2. Bunda

4.3K 306 6
                                    

Bunda, engkau adalah muara kasih dan sayang.

◀◻◻◻▶

(Namakamu) duduk di kursi sebelah Salsha. Teman sebelahnya sedang sibuk membuat tugas kuliah. Matanya tidak berhenti menatap komputer. Ia berpaling kepada selembaran kertas di tangan.

"Waktu lo kenalan sama Fakhri, gimana? Mungkin menduduki peringkat pertama orang terganteng di hati lo?" Tanya Salsha tanpa menoleh.

"Ganteng sih! Cuma dia masih bocah." (Namakamu) berfikir sebentar. "Bu Ela. Lo tahu kan? Kenapa dia selalu excited nyariin gue pacar sedangkan gue udah punya pacar. Ya, walaupun gantengnya gak sesuai ekspetasi Bu Ela."

"Nah. Bu Ela itu benar. Dia ingin menyelamatkan lo dari orang yang ingin manfaatin lo!" Salsha menoleh. "Maksud gue bukan dari kekayaan lo. Bisa juga manfaatin kepopuleran lo!"

"Kayaknya gak mungkin kalo pacar gue panjat sosial. Sedangkan followers dia aja gak beda jauh dari gue."

Salsha memutar bola mata kesal. "Di bilangin."

"Lupain deh soal itu." (Namakamu) menunjuk kertas kepada Salsha. "Kemarin gue di undang ke acara Festival Melbourne. Ya, acaranya masih lumayan jauh. Tapi gue bingung."

Salsha meletakkan mouse. Meraih kerta itu dan membaca. "Bagus. Ini acara besar dan populer di sini. Kenpa lo harus bingung? Tinggal tanda tangan aja."

"Gue juga tahu! Tapi acaranya berdekatan sama jadwal magang gue. Otomatis setelah gue magang, gue harus ke studio dulu brifieng. Sedangkan, jarak dari asrama ke studio lalu ke tempat magang lumayan jauh. Kalau dari tempat magang ke tempat acara sih deket."

"Banyak waktu habis di jalan. Coba nanti lo bilang ke Om Sep. Siapa tahu di bisa bantu atau kasih solusi. Gak mungkin kan ngelewatin kesempatan emas bisa tampil di acara besar ini apalagi di Negara orang."

Di Negara orang, yang di maksud. (Namakamu) kuliah di Melbourne. Kampus yang banyak di idam-idamkan oleh orang awam. Dua tahun yang lalu. (Namakamu) mengikuti test beasiswa ke Jerman namun gagal. Setelah beberapa minggu. Ia mencoba lagi. Akhirnya di terima di kampus yang ada di Melbourne. Sungguh perjalanan yang berat dan menyakitkan.

Sekarang kuliahnya sudah berjalan hampir semester ke-empat. Dan mulai minggu depan. (Namakamu) akan mengikuti magang di salah satu perusahaan bidang Akutansi. Walaupun masih banyak yang mengganjal di pikiran. Mulai dari tempat magang yang lumayan jauh dari asrama dan uang ongkos bus pulang-pergi menjadi masalah. Pengeluarannya akan membeludak.

Drrt' Drrt' Ponselnya berdering di meja. Membuyarkan lamunannya. Ia meraih telepon memastikan siapa yang menghubunginya 'bunda'. Kemudian kakinya melangkah ke arah balkon. Membawa keributan yang akan terjadi agar tidak menggangu Salsha yang sedang sibuk. Dan dua temannya yang tertidur.

"(Namakamu). Gimana keadaan kamu hari ini? Semoga baik-baik dan sehat selalu. Bunda tadi udah nonton video kamu di youtube. Di indonesia video kamu trending. Kamu itu memang ada hebat dan pintar. Bagaimana kamu, apakah sudah makan?"

(Namakamu) memutar bola mata. "Bunda. Itu terlalu cerewet. Aku baik dan sudah makan. Tapi, serius video aku trending di sana?"

"Alah. Bilang aja kamu kangen kalo bunda bawelin kan? Lagian kalo bukan bunda yang telepon duluan. Kamu mana pernah. Sibuk terus."

PEMERAN UTAMA✅ | Iqbaal RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang