15

32 8 0
                                    

"SALSA!!" bentak Tisha pada Salsa, Tisha terkejut melihat Salsa yang melemparkan mainan yang berbahan kayu ke wajah Arkan yang tengah menggelitiki gadis kecil itu. Mungkin Salsa refleks melakukan itu karna merasa tidak tahan dengan kelitikan Arkan. Tapi Tisha sungguh dibuat kesal, karna kening Arkan yang terluka dan mengeluarkan darah.

"Tisha kenapa kamu bentak Salsa?!!" tanya Andin dengan tegas, dia terkejut mendengar teriakan Tisha tadi. Saat Andin menghampiri mereka ternyata Salsa sudah menangis.

"Dia ga sopan Ma ngelempar mainan ke muka Arkan, sampe kening Arkan berdarah!" jawab Tisha dengan kesal. Arkan mencoba menenangkan Tisha yang tengah emosi.

"Ga usah bentak Salsa! Kamu bisa nasehatin baik2!" Ucap Andin seraya berlalu membawa Salsa pergi meninggalkan Arkan dan Tisha diruang tamu.

Tisha menghela nafas kasar,menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, seraya mendudukan tubuhnya disofa. Tisha benar2 emosional, Mama nya lagi2 membela Salsa.

"Heyy udah ga perlu nangis, aku gapapa ko" ucap Arkan seraya duduk disamping Tisha.

"Aku ga nangis karna kamu!" jawab Tisha.

"Terus kenapa nangis?" tanya Arkan lagi. Tapi Tisha tidak berniat untuk menjawab. Dia hanya diam.

"Mau kemana?" tanya Arkan yang melihat Tisha beranjak dari sofa.

"Tunggu disini!" ujar Tisha pada Arkan. Arkan hanya mengangguk, dia memegang keningnya yang terasa perih.

"Jangan dipegang gitu! Tangan kamu kotor!" sontak Tisha memukul lengan Arkan dengan keras.

"Ashh sakit Sha" rintih Arkan.

"Lebay deh"

"Sini deketan,aku obatin keningnya" ucap Tisha seraya menuangkan cairan antiseptik ke atas kapas.

Arkan pun menurutinya, dia memepetkan tubuhnya pada tubuh Tisha dengan sengaja, berniat menggoda Tisha.

"Ga usah terlalu deket ih!" kesal Tisha. Arkan hanya terkekeh, dia menggeser tubuhnya sedikit, memberi jarak antara dia dan Tisha.

Tisha yang sedang membersihkan luka Arkan, menjadi salah tingkah sendiri karna Arkan sedari tadi terus memperhatikannya tanpa mengalihkan pandangannya sedetik pun.

"Akhh sakit dong!" rintih Arkan, Tisha sengaja menekan luka Arkan agar Arkan mengalihkan pandangannya.

Tisha pun beranjak pergi ke dapur, menaruh kembali kotak P3K ke rak yang ada di dapur.

Saat dia melewati kamar Mama nya dia terdiam, merasa iri dengan Salsa yang mendapat kasih sayang lengkap dari Mamanya dan juga Om Ridwan 'Ayah Salsa' .

"Ayah kapan pulangnya?" suara Salsa terdengar, Tisha terus mendengarkan apa yang dibicarakan mereka. Sepertinya mereka tengah melakukan panggilan vidio. Karna sekarang Om Ridwan tidak ada disini.

"Nanti malem sayang, tungguin ayah ya"

"Salsa mau ayah bawain apa nanti malem?"  hati Tisha serasa di iris, kapan Tisha mendapat perhatian seperti itu lagi dari Ayahnya. Tisha rindu ayahnya.

"Aku mau eskrim yah"

"Ga boleh! Kamu lagi batuk!" suara larangan Andin terdengar. Lagi lagi Tisha merasakan sakit dihatinya. Merasa sangat iri dengan gadis kecil itu yang mendapat perhatian lebih dari Mamanya. Akhir-akhir ini Andin sudah jarang memperhatikannya, mungkin dia berpikir bahwa Tisha sudah besar, bisa mengurus dirinya sendiri. Ya, itu benar. Tapi tetap saja Tisha butuh perhatian Mama nya, dan tentunya Papa nya juga.

Tisha kembali melangkahkan kakinya kedapur seraya menghapus air matanya. Menaruh kembali kotak obat pada tempatnya. Saat berbalik Tisha terkejut mendapati Arkan yang berdiri dihadapannya saat ini.

"Cengeng!" ucap Arkan seraya mendelikan matanya. Arkan melihat semuanya, melihat Tisha yang menangis didepan pintu kamar tante Andin.Sebenarnya Arkan mengikuti Tisha tadi, jadi Arkan tau semuanya.

Mendengar ucapan Arkan, Tisha memukul dada Arkan, dan memeluk Arkan. Dia kembali menangis dipelukan Arkan.

"Aku mau ketemu Papa..." ucap Tisha dengan lirih.

"Mau ngapain?" tanya Arkan.

"Aku kangen Papa!" jawab Tisha dengan kesal.

"Percuma kamu ketemu Papa kamu! Kamu nya aja diem mulu. Sekalinya ngomong kalo pas ditanya doang!" ujar Arkan. Arkan tau itu dari Tisha sendiri, Tisha pernah cerita padanya, kalo Tisha bertemu ayahnya Tisha merasa sangat canggung.

"Kamu kan ngerti! Aku kaya gitu karna udah lama ga pernah ketemu Papa"

"Dimana?"

Tisha mengerutkan keningnya bingung dengan pertanyaan Arkan.

"Dimana apanya?" tanya Tisha balik.

"Rumah Papa kamu. Aku temenin kamu kesana" jelas Arkan.

"Aku gatau" Tisha mengerucutkan bibirnya,  merasa kesal dengan dirinya sendiri yang tidak tahu rumah ayahnya sendiri.

"Yaudah besok kita cari tau, besok kan libur" ujar Arkan seraya mengacak rambut Tisha.

Tisha tersenyum, merasa beruntung memiliki Arkan yang selalu ada untuknya. Tisha benar2 bersyukur untuk itu.

TBC

•Vote nya jangan lupa ya:)
Aku sedikit kecewa sih karna jumlah yang baca sama vote tuh beda jauh banget.

•Follow akunku ya.

•I HOPE YOU LIKE IT💃

•See You Next Chapter~

Different SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang