Kelas ibu hamil

2K 24 0
                                    

Summer

Aku menggoyang tubuh Matthew di kasur dan itu tidak sama sekali membuat dirinya bangun. Beberapa kali aku meneriakkan namanya, ia tidak kunjung bangun. Bahkan sampai mengeluarkan satu dua kata umpatan. Aku benar - benar kesal sekarang. Sampai akhirnya, Matteo menendang perutku dan membuatku mengerang pelan karena kaget.

"Sun, ada apa?" tanya Matthew yang bangun mendengar eranganku.

"Kamu sih! Aku udah bangunin kamu dari tadi tapi kamu nggak bangun sama sekali. Matteo jadi ikutan kan. Udah ah! Aku mau masak sarapan," kataku lalu pergi meninggalkan Matthew di kamar.

Setelah keluar dari kamar, aku segera memasak. Sementara Matthew belum keluar juga dari kamar. Mungkin masih merenggangkan tubuh.

Saat aku tengah menggoreng telur, seseorang memelukku dari belakang. Aku tahu pasti orang ini adalah Matthew.

"Aku saja yang masak. Kamu siap - siap saja," kata Matthew lembut.

"Nggak," jawabku singkat dan ketus.

"Aku minta maaf karena nggak bangun ketika kamu bangunin aku. Aku tahu kamu pasti lelah mengurus rumah walau ada Bi Dharmi. Jadi sekarang, aku tidak ingin menyusahkanmu. Kamu mandi saja terus aku yang masak," kata Matthew. Ada nada penyesalan di dalamnya yang membuatku iba.

Aku pun mematikan kompor dan berbalik. Aku menunjuk bibirku meminta ciuman dari Matthew. Aku tidak bisa lagi berjinjit agar bisa mencium bibir Matthew apalagi perut besar menghalangi diriku mendekati Matthew. Lalu suamiku mendekatkan bibirnya ke bibirku lalu kami berciuman. Beberapa saat kemudian kami melepas ciuman kami.

"Sudah ya, aku mandi dulu," kataku lalu berjalan ke kamar mandi.

Matthew pun melanjutkan memasak. Setelah memasak, Matthew pun mandi tepat setelah aku mandi. Aku pun duduk dengan santai menunggu Matthew selesai mandi.

Setelah itu kami sarapan dengan cepat. Kami ingin berbenah dengan cepat agar kami bisa tepat waktu menghadiri suatu kelas.

Kelas yang akan kami hadiri adalah kelas ibu hamil. Tentu semua tahu bahwa ini semacam kelas persiapan sebelum bayi lahir. Kami akan mengikuti kelas ini di rumah sakit yang biasa tempat aku melakukan pemeriksaan sampai bayi ini lahir.

Setelah selesai sarapan, aku dan Matthew pun segera bergegas menuju rumah sakit itu. Syukurlah kami tiba lima menit sebelum kelas itu dimulai. Kami berdua duduk di kursi kosong depan papan tulis dan diberi buku panduan.

Kelas pun dimulai dan kami berada di tim trimester ketiga. Ada tiga suami istri yang berada di kelas ini. Di kelas ini, kami membahas penanganan saat kontraksi datang, kapan ibu hamil harus dibawa ke rumah sakit, dan masih banyak lagi.

Akhirnya, tiba di bagian favoritku. Bagi pengalaman.

Aku suka mendengar pengalaman dari orang lain. Rasanya seperti senasib dan kadang senang mendengar pengalaman lucu mereka. Mereka juga bercerita perjuangan mereka hingga akhirnya mereka punya anak. Aku agak terharu di bagian situ. Lalu tibalah giliranku. Aku tidak punya pengalaman berarti. Jadi Matthew - lah yang bercerita.

"Istri saya pernah bilang bayi kami bergerak. Saya pun langsung nyentuh perutnya. Saya nggak ngerasain apa - apa. Mulai deh saya marah. Namun setelah cek di google, ternyata saya baru bisa ngerasain beberapa minggu setelahnya," kata Matthew.

Para bapak sepertinya mengangguk mengerti. Aku hanya tersenyum sambil menyentuh perutku. Sepertinya Matteo memdengar cerita ayahnya, jadi ia bergerak aktif.

Lalu kelas selesai dan kami pulang ke rumah. Di rumah, Matthew lamgsung menyandarkan kepalanya di perutku dan mengajak Matteo mengobrol.

"Makin nggak sabar ketemu Matteo setelah ikut kelas tadi," kata Matthew. Aku mengangguk.

"Hey....Matteo, jangan di dalam perut ibumu ini lama - lama. Ayah ingin bertemu denganmu secepatnya," kata Matthew lembut.

Matteo membalasnya dengan beberapa tendangan. Kami berdua tersenyum merasakan reaksinya.

"Semoga saja anak kita ini lahir dengan keadaan sehat," kata Matthew.

"Amin, Matt," kataku.

You, Me, and Baby (Complete)Where stories live. Discover now