Enambelas

2.7K 327 26
                                    

- Happy Reading -

Pada titik akhir atas kegilaan yang memenuhi kepalanya, Hinata tidak bisa melepas dorongan yang satu ini.
Saat melihat tubuh Sasuke yang berada disampingnya, yang memeluk ringan pada pinggangnya dengan mata terpejam dan wajah damai.
Seperti kebiasaan lelaki itu sebelumnya, Sasuke selalu tidur dengan bertelanjang dada.
Seperti dengan sengaja memamerkan pada Hinata untuk melihat dada bidangnya yang kekar tanpa tumpukan lemak di perutnya.
Roti sobek yang sering membuat Hinata meneguk ludah, dan tangannya selalu gemas untuk sekedar menyentuhnya.

Hinata tau, seharusnya ia tidak terikat pada kekolotannya sendiri yang menyiksa orang lain.
Meski tidak mengatakannya, Hinata sangat tau jika Sasuke tersiksa selama ini.
Well, mereka sudah sering tidur di ranjang yang sama, melakukan cumbuan yang bisa lebih panas dari bara api, tanpa menyelesaikannya ke tahap lanjutan karena Sasuke yang menghormati prinsipnya.
Tentu saja, hal itu bisa sangat menyiksa untuk lelaki dewasa dengan hasrat normalnya kepada wanita.
Sasuke bahkan seringkali terlihat kesakitan saat harus menahan dirinya.
Bukankah Hinata terlalu kejam ?

Memainkan jarinya di dada Sasuke, membentuk pola abstrak lewat ujung jari telunjuknya.
Hinata sedang gamang, dan tidak sadar jika tindakannya itu membuat Sasuke perlahan membuka mata dengan wajah bantalnya.

"Sayang," Sasuke memanggil dengan suara serak, tangannya merengkuh erat pada pinggang Hinata agar semakin menempel pada tubuhnya.
Menjadikan Hinata sebagai gulingnya yang lembut dan nyaman.

"Sasuke-kun, kau menginginkannya ?"
Bertanya dengan suara berbisik, Hinata seperti sudah kehilangan urat malunya.

"Menginginkan apa, hmm ?" Sasuke masih malas membuka mata, meski ia sudah bangun dan bisa mendengar jelas pertanyaan Hinata, juga degup jantungnya yang berisik.
Otak pintarnya belum bisa berfungsi, dan Sasuke masih tidak mengerti.

"Itu .... apa kau menginginkan itu ?"
Bertanya dengan ragu, Hinata tidak berani menjelaskan dengan gamblang apa yang sedang di bicarakannya.

Sasuke diam cukup lama, otak pintarnya sedang meloading kata itu dengan tanda kutip, melalui pencarian tentang maksudnya.
Sampai akhirnya Sasuke paham, jika Hinata sedang membicarakan itu dalam kurung kegiatan orang dewasa berbeda gender saat diatas ranjang.
Melepaskan rengkuhannya dengan spontan, menunduk untuk melihat wajah memerah Hinata yang tersembunyi di dadanya.
Hinata tidak berani mengangkat kepala, rasanya sangat memalukan untuk dirinya sendiri.

"Hinata, lihat aku." Mengangkat dagu Hinata dengan ujung jarinya, membuat tatapan mereka bertemu dalam satu garis lurus.

"Kita tidak harus melakukan itu, sayang. Kita tidak harus melakukannya." Menyusuri rahang lembut dengan ujung jarinya, Sasuke meyakinkan agar Hinata tidak terlalu tertekan.

Bagaimana Hinata harus bereaksi pada situasi ini ? Keadaan canggung yang membuatnya tak yakin harus mengatakan apa.
Ditambah dengan senyum tipis Sasuke yang menyiratkan seberapa besar lelaki itu memberi pengertian pada situasi mereka, Sasuke menenangkannya dari tekanan mental yang dihadapi Hinata belakangan ini.
Dan tekanan itu semakin parah, ketika Ino menerobos masuk ke ruangannya dan mulai curhat tentang percintaan panas mereka.
Perempuan gila yang sedang mencoba mempengaruhi Hinata dan mengotori otak sucinya.
Tapi, selalu ada hal lain saat Ino menceritakan pengalaman bercintanya dengan Sai.
Penasaran. Hinata merasa penasaran dan ia ingin mencobanya.

Mengambil napas dengan perlahan, bibirnya menipis membentuk senyuman hangat dengan tatapan sayu yang menjelaskan seberapa gugup dirinya saat ini.
Hinata melakukannya, mendongakkan kepala untuk meraih bibir Sasuke dan mulai memagutnya.
Hinata yakin pada dirinya sendiri, dan bersumpah tidak akan menyesalinya nanti.

Sekarang, Sasuke yang terlihat meragu, meski ia membalas ciuman Hinata dengan penuh cinta seperti biasanya.
Jika setelah ini Hinata meninggalkannya, Sasuke tidak tau akan sehancur apa dirinya.

