Jadi beneran, jodoh itu emang enggak kemana.-
◀◻◻◻▶
Keputusan Septian sudah bulat. Festival Melbourne mulai tinggal menghitung hari. Septian memutus untuk menampilkan perubahan di acara besar itu. (Namakamu) tidak akan menyanyikan sebuah lagu saja. Tapi sesuatu yang berbeda.
Namun, Linda memiliki keraguan. (Namakamu) menurutnya belum bisa keluar dari zona nyaman. Mengingat hal yang terjadi belakangan ini. Linda khawatir akan kesehatan mental (Namakamu).
"Dance? Ini seriusan Om?" Tanya Aldi cemas.
"Apa gue kelihatan lagu bercanda, Al?! Om yakin (Namakamu) punya kemampuan yang berbeda. Tidak hanya nyanyi, akting. Tapi tarian. Festival Melbourne itu kan acara besar. Kalau menyanyi pasti sudah biasa. Orang juga pasti udah bosan dengan itu. Maksud Om gini. Di sini tuh selera orang beda-beda. (Namakamu) kebanyakan fans dari Indonesia sedangkan di sini hanya 25% saja. Kemungkinan terburuknya. Mereka banyak tidak mengenal (Namakamu) dan pasti membosankan bagi mereka.-
-mereka belum tahu seluk beluknya. Bagaimana keterampilan yang (Namakamu) miliki. Tapi dengan tarian pasti akan boom! Om sudah ada teman untuk kolaborasi."
"Ide yang bagus menurut aku." Sahut Linda. "Tapi dengan acara yang sudah hampir dekat?! Apa gak kehabisan waktu untuk latihan nari? Sedangkan (Namakamu) harus memulai semuanya dari nol."
Septian terkekeh. "(Namakamu) itu tipikal orang yang gampang ngerti! Sekali gue ajarin dia. Dia langsung sat set paham."
"Tapi kesibukan dia juga kuliah, Sep!"
(Namakamu) menghela nafas. Perdebatan antara Septian dengan Linda terlalu over. "Om Sep. Ibu? Kalau emang aku harus nunjukin sebuah tarian. Aku gak masalah, asalkan itu yang terbaik! Tapi bisa gak sih jangan debat panjang lebar tentang kondisi mental aku dan yah! Aku bisa jalanin itu semua. Waktu produktif lebih bagus untuk aku dari pada hanya kesibukan kuliah. Lebih suka banyak kegiatan di banding aku sibuk ngegalauin orang."
Septian terkekeh. "Om Sep. Setuju."
"Serius (Namakamu)?" Tanya Aldi."Dance itu butuh tenaga yang banyak loh."
"Udah. Kamu tenang aja Al. Siapa tahu dengan banyak kegiatan. Aku bisa lupain semuanya."
Aldi mengangguk pasrah. Jika sudah (Namakamu) yang menyetujui itu. Aldi tidak akan berani mengganggu. Apalagi jika sudah mengatakan kalau dengan latihan banyak dia bisa move on. Aldi sangat setuju. Tidak akan ada lagi drama (Namakamu) nangis setelah itu.
"Di sini berkolaborasi dengan beberapa temen." Linda membaca surat keputusan. "Siapa?"
"Kalau gak sibuk hari ini mampir ke Studio."
"Langsung latihan hari ini? Kayaknya kalau mulai hari ini aku belum bisa."
Septian mengangguk. "Kita coba kenalan dan diskusi aja dulu. Kalau untuk latihan kita tentuin bareng."
"Gimana kalau Ibu Ella? Dia juga jadi guru nari. Anak muridnya sudah ada yang go Internasional. Mungkin kalau kamu panggil dia untuk ngelatih mereka. Semuanya akan jauh lebih sempurna," saran Linda.
Septian mengangguk. "Nanti akan saya hubungi. Semoga tidak sibuk."
"Untuk kolaborasi. Dengan cowok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMERAN UTAMA✅ | Iqbaal Ramadhan
FanfictionSequel 'tentang,Iqbaal.' "Jika Iqbaal adalah sesuatu yang berharga bagi (Namakamu), maka Iqbaal adalah nafas yang akan selalu (Namakamu) butuhkan."