Amazing Night with You

3K 43 0
                                    

Matthew

Aku sedang duduk di teras rumahku dan menatap bintang yang bersinar terang di gelapnya angkasa. Sungguh indah jutaan lampu alami di atas langit itu. Kadang aku tidak percaya bahwa di kota masih bersinar terang jutaan lampu itu.

Sudah dua minggu aku tidak masuk kantor dan mengurus istriku. Tenang, bukan berarti aku tidak bekerja. Para anggotaku tetap mengirim laporan kepadaku lewat e - mail dan jaringan lainnya. Tentu saja aku melihatnya. Mungkin aku akan kembali ke kantor saat usia kandungan istriku mencapai usia enam bulan.

Istriku sendiri bagaimana? Tentu dia baik - baik saja. Hanya saja tentu perasaannya sering berubah. Menangis karena dirinya akan jadi gendut, tiba - tiba marah karena aku lupa memijatnya, sesaat kemudian senang karena makanannya enak. Beberapa kali dirinya memuntahkan makanan yang kubuat. Aku dibuat garuk - garuk kepala melihat tingkah lakunya. Bahkan pernah pada jam lima pagi, dia ngidam ingin nasi gorang.

Apa aku lelah? Tidak juga. Dari segala rangkaian hal terjadi selama kehamilannya, aku menikmatinya. Mulai dari menenangkan dirinya saat menangis, membuat teh dan juga susu ibu hamil. Lalu kadang memijatnya yang kelelahan, yah, aku senang melihat wajahnya yang tenang saat tidur.

Tiba - tiba, seseorang memelukku dari belakang. Dagunya ia sandarkan ke puncak kepalaku. Yap, siapa lagi orangnya kalau bukan istriku, Summer.

"Ada apa?" tanyaku sebelum menyesap kopi.

"Mau jalan - jalan," kata Summer singkat tapi dengan nada memohon.

"Di luar gini udaranya bakal dingin lho. Kamu yakin?" tanyaku.

"Iya!" kata Summer dan sepertinya akan marah.

"Oke, oke. Aku akan mengantarmu jalan - jalan," jawabku.

"Kalau begitu, kita Ke The Lost Junction," kata Summer.

Summer pun pergi ke dalam dengan riang dan meninggalkanku yang menghela napas. Aku pun menghabiskan kopiku dan menaruh cangkirnya ke tempat cucian piring. Lalu aku pun mengambil kunci mobil dan menunggu Summer bersiap - siap sambil duduk di sofa ruang tamu yang dekat pintu keluar.

Beberapa saat kemudian, Summer pun menepuk pelan punggungku. Lalu aku menoleh ke belakang mendapati dirinya dengan kaos bergambar kartun dengan celana jeans serta jaket tipis. Aku pun berdiri dan menggenggam tangannya dan menuju ke mobil. Kami pun segera melaju ke tempat tujuan kami.

Di tempat tujuan, kami pun segera berjalan di jalan antar restoran sambil melihat kesana kemari. Tiba - tiba, langkah Summer terhenti. Aku pun menoleh ke belakang dan melihat Summer sedang menatap sesuatu. Ketika aku melihat ke arah tatapannya, sebuah restoran Jepang terpampang di depan kami.

"Aku mau," kata Summer.

Aku agak ngeri membayangkannya. Jika sudah melihat restoran Jepang, dia pasti pesan menu yang aneh - aneh. Entah itu Sashimi dan beberapa menu aneh lainnya.

"Jangan pesan yang aneh - aneh," kataku tegas.

"Baik kapten!" kata Summer sambil hormat padaku.

Kami berdua pun memasuki restoran itu. Setelah duduk di salah satu tempat duduk, kami pun memesan. Tentu saja Summer memesan yang aman saja.

Beberapa saat kemudian, makanan dan minuman yang kami pesan pun datang. Summer melahap sushi yang dia pesan. Aku pun juga menyantap Sashimi yang terdapat sake di dalamnya - jujur aku suka menu ini.

"Aku mau," kata Summer sambil melihat Sashimi - ku.

"Summer, kau lagi hamil. Kamu juga sudah ada kok makanannya," kataku. Summer melengos dan memakan kembali makanannya.

Setelah kami makan, kami kembali berjalan berkeliling tempat dan akhirnya Summer mengajakku ke salah satu tempat yang menjual baju ibu hamil dan juga peralatan bayi. Aku menunggu dengan sabar Summer yang sedang mencoba banyak baju. Sambil menunggu, aku melihat sekelilingku. Banyak sekali mainan bayi dan juga peralatan bayi. Aku menepuk jidat, aku belum membelinya sama sekali. Oke, aku punya agenda besok.

"Ayo! Aku sudah beli banyak," kata Summer sambil menunjukkan tas belanjanya. Aku pun mengangguk dan mengambil tas belanjanya. Kami pun segera ke mobil.

Sesampai di rumah, aku menaruh tas belanja Summer di dekat kasur dan berbaring di kasur. Summer duduk dekatku, dan jelas aku melihat dirinya menangis. Aku pun langsung merangkulnya dan mengusap lengannya.

"Maaf. Pasti melelahkan mengurus diriku," kata Summer di sela isak tangisnya.

"Apa pernah aku mengatakan aku lelah menjadi penopangmu?" tanyaku.

Summer menggeleng lalu lanjut menangis di dadaku. Aku memeluknya dan mengecup puncak kepalanya. Setelah isak tangis Summer mereda, aku pun mengatakan ideku.

"Besok beli peralatan bayi mau?" tanyaku.

Summer mengangguk setuju.

You, Me, and Baby (Complete)Where stories live. Discover now