Matthew
Aku terbangun tepat jam sepuluh pagi. Sementara Summer dan Matteo masih terlelap tenang. Bahkan aku bisa mendengar Summer mengigau. Sepertinya ia lelah sekali. Tentu saja, dia terus yang mengurus Matteo semalaman ketika Matteo menangis. Padahal bisa saja ia oper tanggung jawab itu padaku.
Aku pun memaksa tubuhku bangun dan menuju dapur. Aku segera membuat roti bakar agar perutku dan Summer tidak lama kosong. Lalu aku menuang susu ke gelas dan menaruh sarapanku dan Summer ke meja makan.
Tepat setelah aku menaruh sarapan di meja makan, Matteo menangis kencang. Aku pun membersihkan tangan dan segera ke kamar karena tangis Matteo yang tidak kunjung berhenti. Bisa saja Summer tidak bangun.
Tebakanku tepat, Summer belum bangun sama sekali. Aku pun berjalan cepat ke ranjang Matteo dan mengangkat Matteo ke dalam gendonganku. Aku pun menenangkannya dan sedikit berjalan kesana kemari. Hal itu cukup membuat Matteo tenang.
Aku hanya tersenyum menatap Matteo yang tertidur kembali. Beberapa hari yang lalu aku masih bisa merasakan rasanya remaja usia 16 tahun yang baru saja berpacaran dengan seorang gadis. Tapi sekarang, Matteo lahir dan mengubah warna di kehidupan kami. Tentu saja menjadi lebih terang dan cerah.
Setelah Matteo cukup tenang, aku pun melihat ke arah Summer. Bisa kulihat mata Summer sepenuhnya terbuka. Mata coklatnya itu menatapku beku.
Summer
Aku bangun karena aku merasa mendengar suara bayi menangis. Bisa dibilang, Matteo yang menangis. Namun entah kenapa tangis itu telah berhenti sekarang. Begitu aku membuka mata, aku bisa melihat Matthew sibuk menggendong Matteo sambil tersenyum - senyum sendiri.
Ada yang berbeda darinya tentu saja. Baru beberapa jam yang lalu ia menjadi seorang ayah namun ia telah menunjukkan auranya itu. Aku sangat terpesona akan itu sehingga tidak bisa berhenti menatap wajahnya. Berbeda sekali rasanya dengan yang dulu.
"Ya?" tanya Matthew ketika ia sadar aku menatapnya.
"Oh! Nggak," ucapku lalu berpaling.
Aku pun bangun dan mengambil posisi duduk di kasur. Lalu, Matthew memberi tubuh Matteo padaku dan mencium keningku. Aku membalasnya dengan mengecup pipinya.
"Ayo sarapan. Tidak baik perutmu kosong gitu," kata Matthew.
Aku mengangguk lalu bangun dari kasur. Aku yang masih menggendong Matteo segera keluar dari kamar dan menuju ke arah meja makan. Aku menaruh Matteo ke ranjang bayi di dekat ruang makan dan segera mencuci tangan lalu menyantap sarapan.
Kami menyantap sarapan dalam diam. Aku cukup kagum dengan kemampuan memasak Matthew. Hanya roti bakar saja enak banget. Beruntung sekali diriku menjadi istri Matthew.
Setelah selesai sarapan, Matteo menangis kembali. Aku lupa dia baru makan beberapa jam yang lalu. Aku segera mencuci tangan dan segera menyusui Matteo. Matteo menyusu kencang layaknya orang kelaparan. Aku jadi menyalahkan diriku.
Tanpa sadar, air mata mengalir dari mataku.
Matthew
Aku bisa melihat jelas Summer menangis. Aku mendekatinya lalu mengusap pundaknya. Namun Summer seperti tidak menggubrisku.
"Hiks.... Matteo jadi kelaparan karena aku...," kata Summer dengan suara gemetar.
Aku menepuk jidat. Baby Blues.
"Sun, tenanglah," kataku berusaha menenangkannya. Beberapa kali aku mengecup puncak kepalanya. Tangisnya belum berhenti namun mulai mereda.
"Kau akan terbiasa. Ini baru pertama kali. Jangan terlalu diambil hati," kataku sambil kembali mengusap pundaknya.
Summer mengangguk.
![](https://img.wattpad.com/cover/208167884-288-k865542.jpg)
YOU ARE READING
You, Me, and Baby (Complete)
RomanceKalian bayangkan sendiri. Bagaimana rasanya apabila pasangan kalian adalah mafia? Itulah yang dirasakan Summer saat ini. Apalagi saat ini, dirinya sedang mengandung anak dari Matthew, sang bos mafia. Bagaimanakah perjuangan yang Summer rasakan untuk...