Chapter Fourteen

606 13 4
                                    

Happy Reading ❤️
Don't forget for vote and comment

Tangan Dean turun dari bahu menuju ke telapak tangan ku. Dia menggenggam erat telapak tangan ku seolah memberika kepastian dari ucapannya.

     "Reyna, mau gak lo jadi pacar gue?"

Sungguh kata-kata yang mematikan dan menghidupkan ku bersamaan.
Aku benar-benar kaget dengan apa yang baru saja Dean katakan padaku.

     "Hahaha becanda yaa lo De? Gila Kali ga mungkin lah cewe kayak gue bisa pacaran sama Lo" kata ku sambil tertawa hambar. Tentu saja aku tidak percaya apa yang baru saja di katakan oleh Dean. Aku pun menarik tangan ku yang di genggam Dean.
     "Gue serius Rey, gue gak bercanda. Lo mau gak jadi pacar gue?" Lagi-lagi Dean mengulang kata-kata itu. Saat ini aku benar-benar diam seribu bahasa. Terlalu banyak hal yang ku pertimbangankan. Dari mulai perkataan sahabat ku tentang Dean, ketakutan ku akan patah hati dan yang terakhir adalah Azka. Ya, entah kenapa aku memikirkan Azka pada saat seperti ini. Seperti ada yang mengganjal di hati ku.
     "Reyy.. gimana? Lo terima gue kan?" Kata-kata Dean membuyarkan lamunan ku.
     "Gu..gue masih bingung De. Entah perasaan gue ke lo yang belum bisa gue pastiin atau perasaan gak enak sama sahabat-sahabat gue" kataku mencoba menjelaskan isi dari hati ku.
     "Kalo masalah sahabat-sahabat lo itu, biar nanti gue yang jelasin ke mereka. Tapi kalo untuk mastiin perasaan lo ke gue, kita bisa sambil jalanin hubungan ini Rey. Gimana?" jelas nya. Aku kembali terdiam.
     "Oke, kalo gak ada jawaban gue anggap lo terima gue. Oke Rey?" Kata nya tiba-tiba.
     "Hmm iyaudah gue mau" jawab ku.
     "Yess berarti mulai sekarang lo jadi pacar gue yaa?" Kata Dean kegirangan
     "Oh iya berhubung sekarang kita udah resmi jadian, jadi gak boleh ada panggilan gue lo lagi. Harus pake aku kamu" lanjutnya.
     "Tapi gue belum terbiasa De" bantahku
     "Lama-lama juga terbiasa sayang" kata Dean sambil mengacak-ngacak pucuk kepala ku.
     "Sayang?" Tanya ku keheranan
     "Iya sayang. Kenapa? Ada yang aneh?" Tanya nya
     "Hmm yaa, aneh aja mungkin karena gue belum pernah pacaran kali ya"
     "Semua nya akan terbiasa kok. Nanti juga kamu menyesuaikan diri" katanya dengan senyum yang mengembang.
     "Yaudah ayo kita balik ke kelas bentar lagi bel masuk" ajak nya sambil menggandeng tangan ku.

Untunglah jalanan koridor sudah lumayan sepi, karena bel masuk akan segera berdering. Aku bisa sedikit bernafas lega karena tidak akan ada yang memandangi ku dengan tatapan aneh lagi seperti tadi waktu aku dan Dean ke rooftop.

Dari jarak kira-kira 50 meter aku bisa melihat bahwa Vio sedang berdiri di depan pintu kelasku. Aku tau pasti dia sedang menunggu ku dan Dean.

     "Heh lo abis bawa Reyna kemana?Ha?" Tanya Vio dengan nada seperti ngajak tawuran.
     "Gue cuman ngajak dia ke rooftop doang ko" jawab Dean santai. Tiba-tiba Rara dan Sonia pun datang menghampiri
     "Ehh lepasin ini tangan nya si Reyna. Ngapain si lo pegang-pegang" kata Sonia sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Dean di tangan ku.
     "Kenapa harus gue lepas? Tangan-tangan pacar gue. Ngapain gue lepas" kata Dean yang langsung mendapatkan pelototan dari ketiga sahabat ku.
      "Hellooowww mimpi ko di siang bolong. Bangun mas nyaa" kata Vio sambil menepuk bahu Dean.
     "Siapa yang mimpi sih? Lo kalo gak percaya tanya aja sama Reyna" kata Dean.
     "Bener Rey?" Delik Rara. Aku hanya bisa diam
     "Jawab Rey!" Timpal Sonia
     "I..iyaa" jawab ku terbata. Aku tau pasti ketiga sahabat ku akan marah ketika tau bahwa aku pacaran dengan Dean. Karena mereka benar-benar tidak mau aku pacaran dengan Dean.

Tok..tok..tok
Suara sepatu Bu Puji terdengar dari lorong koridor. Suara itu menghentikan aktivitas introgasi Vio seketika.
     "Nanti istirahat lo Masih harus jelasin ke kita Rey" titah Vio yang langsung meninggalkan aku dan juga Dean. Ketiga sahabat ku itupun langsung menempati tempat duduknya.
     "Dean, Reyna. Kalian sedang apa di depan pintu? Ayo masuk" kata Bu Puji. Aku dan Dean pun masuk dan menempati kursi kami masing-masing. Aku sedikit tak nyaman, karena sebelah ku adalah Vio. Dari tadi Vio hanya memasang muka jutek nya saja. Tidak ada senyuman yang ia keluarkan untuk ku. Begitu pula dengan Rara dan juga Sonia. Huuffttt suasana ini, benar-benar tidak aku sukai.

ReynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang