Chapter Twenty Eight

218 14 5
                                    

Happy Reading❤️

Azka POV

"Oh iya gue tadi lupa ngasih sisa uang kas ke Vio yaa. Sekarang aja deh mumpung lagi di jalan sekalian kerumah nya" ucapku menyesali kelupaan ku. Lalu aku langsung bergegas menyambungkan telepon ke kontak yang bernama "Viona"

Tuutt...

Tuutt...

Viona
"Halo Ka. Ada apa?"

Azka
"Vi, Lo di rumah gak? Gue mau ngasih uang sisa tadi ngeprint nih"

Viona
"Harus banget sekarang apa? Besok aja si di sekolah"

Azka
"Harus Vi. Gue takut lupa lagi. Sekalian tadi kata Faisal kelas kita kebagian dekor photo booth dan temanya udah di kirim ke Lo. Gue mau liat biar besok bisa langsung di cicil"

Viona
"Hmm yaudah deh. Emang Lo tau rumah gue?"

Azka
"Gak. Shareloc aja ya"

Viona
"Bentar"
"Udah tuh"

Azka
"Yaudah Vi makasih ya. Gue otw"

Viona
"Cepetan. Jangan lama-lama gue ngantuk"

Tutt.. Tuutt.. Tuutt..

Telepon pun terputus sepihak. Dan tanpa basa-basi lagi, aku pun langsung membuka share location dari Vio dan menancapkan gas menuju rumah Vio. Tak butuh waktu lama untuk bisa sampai rumah Vio. Karena keadaan jalan pun sedang renggang. Dari kejauhan aku sudah bisa melihat Vio sudah menunggu ku di bangku depan rumah nya. Aku pun langsung memberhentikan mobil ku tepat di depan Vio.

"Nih uang nya Vi" sambil menyerahkan uang beserta nota kepada Vio.
"Gue terima ya" kata Vio sambil menghitung uang tersebut.
"Hmm. Mana Yang Faisal kirim?"
"Nih" Vio menyodorkan ponsel nya yang terlihat disana photo booth tahun lalu.
"Oh iya Vi. Bu Puji minta data anak-anak yang masih nunggak kas" kataku
"Buku nya di dalem. Gue ambil dulu ya" Vio pun langsung meninggalkan aku yang sedang asik melihat foto-foto contoh photo booth.

Tiba-tiba saja layar menjadi gelap dan berubah menjadi tampilan telepon masuk. Tertera disana nama Reyna. Rasanya aku tidak ingin mengangkat nya karena ini bukan ponsel ku. Namun, pada detik ke 10 ponsel itu berdering perasaan ku mulai tak enak dan kuputuskan untuk mengangkatnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Vio... Hiks hiks hiks Dean jahat banget sama gue Vi hiks hiks hiks. Dia... Dia ninggalin gue sendirian disini, dia malah milih nganterin Nesya dibanding gue. Padahal gue udah berusaha buat dia seneng. Tapi dia ga menghargai gue banget Vi. Lo bisa jemput gue disini kan? Jangan lupa bawa jaket yaa gue kedinginan banget ini"

Terdengar suara Reyna disana membuat hatiku sakit ketika mendengar isakannya.

"Vi..." Panggil nya lagi dari sana namun langsung ku tutup karena Vio sudah berjalan menuju ke arah ku.

"Nih bukunya" sodor Vio.
"Vi, Lo tau GOR tempat anak basket tanding gak?" Tanya ku.
"Tau kenapa?"
"Kasih tau gue dong. Gue pengen liat aja mereka main" alasan ku.
"Ohh.. Lo keluar dari perumahan ini terus belok kiri aja nanti tinggal lurus paling 500 meter. Pasti nanti keliatan kok. Ada nya di sebelah kiri ya" jelas Vio panjang lebar.
"Yaudah thanks yaa. Oh iya buat photo booth besok kita omongin lagi sama anak kelas dan jangan lupa besok buku kas dibawa Bu Puji mau liat katanya" titah ku.
"Yeeuu kalo tau gitu tadi mah nih buku gak usah gue ambil ke dalem" dumal Vio yang hanya aku balas dengan cengiran.
"Gue balik ya Vi. Sorry malem-malem gangguin Lo" pamit ku.
"Ye. Awas aja Lo kerumah gue malem-malem kayak gini lagi. Kaga gue tanggepin" dumalnya lagi. Aku langsung masuk ke dalam mobil ku dan melajukannya menuju GOR yang tadi sudah di beritahu arahnya oleh Vio.

