Where did you go, i've got so much to say : so you can't go.
◀◻◻◻▶
Bersamaan dengan suara kru yang tiba-tiba mengintruksinya dari belakang layar. Para host mulai menyapa penonton. Lanjut, memperkanalkan tamu undangan yang hadir.
"Selamat pagi semuanya? Bertemu lagi dengan saya Frinska Ratu Emalia di acara Grasak-grusuk Manja. Nah, kali ini Ratu di temani cowok ganteng. Korban yang selamat waktu tragedi kecelakaan pesawat. Iqbaal Orlando! Tepuk tangan semuanya!"
Iqbaal melambaikan tangan. Walau entah kemana sekarang lambaiannya. Tangannya mencari tongkat kecil. "Hai? Saya Iqbaal Orlando Arsenio. Korban satu-satunya yang selamat waktu kejadian pesawat jatuh."
Ratu tersenyum. "Oke. Iqbaal? Bagaimana kabarnya hari ini?"
"Baik kak."
"Nah. Jadi semua orang itu penasaran sama kejadian kecelakaan pesawat bulan lalu. Hampir beberapa saudara kita kehilangan keluarga, teman, atau anaknya. Bagaimana kronologinya Baal?"
Iqbaal mengangguk. "Waktu itu saya mau antar Oma saya untuk berobat kesini. Mendadak sakitnya kambuh. Dan, hanya pengobatan di sini yang ampuh untuk Oma. Berangkatlah kami. Pesan tiket langsung katanya terbang hari itu juga. Saya belum sempat ngabarin keluarga saya yang di sini. Pacar saya, dan teman-teman saya."
Ratu mengangguk. "Lalu?"
"Waktu itu saya tidur, Oma juga. Karena memang sudah malam. Tapi tiba-tiba waktu bangun semua orang udah panik. Pesawat udah mulai goyang dan selang oksigen udah keluar. Peluang hidup hanya satu persen-
- akhirnya pesawat jatuh dan saya udah gak sadarkan diri. Beberapa hari koma, lalu saya bangun. Saya buka mata saya dan semuanya gelap. Waktu itu saya di rumah sakit semuanya gelap. Yang saya dengar adalah semua keluarga nangis. Meluk saya. Dan mereka bilang kalo saya buta."
"Bagaimana dengan Oma?"
"Oma kritis. Peluang hidup cuma 0,001 persen. Keluarg udah pasrah."
Hingga akhirnya tepukan keras menyadarkan Iqbaal dari lamunananya. Kejadian beberapa silam saat di undang ke sebuah acara telivisi. Lebih menyakitkan dari sebuah luka.
"Sebut?! Berapa hutang lo? Kaya yang punya hutang aja. Lagian kenapa sih bengong?"
"Rese banget sih." Iqbaal menggeser duduk, menjauh dari Agung yang terlihat norak di mata Iqbaal.
"Nih," seru Agung memberikan satu amplop coklat. "Tadi lo gak kuliah? Ada ibu-ibu yang nitipin ini depan asrama. Katanya buat lo."
"Thanks," balas Iqbaal.
Agung mengangguk. "Bidi sama Julian kemana?"
Iqbaal menoleh. "Gue baru bangun. Jangan tanyain mereka ke gue."
"Yaudah sih slow aja," gumam Agung.
Keadaan menjadi hening. Agung yang setelah mendapatkan balasan ketus dari Iqbaal langsung memasang earphone dan mulai melanjutkan game online di komputer.
Sedangkan Iqbaal, menatap amplop itu sepersekian detik. Lalu kembali meletakkan pada tumpukan buku di meja. Meraih foto kecil.
"Where are you now?" Gumam Iqbaal. Dan meletakkan kembali foto itu. Tangannya meraih buku fisika dan mulai membaca. Menghilangkan rasa bosannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMERAN UTAMA✅ | Iqbaal Ramadhan
FanfictionSequel 'tentang,Iqbaal.' "Jika Iqbaal adalah sesuatu yang berharga bagi (Namakamu), maka Iqbaal adalah nafas yang akan selalu (Namakamu) butuhkan."