"Sebelum aku kehilangan diriku sendiri, akan lebih melegakan jika aku menyerahkannya padamu." Hinata mengatakannya dengan serius dan tulus.

"Sasuke-kun, tolong lakukan untukku." Pintanya dengan wajah memelas dan sorot mata sayu yang mengundang.

Sasuke meneguk ludah dengan susah payah, terpesona dalam undangan yang sangat jelas di utarakan Hinata.
Bukankah Sasuke juga menginginkannya ?
Disaat Hinata sudah memberikan izin mutlak, disaat Hinata mulai menyerahkan dirinya untuk Sasuke seperti saat ini, lalu kenapa lelaki itu masih ragu ?
Apalagi yang kau tunggu bodoh ? Suara itu menggema keras di otak jenius Sasuke yang mendadak idiot.

"Kau yakin ? Tidak akan menyesal ?"

Sasuke masih harus meyakinkan dirinya sendiri, mengelus pipi lembut Hinata sambil mencari jawaban lewat sorot mata sayu yang dilayangkannya.
Mengangguk kecil dengan wajah memerah, Hinata barusaja mengutuk Sasuke yang membuatnya semakin tak karuan karena dilanda kegugupan ekstra dalam dirinya.

"Hmmm, aku yakin." Katanya dengan suara gemetar.

Sasuke tidak harus menahannya, disaat ia mendapat persetujuan mutlak dari gadisnya.
Jadi, saat Hinata mengatakannya, tidak ada alasan baginya untuk menggentikan apapun yang kini berputar dalam kepalanya, dalam dirinya dan juga hasrat biologisnya.

"Jangan harap aku akan berhenti, meski kau memintanya."

Memberi peringatan yang tidak main-main, yang nyatanya malah membuat Hinata tertawa.
Sasuke merasa tertantang dengan tawa itu, mulai meraih Hinata untuk semakin mendekat padanya, memulai permainannya.
Sasuke tidak berniat bermain halus kali ini, sudah terlalu lama ia menahannya.

...

Menutupi selimut untuk menutupi tubuh telanjang mereka.
Sasuke hanya bisa merasa puas dan tersenyum dengan wajah konyol miliknya.
Hinata masih meringkuk di pelukannya, dengan wajah cantik yang terlelap damai, terlihat kelelahan.
Ujung jari telunjuknya mengusap hati-hati pada pipi lembut milik wanitanya.
Membuat si pemilik pipi menggeliat tak nyaman dalam tidurnya.

Tidak ada lagi yang bisa membuatnya merasa lebih bahagia daripada ini.
Dengan Hinata di pelukannya, setelah percintaan panas mereka yang berhasil membuat Sasuke kecanduan untuk mengulanginya lagi dan lagi.
Sasuke masih bisa merasakan kepuasan yang berputar dalam benaknya, kagum karena Hinata berhasil mengimbangi kegilaannya.
Tidak ada banyak moment bercinta yang begitu membuat Sasuke sepuas ini, sampai selama ini.
Hinata memang berbeda, dan bagaimana mungkin Hinata tidak menjadi candunya ?

Selama proses yang menurut Hinata menyakitkan, perempuan itu mekar begitu sempurna.
Layaknya kelopak bunga yang mekar dengan menawan saat musim semi, sangat indah dan mengagumkan.

"Terimakasih, Hinata." Sasuke berbisik dengan tulus penuh penghormatan.
Mengecup kening Hinata dengan perasaan cinta yang menghujam seluruh sendinya.

Sasuke mencintainya, berapa kalipun memikirkannya, Hinata adalah bagian terbaik yang bisa didapatnya selama ini.
Perempuan paling istimewa yang pernah ada dalam hidupnya, setelah ibunya tentu saja.
Jadi, kurang bersyukur apalagi kau, Uchiha Sasuke ?
Harta,tahta dan wanita, kurang lengkap apalagi dirimu sebagai seorang pria ?
Hinata adalah pelengkapnya, bagian yang begitu menyempurnakan hidupnya.
Dan Sasuke sangat memujanya, begitu mendambanya.

Langkah besar Hinata untuk menunjukkan seberapa dirinya siap untuk melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayang masalalu, adalah sesuatu yang patut di apresiasi oleh Sasuke.
Hinata menyerahkan dirinya, dengan sukarela dan karena kemauannya, tanpa paksaan.
Itu artinya, Hinata mempercayai Sasuke atas dirinya, tanggung jawab atas hatinya dan semua perasaannya.

Jadi, jangan berani membuat Hinata patah hati lagi, Uchiha Sasuke !!
Atau kau akan di musnahkan oleh Hyuuga Hiashi, Hyuuga Neji, Yamanaka Ino, Ooh Sehun dan perserikatan yang mendukung Hyuuga Hinata.
Nee, bukankah kau tau seberapa berbahaya pacarmu itu ??
.
.
.
Vote pleasee ❤❤

PERFUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang