi memberi bukti konkret yang menambah berat hukuman kedua narapidana jahat itu.
Layaknya mendapat durian runtuh, semua itu selesai dalam waktu semalam.

"Perempuan keparat itu memang pantas mendapatkannya." Ino bertepuk tangan dengan wajah penuh kemenangan, ketika putusan hakim memberi banyak waktu bertobat untuk Sakura dan Mebuki yang meraung tak terima.

"Ahh,, leganya.." Hinata mendesah dengan wajah senang, merangkul ibunya yang duduk tenang disampingnya.

"Apa putri ibu yang merencanakan semua ini ?"

"Tidak. Aku hanya menuruti Matsuri." Mengerling dengan tatapan jenaka pada Matsuri yang duduk disamping Ino, membuat pemilik nama berdecak atas ulah Hinata.

"Bagus, nona muda. Salahkan saja aku." Dengusnya dengan kepala menggeleng ringan.

Ino menepuk bahu Matsuri dengan wajah mengejek, mempermainkan orang lain adalah keahlian dari Hinata dan Ino, Matsuri dan Sai adalah korban paling nyata dari tingkah kekanakan kedua gadis itu.

Sehun dan Neji bergabung bersama mereka setelah persidangan itu, dimana Hinata dan yang lain sedang berada di cafe untuk sekedar mendinginkan kepala.
Hinata memberi ruang agar ayah ibunya bisa bicara berdua, membicarakan sesuatu yang belum sempat mereka bicarakan sebelumnya.

Hinata tidak akan menemukan Sasuke disana, dan tidak berharap untuk menemukan lelaki itu sekarang.
Dari apa yang dikatakannya pada Hinata, Sasuke sedang melakukan perjalanan bisnis selama seminggu di Eropa, itu yang dikatakannya pada Hinata.
Dan apakah Hinata peduli ? Jawabannya iya. Hanya sediiikit peduli. Hanya sedikit.

"Jadi benar ? Shin Yumi, kau benar-benar pacaran dengannya ?"

"Haa ??"

Suara keras Sehun menyadarkannya, Hinata bahkan tidak sadar jika dirinya sedang melamun, melewatkan obrolan seru dari orang lain yang satu meja dengannya.
Tubuhnya memang ada disini, tapi pikirannya entah pergi kemana.
Respon itu tidak memuaskan Sehun, membuatnya gemas dan kesal karena diabaikan Hinata.

"Yumi-ah, kenapa kau selalu memikirkan bajingan itu ?" Merengek dengan wajah memelas, Sehun cemburu pada Sasuke yang sekarang begitu mendominasi pikiran Hinata, tanpa disadarinya.

"Sehun-ah, dia itu bajingan seksi. Jadi, terima saja jika Hinata jatuh cinta padanya." Ino mengejek Sehun dan Hinata sekaligus.

"Diamlah, Ino. Jangan bicara omong kosong." Bahkan untuk sekedar menyangkal saja Hinata tidak yakin.
Apa sebesar itu pengaruh Sasuke pada dirinya ?
Hinata tidak tau.

...

Masuk ke apartemennya dengan wajah lelah namun lega, Sehun dan ibunya sudah kembali ke Korea sore tadi, dimana ada urusan penting yang harus mereka kerjakan disana.
Matsuri masih tinggal di rumah Hyuuga, hanya sementara sampai semuanya benar-benar selesai.
Setelah itu, Matsuri akan memikirkan lagi tentang apa yang ingin dilakukan ke depannya.
Apakah ia akan mendaftar masuk ke kepolisian, atau meneruskan sekolahnya, atau mencari pekerjaan lain.
Matsuri sedang memikirkannya.

Hinata tidak berharap apapun saat masuk ke tempat tinggalnya, tidak bisa lebih tepatnya.
Membuka pintu balkon samping, merasakan segarnya hembusan angin yang tertiup kencang menerbangkan rambutnya.
Tanaman dalam pot yang ditinggalkan Sehun masih ada disana, sebagian besar berjenis kaktus hias dengan duri halus yang tajam.
Setidaknya, Sehun memberinya tumbuhan yang tidak merepotkan untuk dirawat.

Meletakkan tasnya di sofa ruang tengah, duduk disana sambil mengamati apa saja yang bisa dilihatnya.
Menyandarkan punggungnya dengan kepala mendongak menatap langit-langit ruangan.
Cahaya lampu dengan nyala redup, menjadi satu-satunya  penerang atas suasana temaram yang membuat Hinata merasa tenang.
Helaan napasnya yang memberat, memberi penjelasan mengapa ia merasa begitu lelah belakangan ini.
Kondisi fisik dan mentalnya sedang tidak baik, itu semua karena ulah Sasuke yang menerobos masuk melalui celah kecil di hatinya.

"Dasar bajingan brengsek.." gumamnya dengan bibir cemberut saat mengingat bagaimana Sasuke yang menciumnya dengan sangat lembut.

Hinata merasa lemah, bukan hanya mengenai raganya, tapi juga perasaannya.
Bagaimana mungkin ia tidak merasakan apapun, saat secara terang-terangan Uchiha Sasuke memberinya atensi yang berlebihan.
Jika setelah semua ini Sasuke meninggalkannya, Hinata akan memastikan jika lelaki itu mendapat hukuman dunia akhirat yang bahkan lebih kejam dari neraka jahanam.
Hinata akan memastikannya.

Suara dering ponsel yang mengagetkannya, mendapati nama ayahnya yang tertera di layar depan ponselnya.
Hinata tersenyum paksa, meski sebenarnya ia merasa sedikit lega saat ayah menelponnya.
Baiklah, ini saatnya untuk memperbaiki hubungan dengan ayahnya.
Hinata tidak bisa bersikap egois selamanya, meski kepalanya sekeras batu, ia harus menghancurkannya demi hubungan yang lebih baik.

"Ya, ayah."

Dan Hinata membuat pilihan yang tepat saat ini, dengan mulai bersikap baik pada ayahnya.
Menurunkan egonya dan mulai mendengarkan apa yang dikatakan orang lain.
Hyuuga Hinata, kau sudah cukup dewasa untuk bisa membaca keadaan.
Bersikap bijaklah sesuai umurmu !!
.
.
.
Vote pleasee ❤❤

PERFUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang