Gym Time

1.6K 26 0
                                    

Matthew

Beberapa kali aku memanggil nama Summer agar dia bangun. Aku bahkan mengusap lengannya pelan. Tapi Summer tidak kunjung bangun. Aku jadi ingat ketika dia marah - marah saat aku susah untuk dibangunkan.

"Summer, bangun. Ini sudah jam delapan, jangan kesiangan. Bahaya perutmu kosong terus. Cepat sarapan," kataku berusaha membangunkan Summer.

"Mm..... Nanti, Matt. Aku lelah tahu tadi malam tidurku tidak nyenyak gara - gara posisi tidur. Terus Matteo gerak sama nendang mulu. Biarkan aku tidur sebentar lagi," balas Summer.

"Summer, jangan gitu dong. Tetap bahaya kalau perutmu itu kosong," kataku berusaha membujuk.

"Ih.... Cerewet! Matthew cerewet!" kata Summer tetap menutup mata. 

"Kamu mau nggak ikut aku ke gym?" tanyaku.

"Kemana? Ke gym? Aku lagi hamil, setidaknya jalan - jalan ringan kan cukup. Kok kamu ngajak aku olahraga yang berat? Mana aku berdiri lama saja nggak bisa. Jahat kamu ya Matt," kata Summer.

Aku bisa mengerti keadaannya. Di usia kandungan yang kedelapan bulan ini memang membuat stamina Summer terkuras. Kalau tidak salah bayi yang lahir normalnya memiliki berat 3 kilo atau lebih. Aku jadi agak tidak enak sekarang karena mengajak Summer untuk nge - gym dengan mengangkut berat seperti itu.

"Iya, iya. Tidur aja sana. Aku nggak ganggu lagi. Cepat sarapan juga. Sudah kubuatkan tuh," kataku.

Saat aku hendak pergi, Summer malah menarik tanganku. Jari telunjuknya mengarah ke pipinya. Aku tahu istriku pasti minta dicium. Aku menuruti permintaannya dan mengecup pipinya. Lalu aku pergi keluar kamar meninggalkan Summer yang tertidur lelap.

Aku berangkat ke tempat biasa aku nge - gym. Di sana aku terdaftar sebagai pelanggan tetap. Biasanya aku datang setiap bulan. Namun sekarang aku agak jarang karena menjaga Summer.

Setelah mendaftar, aku melihat Ridho sedang mengangkat barbel. Aku pun menghampiri Ridho dan menyapanya. Namun Ridho langsung memulai percakapan yang bisa kunilai sebagai percakapan serius.

"Tidak ada tanda dari Haisekawa Shota. Dia sama sekali tidak bertindak," kata Ridho sambil tetap fokus mengangkat barbelnya.

"Aku juga tahu hal itu. Entah aku harus senang atau curiga," kataku sambil melakukan sedikit pemanasan.

"Sebaiknya opsi kedua. Saya jujur saja curiga karena gerak - geriknya tidak terdeteksi sama sekali. Berkali - kali kami menelepon Mio, jawabannya tetap sama. Tidak ada perkembangan," kata Ridho.

Kami berdua pun lanjut nge - gym. Hingga akhirnya kami selesai dan meninggalkan tempat gym.

Aku pun pulang ke rumah dan mendapati pintu rumah terbuka. Mungkin saja Bi Dharmi yang lupa menutup pintu lagi. Aku pun langsung masuk ke rumah.

Namun saat aku masuk ke rumah, Bi Dharmi lari tergopoh - gopoh menghampiri diriku. Wajahnya pucat dan mulutnya gemetar seperti ketakutan.

"Bi, ada apa?" tanyaku.

"Nyonya tuan! Nyonya menghilang!" jawab Bi Dharmi panik.

Napasku tertahan. Summer menghilang?

Aku langsung berlari menuju kamar. Aku mendapati tempat tidur kosong dengan selimut yang belum dibereskan. 

"Nggak ada tuan! Saya sudah cari di seluruh penjuru ruangan, nyonya nggak ada!" kata Bi Dharmi di belakangku.

Aku mengacak rambut. Dimana istriku?



You, Me, and Baby (Complete)Where stories live. Discover now