Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat. Karena aku ingin seiring denganmu bukan digiring.
◀◻◻◻▶
"Iqbaal?" (Namakamu) menelan ludah kelu. Apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana bisa Bunda berteman dengan Mama Iqbaal. "Aku gak tahu kalo teman Bunda itu Mama kamu."
"Astaga. Gue kirain siapa?!" Pekik Aldi. "Gue udah pasrah kalo misalnya yang dateng prampok."
"Kenapa kalian berduaan di sini?"
"Tadi (Namakamu) nyuruh gue temenin dia. Sekalian edit vlod." Jawab Aldi.
"Jadi ini rumah kamu?" Tanya (Namakamu).
Iqbaal menoleh. "Iya. Tadi Mama ngabarin kalo ada yang akan tinggal di sini teman Mama. Aku datang sekalian cek dan mastiin semuanya aman. Aku juga gak tahu teman Mama itu Bunda kamu."
"Kamu lupa nama Bunda aku?"
"Nama kaya Tante Frida itu gak hanya Bunda kamu aja, (Nam). Kamu sebelumnya tinggal di mana? Studio?!"
"Di Asrama. Kebetulan aku magang lumayan jauh dari Asrama. Bunda nyariin rumah katanya kenalannya Bunda. Jadinya di sini di rumah kamu. Lumayan dekat dari tempat magang. Tapi yang bikin aku gak nyangka kenapa Bunda bisa kenal Mama kamu. Cuma sebatas temanan di sosial media aja?!"
Iqbaal melepas tas gendongnya lalu meletakkan disebelah. "Dulu waktu kita pacaran. Aku belum pernah ketemu bunda kamu."
"Iya. Bunda aku tahu sebatas nama dan foto doang."
Aldi diam-diam mengangkat earphone yang sebelah kiri. Setelah di tegur Iqbaal. Aldi memilih kembali bekerja di depan laptop. Kini Aldi mempertajam pendengarannya agar dapat mendengarkan apa yang sedang mereka berdua bicarakan.
"Pacar kamu pernah ketemu sama bunda kamu?" tanya Iqbaal penasaran.
(Namakamu) menggeleng. "Aku sama dia pacaran diem-diem. Karena bunda gak ngasih aku buat pacaran dulu sebelum lulus."
"Why? But, di instagram pacar kamu banyak banget posting foto kamu." Iqbaal mengangkat kedua bahu. "Aku gak stalking. Di kasih tahu sama temen kebetulan dia tahu orangnya. Terus Bunda gak tahu?"
"Bunda gak ada instagram. Hanya youtube dan facebook. Lagian kalo ada yang bilang Bunda gak akan percaya! Oh iya. Iqbaal? Aku udah lebih dari dua tahun masuk ke musik. Banyak juga yang kenal sama aku entah di kampus atau di luaran. Apa kamu gak tahu aku?"
Iqbaal bingung. "Enggak (Namakamu). Kamu yang sekarang sama kamu yang dulu itu beda. Aku sering lihat poster wajah kamu di beberapa tempat. Nama yang sama tapi gak sesuai sama fotonya. Dan ternyata kamu emang udah berubah."
(Namakamu) mengangguk paham.
"Jadi kalian pernah pacaran?" potong Aldi. Kini duduk di hadapan Iqbaal. "Bentar-bentar. Udah gue duga. Dari tatapan aja udah beda."
(Namakamu) cemas. "Jangan bilang Nhara."
"Gak akan. Jadi ini orang yang selama ini bikin lo nangis terus? Kata lo mantan lo udah meninggal waktu kecelakaan pesawat."
Iqbaal terkekeh. "Gue masih selamat atas doa dari dia."
"Gila ya lo! Selama itu dia nangisin lo. Jadi dia pacaran sama Nhara untuk bisa move on dari lo."
(Namakamu) menoleh. "Aldi!!!"
"Ceritanya panjang. Kalau dengar pun lo akan bosan, Al. Tapi intinya gue selamat dan semua yang lo lihat sekarang. Gue sehat."
"Mau minum?" Tanya (Namakamu).
"Boleh."
"Kalo lo Al?"
"Ya pasti."
(Namakamu) memutar bola mata. Aldi memang sangat menjengkelkan. Pergi ke arah dapur dan membuat minuman dingin. Sedangkan Iqbaal dan Aldi masih sibuk berbincang.
"Lo tahu. Kenapa gue gak suka pacar (Namakamu)?"
Iqbaal menaikkan alis.
"Dia itu orangnya songong. Kalo lo nanti ketemu dia betapa arogannya cowok itu. Dia selalu merasa bahwa kastanya tinggi di banding gue. Karena pacaran sama (Namakamu)."
"Pernah ke Studio?"
"Jarang. Entah karena males atau karena Bella sering marahin dia."
"Cukup Al." Kata (Namakamu).
◀◻◻◻▶
Bagaimana kabarnya?
Sudah cek cerita baru aku belum?
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMERAN UTAMA✅ | Iqbaal Ramadhan
FanficSequel 'tentang,Iqbaal.' "Jika Iqbaal adalah sesuatu yang berharga bagi (Namakamu), maka Iqbaal adalah nafas yang akan selalu (Namakamu) butuhkan."