There You Are....

2K 29 0
                                    

Matthew

Aku melihat tubuh Summer di depanku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sepertinya dari tadi ia hanya berdiri karena wajahnya kelihatan lelah. Pipinya sembab dan hidungnya merah menandakan bahwa Summer habis menangis kencang. Aku sendiri masih bisa mendengar isak tangis Summer sedikit.

Tanpa pikir panjang, aku langsung berjalan cepat dan meraih tubuh Summer ke pelukanku. Summer langsung menangis kencang. Pelukannya semakin erat dan begitu pula pelukanku. Aku jadi mengerti ketakutan yang dialaminya.

"Ssh.... Aku di sini," kataku dengan selembut mungkin dan membuat Summer sedikit tenang. Setelah itu, aku melepas pelukan dan memapah tubuh Summer untuk keluar dari gudang. 

Saat tiba di luar, pemandangan yang kutebak sedari tadi terjadi.

Terdapat enam orang pria berdiri di depan. Tampilan mereka seperti preman yang ingin memalak sesuatu dari kami. Tapi aku tahu aku tidak bisa meremehkan mereka. Haisekawa memang memiliki banyak kenalan yang kuat.

"Siapa kalian?! Apa mau kalian?!" tanyaku.

Aku mendorong Summer ke belakang agar ia bersembunyi di belakangku. Sekarang Summer sendiri sedang memegang pundakku dan mengintip pergerakan mereka. Sementara aku hanya memegang tangan kirinya.

"Kau adalah Matthew Rauss bukan? Istrimu terlihat menarik," kata salah satu dari mereka.

"Menjauh kalian dari istriku!" kataku.

Lalu dari belakang mereka, muncul lima orang pria dengan jas berwarna hitam. Mereka menatap nyalang ke arahku dan sepertinya ada sinar ingin membunuh. Aku mundur selangkah agar sedikit menjauhkan Summer dari mereka.

Namun aku kenal mereka. Beberapa minggu yang lalu mereka mengunjungi rumahku. Mereka jelas kelima pria yang menanyakan semua hal mengenai kasusku 12 tahun yang lalu. Tapi, apa mereka berpihak pada Haisekawa? Apakah itu artinya aku tertipu?

"Kalian?" kataku.

"Ya, inilah kami. Pria kepercayaan Haisekawa. Sepertinya anda tertipu oleh kami. Hahaha, kelemahan kau ternyata terbukti. Kasusmu 12 tahun yang lalu dan istrimu. Ternyata mudah juga mendapat ceritamu mengenai kasus itu," kata seorang pria yang berdiri di tengah dan memegang tongkat kayu. Aku percaya bahwa dia adalah pemimpin mereka.

Aku sekarang hanya bisa mengumpat dalam hati. Aku hanya bersyukur karena tidak menerima ajakan kerja sama dengan mereka. Entah apa jadinya kalau aku menerima kerja sama dari mereka. Bisa bocor semua informasi bisnis kami. Hal yang malah paling buruk, bisa saja aku membahayakan nyawa Summer dan anakku, Matteo.

"Jadi, ini semacam ajakan untuk adu tinju?" tanyaku.

"Heh, kau juga bisa bilang begitu. Kawan! Serang dia!" kata orang itu memerintah kesepuluh orang itu untuk menyerangku.

Aku melepas genggamanku dengan tangan Summer lalu mendorong Summer lebih sedikit ke belakang. Lalu aku meregangkan seluruh tubuhku dan siap melawan mereka.

Serangan pertama dimulai. Seseorang akan memukul wajahku. Aku berhasil menangkisnya dan membantingnya ke tanah. Hal itu diikuti oleh sembilan orang di belakangnya. Aku membalas setiap pukulan mereka dan terus membanting mereka ke tanah. Bahkan melempar mereka ke dinding. Walau tidak seimbang, aku yakin bisa mengatasinya.

Summer

Aku melihat medan di depanku sambil bersandar di dinding. Aku takut melihat Matthew yang buas menyerang para pria itu. Sudah lama sekali aku tidak melihat suamiku bertarung di medan ini. Lebih tepatnya sudah 12 tahun lamanya. Melihat wajah Matthew yang serius bertarung, sekilas aku melihat wajah Matthew sewaktu SMA dahulu.

Akhirnya, aku melihat sepuluh pria itu terbaring kesakitan di bawah kaki Matthew. Matthew masih berdiri tegak dan beberapa kali mengusap wajahnya. Lalu ia berjalan ke pria yang mungkin pemimpin dari sepuluh pria itu.

Tapi ada suatu hal yang tidak kusadari. Salah satu dari pria yang terbaring di bawah kaki Matthew bangun. Di tangannya, terdapat sebuah pisau tajam yang mengkilat - kilat. Sasarannya adalah perutku.

Lalu ia bangun dan berteriak sambil menghunuskan pisaunya. Kejadiannya terlalu cepat dan aku terlalu telat bereaksi. Hingga akhirnya...

"ARGH!!" teriak Matthew yang sekarang ada di depanku. Lalu ia terjatuh ke tanah sambil memegang perutnya.

Aku menutup wajahku dan menatap tidak percaya Matthew di bawahku. Aku berlutut dan menyentuh pundak Matthew. Suamiku hanya membalasku dengan erangan tertahan. Hingga akhirnya ia pingsan.

"Matt! Jangan pingsan dulu!" teriakku berusaha membangunkan Matthew.

Seseorang menendang mukaku dan membuatku terjatuh. Aku memegang wajahku kesakitan. Saat aku melihat ke atas, pelakunya adalah orang yang berusaha menusuk perutku tadi.

"Huh! Suamimu memang penghancur rencana. Sekarang akan kubunuh bayimu," kata orang itu lalu mengangkat kaki ingin menginjak perutku. Aku menutup perutku sambil menutup mata. Sekarang aku hanya bisa mengharapkan mukjizat.

Dor!

Suara tembakan terdengar. Aku membuka mata dan melihat orang yang hendak menginjak perutku terbaring di tanah dengan kepala bolong. 

Aku dengan cepat bangun dan duduk. Aku bisa melihat Ridho sudah membantai semua orang itu dengan sebuah pistol. Tatapannya masih galak hingga akhirnya ia mengahampiriku.

"Tuan Rauss dan nyonya sebaiknya pergi ke rumah sakit. Saya akan menghentikan pendarahan Tuan Rauss dulu. Nyonya sebaiknya pergi ke mobil saya yang ada di depan,"  kata Ridho.

Aku mengangguk lalu menuju mobil Ridho. Aku duduk dan berusaha tenang menghadapi segala kejadian hari ini. Ridho tampak membawa Matthew dari spion mobil. Pintu tengah dibuka dan Matthew ditidurkan di sana. 

Kami bertiga pun segera menuju ke rumah sakit.





You, Me, and Baby (Complete)Where stories live. Discover now