Halooo balik lagi nih. Jangan lupa vote dan komen nya yaa. Biar aku makin semangat nulis nyaa 😊😊
~~~~~Aku hanya diam tertunduk. Tatapan sahabat-sahabat ku seolah menyiratkan aku harus menjelaskan semua yang baru saja terjadi.
"Rey, Lo kenal Azka?" Akhirnya Vio buka pembicaraan.
"Gak vi, sumpah gue gak kenal sama sekali sama dia" jelas ku.
"Tapi kenapa tiba-tiba dia nanya nama lo, terus langsung ngecap kalo lo itu pacar nya?" Ucap Vio seakan mencari jawabannya sendiri.
"Gila sih lo Rey, Lo punya pacar cakep gak cerita-cerita ke kita" ledek Rara sambil mencolek bahu ku.
"Kan gue udah bilang Ra, dia bukan pacar gue. Gue aja gak kenal dia siapa" aku coba membantah semua ucapan sahabat-sahabat ku.
"Pokoknya nih yaa gue gak akan mau jadi pacar nya dia" lanjutku.
"Yakin nih Rey? Azka itu ganteng loh. Malah ada yang bilang dia itu pinter pake banget di sekolah nya yang dulu" ledek Sonia sambil tersenyum jahil.
"Bodo amat lah gue gak perduli. Lagian nih yaa, mana ada anak pinter yang kelakuan nya kayak gitu?!" Kataku acuh tak acuh.
Mereka hanya senyum-senyum jahil ke arah ku. Karena mereka tau selama ini banyak cowok yang mencoba untuk mendekati ku tapi tak pernah ada yang berhasil. Dan baru kali ini ada cowok yang benar-benar frontal mengakui aku sebagai pacar nya tanpa persetujuan dari aku.
~~~~~Jam pulang tiba. Semua siswa dan siswi berhamburan keluar kelas. Ya, memang hari ini tidak ada jadwal pelajaran sama sekali bahkan guru pun tidak ada yang masuk kelas. Dengan alasan mereka sibuk mengurusi anak-anak kelas 10 baru. Mungkin jadwal akan di bagikan besok. Sepanjang hari ini aku tidak melihat Azka lagi dari kejadian mengejutkan tadi, dia juga tidak masuk di kelas ku. Mungkin dia tidak sekelas dengan kuu "Huuhh" aku menghela napas sedikit lega. "Ehh ngapain juga gue mikirin dia" gumamku dalam hati. Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Biasanya pak Irul menunggu ku di depan gerbang. Pak Irul adalah supir pribadi yang di khususkan mengantar dan menjemput aku. Padahal aku bisa membawa motor sendiri tapi tidak di bolehkan oleh papah dengan alasan jalanan ibu kota terlalu berbahaya. Padahal semua sahabat-sahabatku membawa motor masing-masing. Yasudahlah aku hanya bisa menuruti papah.
"Yah belum dateng" ucapku saat melihat tidak ada tanda-tanda mobil Honda city hitam terparkir di depan gerbang.
"Neng Reyna nunggu Pak Irul ya?" Sapa mang Jojo satpam sekolah ku. Yaa Mang Jojo lumayan akrab dengan Pak Irul. Tak jarang mereka berbincang sembari menunggu ku pulang.
"Ehh iya nih Mang" jawabku santai
"Yaudah neng tunggu pos aja sini, sudah mendung takut hujan" kata mang Jojo. Memang saat aku melihat ke atas langit sangat gelap tanda hujan lebat akan turun.
"Iya Mang makasih" aku berpindah tempat untuk menunggu.
"Tiinn..."
Suara klakson mobil ini membuat aku teralihkan dari handphone ku. Alih alih Pak Irul yang datang. Malah sebuah mobil Honda jazz warna merah yang terlihat. Tak lama pemilik mobil tersebut membuka kaca.
"Reyy..." Panggilnya.
Aku terdiam karena yang kulihat adalah sosok cowok yang baru saja mengklaim diriku sebagai pacarnya. Ya dia Azka.
"Pulang bareng yukk" tambahnya
"Sorry gue dijemput" jawabku singkat.
"Jemputan lo gak bakal datang Rey. Liat tuh langitnya udah makin gelap. Ayoo cepetan keburu hujan nanti baju lo basah" bujuknya
"Gaak makasih" tolakku.
"Eh Rey, belum pulang?" Tiba-tiba Dean menghampiri ku dengan motor besar nya. Dean adalah kapten basket di sekolahku. Hampir semua cewek terpesona dengan dia termasuk ketiga sahabatku. Akhir-akhir ini basket akan mengadakan turnamen. Mungkin karena itu Dean pulang telat.
