40

18K 2.7K 983
                                    









###





"....kita nangis bareng"

hana terkesiap, jujur hana sempat tertawa kecil karna saking terkejutnya, suga? seorang suga ngajak dia nangis bareng?

"hiks..akh hahaha"- hana mengusap air mata dengan punggung tangannya

tangan mungilnya membuka pintu, menampilkan suga yang menatap nya lurus, hidung nya memerah, wajah putih pucat itu tampak menyedihkan, sembab.

"apa apaan sih lu bang hahaha"- hana tertawa di sela tangisannya

kakaknya melangkah masuk,merentangkan kedua tangannya memeluk hana, memeluk adik perempuan satu satunya, membawa wajah kecil itu bersandar ke dada, mengusap pelan pucuk kepala hana dengan sayang

hana yang merasa nyaman menumpahkan seluruh air matanya yang ditahan daritadi, membuat isakan kecil, tusukan demi tusukan terasa sangat perih

iya.

selama ini hana hanya tahu ayah nya lah yang berusaha

ayah nya yang tersakiti

ayahnya yang sangat bekerja keras

mama hanyalah istri yang pembangkang, yang egois dan memikirkan diri sendiri

bahkan hana merasa sangat teriris begitu papa sebenarnya tahu hubungan gelap mama, tapi papa berpura pura tidak tahu selama beberapa bulan

hana sangat membenci mama nya karena telah menyakiti hati papa

namun sekarang, hana merasa hampa, rasanya semua sama saja bukan? kedua orang tuanya hanya memilih dosa dengan cara yang berbeda

serba salah

terlalu dalam.mencari jawaban, hingga akhirnya satu satunya yang bisa dia salahkan adalah dirinya sendiri

hancur bukan main

semua adalah salahnya

salah anak sialan yang tidak harusnya terlahir

anak iblis

anak bego

anak bodoh

dan seluruh umpatan orang tua nya selama ini merupakan fakta yang sebenarnya

hati kecilnya sangat sakit begitu kata demi kata itu keluar

tapi ternyata ini lebih dari menyakitkan

hana tenggelam dalam tangisannya sendiri, tanpa ia sadari suga membawa nya ke sofa di samping tempat tidurnya

lelaki itu tampak sama hancurnya seperti hana, wajahnya memerah dengan mata membengkak

kedua tangannya memegang pundak hana, tidak keras, tetapi cukup membuat hana mengerti bahwa suga mencoba berbicara serius

"gua tau ini berat..

bukan bagi gua doang, buat lu, dan buat adik bungsu kita"-

lelaki itu menghentikan kalimat untuk menghapus air mata dengan punggung tangannya, menghela nafas berat

"...gua cuma capek aja, kalau mama terus terusan kayak gini gua malah mikir, apa kita biarin aja mama milih jalannya sendiri..

...cerai sama papa"-

hana terbelalak begitu mendengar kalimat abangnya, sungguh? bercerai? semudah itu dia mengatakannya?

"abang, lu gila?"

KENTANG ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang