Oh No!

5.4K 59 0
                                    

Summer

Saat ini, aku dan Matthew berada di kamar. Matthew duduk di kasur dan membelai setiap helai rambutku. Sementara aku hanya duduk sambil bersandar di dadanya.

Keadaan luka di perut Matthew sudah jauh lebih baik. Ia bahkan tidak perlu seminggu di rumah sakit, ia sudah pulih seperti layaknya orang normal. Sekarang malah giliran perutku yang sakit. Kalian bisa menebaknya, Matteo akan lahir.

"Bagaimana dirimu? Perlu sesuatu? Mau makan lagi?" tanya Matthew dengan suara lembutnya yang khas.

"Mau coklat lagi, Matt," kataku.

Tanpa bicara, Matthew sigap mengambil coklat lalu membukanya dan memberikannya padaku. Saat aku menggigit satu kali, kontraksi datang.

"Aw..," erangku dengan kaget.

Sambil menunggu kontraksi selesai, Matthew membelai pelan rambutku. Saat kontraksi selesai, aku menatap mata birunya. Aku bisa lihat sinar ketakutan di dalamnya. Aku pun memalingkan wajahku.

"Jangan tatap aku seperti itu. Jangan membuatku semakin lemah," kataku.

Matthew tidak merespon ucapanku dan hanya mencium belakang kepalaku. Lalu ia memijat pinggulku dan membuatku sedikit lebih nyaman.

"Terima kasih," ucapku.

Pintu kamar tiba - tiba diketuk. Matthew pun bangun dan menjawab si pengetuk pintu.

Matthew

"Ada apa, Ridho?" tanyaku pada si pengetuk pintu yang adalah Ridho.

"Tuan, anggota kami menangkap dua orang penyusup. Penyusup itu sudah kami bunuh. Namun ada ancaman lebih besar lagi. Haisekawa akan menyerang daerah ini," kata Ridho.

"Kau bercanda. Darimana kau dapat informasi itu, Ridho?" kataku tidak percaya.

"Dari Mio tuan. Ditambah lagi dengan  segala ancaman Haisekawa," kata Ridho.

"Apa maksud anda dengan ancaman Haisekawa?" tanyaku pada Ridho.

"Jika kami semua tidak mempertemukan anda saat mereka menyerang, maka granat akan segera diluncurkan," kata Ridho.

"Apa?!" kataku murka.

Aku ingin sekali menemani Summer. Entah apakah dia bisa melahirkan Matteo tanpa diriku. Namun tanggung jawab ini mempertaruhkan puluhan nyawa anggotaku. Aku harus mementingkan puluhan nyawa itu dulu.

"Baik. Kumpulkan semua anggota. Kita akan rapat dan berusaha mengendalikan semua ini," kataku berusaha tenang.

Ridho mengangguk dan segera pergi melakukan perintahku. Sementara aku pergi ke kamar melihat Summer.

Di kamar, aku melihat Summer tampaknya sedang menahan sakit. Aku terkejut karena rasanya baru dua menit yang lalu ia merasakan kontraksi.

Aku segera menghampiri Summer dan mengelus punggungnya. Summer langsung menggenggam tanganku dengan erat. Sesuatu yang tidak kuduga terjadi.

Dari tubuh Summer, keluar air dan merembes ke kasur. Aku bisa menebak itu air apa. Air ketuban.

"Huft....Huft....Sepertinya Matteo sudah tidak sabar menemui kita berdua," kata Summer sambil tersenyum sedikit. Melihat dirinya seperti itu, aku semakin tidak tega meninggalkannya.

"Summer, aku mau membicarakan sesuatu," kataku.

"Katakan saja. Aku siap mendengar," kata Summer.

"Rumah kita akan diserang. Kita sudah tidak aman berada di dalam rumah. Kau akan melahirkan di Shelter," kataku.

"Nggak apa - apa. Matteo bisa lahir dimana saja sekarang," kata Summer dan sepertinya dari nada suaranya, ia sudah tidak tahan lagi.

You, Me, and Baby (Complete)Where stories live. Discover now