"Dean? Belum nih lagi nunggu jemputan" balasku.
"Mau pulang bareng?" Tawar nya
"Gak usah, bentar lagi juga Dateng ko" tolakku dengan senyum kecil.
"Yaudah kalo gitu, gue balik duluan ya Rey. Lo hati-hati" ucapnya dengan senyum manis nya. Yaa Dean cukup manis menurut ku.
"Lo juga hati-hati De"
Dean berlalu dengan motornya. Disisi lain Azka hanya cemberut didalam mobil nya sambil matanya nya mengikuti arah motor Dean.
"Udah senyum nya Reyna Anatasya?" Ucap Azka sedikit ketus.
"Kenapa sih lo bisa senyum semanis itu ke cowo selain gue?" Lanjutnya.
"Emang lo siapanya gue, ngatur-ngatur senyum gue?" Kataku kesal
"Gue pacar lo. Kan gue udah bilang tadi" jelasnya
"Sejak kapan yaa gu---" kata-kata ku terhenti ketika ponsel yang ku genggam berdering. Terlihat tulisan Mamah di layarnya. Langsung cepat-cepat aku angkat.
"Halo Rey?"
"Iya mah? Mah ko pak Irul belum jemput Rey?"
"Aduhh Rey maaf banget yaa mamah lupa bilang kamu. Hari ini pak Irul minta cuti mendadak karena istrinya sakit jadi beliau gak bisa jemput kamu. Kamu naik taksi aja yaa atau minta anterin temen kamu gitu"
"Yaahh maah kenapa ga bilang dari tadi? Temen Rey udah pulang semua"
"Maaf yaa sayang, yaudah kamu naik taksi aja. Mamah tutup dulu ya, mamah lagi sibuk banget nih. Dah sayang hati-hati ya"
"Tuutt... Tutt..." Mamah menutup telfon nya.
Aku melihat sekitar. Sepi. Sangat sepi tidak ada taksi ataupun angkutan umum disini. Masa iya sih gue harus pulang sama Azka?.
"Gak ada yang jemput Lo kan Rey?" Tanya Azka memastikan.
Aku hanya diam dan memikirkan cara nya aku pulang tanpa harus pulang bareng dengan Azka.
"Yaudah ayo cepetan naik Rey ini udah petir-petir mulu keburu hujan nanti baju lo basah" gerutu nya.
"Lo balik duluan aja. Gue mau pesen taksi aja" jawab ku. Tiba-tiba petir diiringi geluduk besar mengagetkan ku. Tak lama rintik demi rintik hujan pun turun membasahi rambut hingga kaki ku. Melihat aku mulai kehujanan, Azka langsung mencari payung yang ada di jok belakang nya dan turun memayungi aku.
"Lo batu sih, udah gue bilang cepetan naik malah jadi kehujanan kan?" Umpatnya. Disaat itu aku dan Azka benar-benar berada di jarak yang sangat dekat. Karena payung yang di bawa Azka hanya untuk satu orang. Tapi ini untuk memanyungi kami berdua. Aku mendongak ke atas. Melihat wajah Azka. Ya Azka memang jauh lebih tinggi dari pada aku. Wajahnya benar-benar menggambarkan kalo dia khawatir terhadapku. Benar kata Vio. Azka tampan. Cukup tampan jika di bandingkan dengan teman-teman cowo ku disekolah. Tak heran Vio begitu heboh. Tanpa ku sadari, aku di tuntun oleh nya masuk ke dalam mobil. Ketika Azka menutup pintu mobil nya aku baru tersadar. "Astagfirullah mikir apa sih gue" aku mencoba untuk menghentikan lamunan ku. Suhu mobil Azka cukup dingin mungkin karena dia menggunakan AC dan aku baru saja terguyur hujan. Aku bergidik kedinginan. Sebelum Azka menjalankan mobilnya dia memberiku sebuah jaket.
"Nih pake jaketnya lo kedinginan kan?"
"Makasih" hanya itu yang keluar dari mulutku
"Nih cariin rumah lo di maps biar gue gak susah" katanya sambil menyodorkan ponselnya. Setelah selesai aku memberikan alamat rumah ku, Azka melajukan mobilnya. Dia tidak banyak bicara hanya sesekali melirik ku atau bernyanyi kecil mengikuti musik yang dia setel di mobil nya. Tak lama rasa kantuk dan pusing menyerangku. Mungkin ini efek dari kehujanan tadi. Ya aku memang tidak bisa kehujanan sedikit pun. Lama-lama aku pun terlelap di mobil Azka....
~~~~~Nahkan gimana nih kelanjutannya?? Jangan lupa vote and comen yaa 💕
See you next part😘😘