"Kayaknya ini deh tempatnya" gumam ku saat melihat plang bertuliskan "GOR JAYAKARTA" aku pun mulai memasuki tempat parkir GOR tersebut. Setelah selesai parkir aku mulai mencari keberadaan Reyna yang tak tau ada dimana. Dari kejauhan aku melihat sosok perempuan sedang duduk dengan kepala tertunduk bisa ku pastikan itu adalah Reyna.

Reyna POV

"Rey...." Panggil seseorang sambil berlari ke arah ku. Aku menyipitkan mataku mencari tau siapa orang tersebut. Semakin lama, semakin jelas bahwa orang yang sedang berlari ke arah ku itu adalah Azka.
"Azka? Lo ngapain disini?" Tanya ku ketika Azka sudah berada di hadapan ku. Tanpa menghiraukan pertanyaan ku dia terus menatap mataku lekat-lekat.
"Udah berapa kali Lo dibuat nangis sama Dean?" Tanya nya tanpa mengalihkan pandangan dari ku. Aku tak bisa menjawab. Bukan, bukan tak bisa melainkan bibir ku terkunci oleh tatapan matanya. Lalu dia membawa tubuh ku ke dalam dekapan nya. Mendekap ku sangat erat entah apa yang di rasakannya sekarang.
"Gu.. gue gak apa-apa Ka" kata ku pelan namun terdengar oleh nya. Aku hanya bisa memberika tepukan-tepukan kecil di punggungnya. Berharap bisa menenangkan nya. Azka pun melepaskan ku dari dekapannya tanpa melepaskan tangan nya yang ada di bahu ku.
"Kenapa Lo pake baju ini? Dean yang suruh?" Tanya nya. Aku hanya bisa mengangguk kecil.
"Lo bawa baju ganti ga? Kalo ga bawa gue ambilin baju gue di mobil"
"Gue bawa kok baju ganti. Gue ganti dulu yaa" pamit ku yang hanya di jawab "hmm" oleh Azka.

Kurang lebih 10 menit aku keluar dari kamar mandi dan melihat Azka masih berada di tempat yang sama sedang memainkan ponsel nya.
"Ka gue udah selesai" kataku. Azka pun melihat ke arah ku dan membuka jaket yang ia gunakan.
"Nih pake biar gak kedinginan lagi" katanya sambil memakaikan jaket nya di bahu ku.
"Kok Lo tau gue kedinginan tadi?" Tanya ku heran.
"Sorry ya, tadi yang angkat telfon Lo waktu Lo telepon Vio itu gue, makanya gue tau Lo minta di bawain jaket katanya kedinginan" jelasnya.
"Hmm pantesan aja pas gue ngomong kayak gitu diem aja. Kalo itu Vio beneran kan pasti udah rame" kataku yang di balas tawa kecil oleh Azka.
"Berarti Vio gak tau tadi gue telepon ke handphone nya?" Lanjutku
"Gak tau kali" jawab Azka enteng.
"Eh btw Lo ngapain malem-malem kerumah Vio?" Tanya ku penasaran.
"Kepo Lo" jawab nya dengan tawa meledeknya.
"Iihh main rahasia-rahasiaan yaa Lo sama gue sekarang?" Kataku sedikit berteriak ketika Azka sudah mulai melangkah ke arah mobilnya.
"Yaudah ayo cepetan udah malem ini takut bunda Lo khawatir" katanya. Aku pun langsung menuju mobil nya Azka dan langsung masuk ke dalam karena pintu kursi samping kemudi sudah dia bukakan untuk ku seperti biasa. Tak lama disusul Azka memasuki kursi kemudi. Namun, saat Azka hendak melajukan mobil nya tiba-tiba ponsel nya berdering.

"Halo assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. Kak Azka lupa ya?"

"Astagfirullah maaf ya Cha. Kakak lupa beneran. Soalnya tadi kakak ada urusan penting banget jadi gak bisa di tinggal"

"Hmm yaudah kak gapapa"

"Maaf yaa"

"Iya kak gapapa. Yaudah kak aku tutup ya assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Tuutt... Tuutt... Tuutt...

Panggilan terputus

     "Siapa Ka? Echa ya?" Tanya ku
     "Iya Echa. Gue janji mau nganterin dia nyari barang-barang buat besok persiapan acara karya tulis. Tapi gue lupa" jelas nya sambil tertawa kecil.
     "Hmm.. sorry yaa gara-gara gue Lo jadi ngebatalin janji Lo sama Echa. Jadi ga enak gue" kataku menunduk karena merasa bersalah.
     "Reyy.. denger yaa Lo itu prioritas utama gue setelah mama gue jadi gak usah merasa bersalah gitu" kata nya dengan tatapan hangat


Jangan lupa vote dan komen nya ya gaes. Biasakan meninggalkan jejak setelah membaca.

See you💞

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ReynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang