Girl or Boy?

1.6K 31 0
                                    

Summer

Hari ini usia kandunganku mencapai 21 minggu. Hari ini pula, aku dan suamiku akan segera tahu jenis kelamin anak kami.

Meski aku tidak terlalu peduli, aku tetap deg - degan mengetahuinya. Sebenarnya aku ingin anakku perempuan agar bisa aku pakaikan baju dan gaun yang manis untuknya. Namun aku juga ingin anak kami laki - laki karena akan aku suka anak yang keren. Apalagi kalau papanya adalah Matthew. Tidak bisa kubayangkan saat dia besar mewarisi mata biru papanya. Pasti tampan sekali.

Matthew, ia ingin anak laki - laki. Matthew mengatakan ia ingin anak kami mewarisi bisnis mafianya. Namun dia berjanji tidak akan memaksa anak kami mengikuti kehendaknya. Anak kami bisa menjadi apa saja asal sesuai dengan minatnya.

"Kira - kira apa ya?" kata Matthew tiba - tiba.

"Kalau perempuan, kamu janji juga menyayanginya seperti kamu punya anak laki - laki," kataku tegas.

"Aku tentu akan menyayanginya, Summer. Tapi kau tahu yang kuinginkan bukan?" kata Matthew.

"Matt, kau sudah janji," kataku.

"Iya Summer. Aku tidak akan memaksanya," kata Matthew. Lalu suasana kembali hening.

Kami berdua sampai di rumah sakit. Aku pun mendaftar di bagian administrasi lalu menunggu suster memanggil nama kami berdua.

"Rauss," kata suster memanggil kami. Kami berdua pun segera ke ruang dokter.

Di ruang dokter, tentu dokter memeriksaku terlebih dahulu sebelum USG. Lalu aku berbaring di ranjang pasien dan dokter menaruh cairan. Dengan sebuah alat, ia pun mencari detak jantung bayi kami terlebih dahulu. Setelah itu, gambar bayi kami muncul di monitor. Lalu....

"Wah! Bayi kalian laki - laki," kata dokter.

Seketika, rasa deg - degan kami berubah menjadi rasa lega. Kami sudah tahu jenis kelamin anak kami. Kulihat wajah Matthew. Ia senyum - senyum sendiri sejak dokter mengatakan jenis kelamin anak kami.

Kami berdua pun dinasehati dokter dan kami menjadwalkan kedatangan kaminlagi. Lalu kami pamit ke dokter, membayar uang pemeriksaan, lalu pulang.

"Rasanya lega saat tahu," kata Matthew saat kami di perjalanan pulang.

"Sebenarnya aku nggak terlalu peduli. Tapi, kalau perempuan kan bisa kayak boneka gitu. Ya maksudku, parasnya bakal kayak boneka," kataku.

"Iya, kau benar. Aku jadi ingin setelah mendengar pernyataanmu," kata Matthew.

"Yah setidaknya kau dapat yang kau inginkan," kataku.

"Jangan bilang begitu," kata Matthew.

Aku hanya tertawa kecil dan bilang bahwa aku hanya bercanda. Lalu kami melaju menuju ke apartemen Matthew.

You, Me, and Baby (Complete)Where stories live. Discover now