◀◻◻◻▶
"Morning (Namakamu)." Sembari mengolesi roti dengan selai. Iqbaal di meja makan menatap (Namakamu) yang baru saja bangun. "Sarapan dulu."
(Namakamu) duduk di hadapan Iqbaal. "Aku kira kamu sudah pergi."
"Aku akan tinggal di sini beberapa hari. Ada kegiatan di kampus yang baru. Supaya hemat waktu aku putuskan tinggal di sini. Aku juga sudah izin sama Mama untuk bilang juga ke Bunda kamu."
(Namakamu) mengangguk. Melahap roti yang di berikan Iqbaal. "Oke."
"Hari ini kamu magang?"
(Namakamu) mendongak lalu mengusap sudut bibir yang terasa terkena selai. "Hari ini aku libur. Aku mau istirahat di rumah. Mungkin libur berikutnya akan menengok ke Studio. Om Septian udah beberapa kali menghubungiku. Aku cukup penat jika harus pergi ke sana."
"Aku akan ke kampus yang baru. Kalo gak keberatan ikut aja bareng aku. Sekalian kita makan siang di luar. Kayaknya persediaan makanan sudah habis. Kamu memang sengaja gak membeli?"
(Namakamu) terkekeh. "Aku lupa beli. Oke deh boleh sekalian biar tahu gimana kampus kampus kamu. Tapi aku belum mandi."
"Mandi dulu. Oh iya. Aldi nitip salam katanya dia mau berangkat ke Studio. Ada panggilan dari Om Septian."
"Oh oke. Aku mandi dulu." (Namakamu) pergi. Berlari ke arah kamar untuk mengambil handuk dan baju ganti. Lantas masuk ke dalam kamar mandi.
Iqbaal tersenyum miring. Ia merasa kehidupan yang dulu sudah di kembalikan.
"YESSSSS!"
◀◻▶
Jika dulu mereka berdua menyusuri kota Jakarta naik motor. Kali ini mereka berdua menyusuri kota di Melbourne dengan bus kota. Duduk berdampingan di kursi paling belakang. Sesekali Iqbaal mengenalkan tempat dimana pernah Ia singgahi. (Namakamu) tersenyum. Seperti rasanya kepada Iqbaal makin bertambah lagi.
"Jadi semua mahasiswa di kampus lama pindah ke kampus baru? Kok ada Rinrin katanya dia beda jurusan sama kamu?" Tanya (Namakamu).
"Hanya orang terpilih. Aku, Rinrin, Agy. Teman satu geng masuk mahasiswa terbaik. Kalo tadi di ruang lab. Aku dan orang yang terpilih yang bisa masuk ke sana."
"Teman kamu lucu! Gak di Indonesia gak di sini sama aja. Asik dan nyambung kalo di ajak ngomong."
"Memangnya temanmu gimana?"
"Gak asik. Baca buku terus."
Iqbaal terkekeh lalu mengacak rambut panjang milik (Namamamu). "Itu namanya dia lagi ngejar lulusan terbaik biar bisa banggain keluarganya."
"Gak segitunya juga kali. Lagian ada kok waktu di mana kita bisa hangout. Jalan. Foto-fotoan. Belanja. Dan nikmatin semua titik di kota ini." (Namakamu) menoleh ."Temen Iqbaal semua dari Indonesia?"
"Yes. Semua dari Indonesia. Satu Asrama dan kamar yang sama."
"Jadi tinggal di Asrama? Kita satu kampus?"
"Aku rasa iya deh. Cuma kita gak ngeh aja. Udah lama pindah dari Asrama karena lagi banyak kerjaan. Kadang tinggal di rumah, Asrama, Apartemen, kadang juga bisa di rumah teman. Biasa, kadang ada panggilan nyanyi."
"Kapan-kapan kita duet Yuk? Sekalian wujudin cita-cita kita duet bareng. Ingat? Waktu main jenga kita dapet tantangan ngedate?"
Iqbaal tertawa. "Iya aku ingat banget. Oke, kalo ada waktu kita duet."
(Namakamu) menoleh. "Iqbaal? Apa kamu masih di jodohin sama Zidny?"
"Aku gak tahu." Iqbaal mengalihkan pandangan. "Aku sudah lupain semua. Mama juga gak pernah bahas soal itu."
(Namakamu) diam.
"Kamu masih ingat sama Oma?" Tanya Iqbaal.
"Inget banget. Gak akan pernah lupain satu kenangan yang pernah aku lalui bareng Oma. Sekarang Oma dimana apa tinggal di sini juga? Oh. Rumahnya di Indonesia juga udah di jual."
"Habis makan kita ketemu Oma."
"Sekalian beli makan buat Vallen. Oleh-oleh dari aku. Sekalian ajak kenalan dia."
Iqbaal menggeleng. "Gak perlu! Kita mau ke rumah Oma. Bukan ke rumah aku."
"Jadi Oma pisah rumah sama keluarga kamu?"
"Intinya kalo ketemu Oma jangan nangis."
◀◻◻◻▶Mon maaf kalo makin kesini rada gaje, nih aku up dua kali, yeeee.
Tapi btw, aku baca ulang kok aku baper?😭
Iqbaal Orlando Arsenio.
(Namakamu) Firanda Serena
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMERAN UTAMA✅ | Iqbaal Ramadhan
FanficSequel 'tentang,Iqbaal.' "Jika Iqbaal adalah sesuatu yang berharga bagi (Namakamu), maka Iqbaal adalah nafas yang akan selalu (Namakamu) butuhkan."