28

56 8 0
                                    

Untuk hari ini Tisha tidak berangkat sekolah  bersama Arkan. Karna ayah tiri Tisha memaksa Tisha untuk mau diantarkan olehnya, dengan alasan Ridwan ingin supaya dia bisa lebih dekat dengan Tisha. Tisha sudah menolak,tapi ibunya juga ikut memaksanya. Dan sekarang berakhirlah Tisha berdua didalam mobil milik Ridwan,dengan keheningan yang terjadi. Sebelumnya Tisha sudah mengirimkan pesan pada Arkan jika dia akan berangkat bersama Ridwan, dan Arkan pun tidak masalah, dia justru senang melihat Tisha bisa menerima Ridwan. Padahal kenyataannya Tisha belum bisa menerimanya.

"Masih belum bisa nerima Om?" tanya Ridwan, memecah keheningan.

Tisha diam sesaat, dan berpikir sejenak. Sampai kapan dia akan bersikap dingin pada ayah tirinya?. Bukannya tidak ingin bersikap sopan,Tisha hanya belum siap menerima jika Ridwan adalah ayah tirinya. Terlebih lagi rasa kecewa yang ditorehkan masih saja terasa oleh Tisha,meski sekarang Tisha terlihat sudah biasa saja.

"Aku ga tau Om" jawab Tisha dengan tatapan yang tetap fokus ke depan, tidak menoleh sedikit pun.

"Om harus gimana biar hubungan kita bisa seperti ayah dan anak seperti kebanyakan orang?"

Tisha menoleh pada Ridwan,menatap Ridwan,Ridwan pun membalas tatapan Tisha dengan senyum meyakinkan,lalu kembali fokus pada jalanan.

"Om janji ga akan nyakitin ibu kamu dan kamu. Jadi Om harap kamu bisa terima Om secepatnya" ucap Ridwan tulus. Dan tak lama mobil pun berhenti didepan gerbang sekolah Tisha.

Tisha pun melepas seatbelt, lalu kembali menatap Ridwan.

"Tisha usahain Om" ucapnya diselingi dengan senyum tipis, lalu dia turun dari mobil.

Tisha mengayunkan kakinya menuju kelas, saat sampai di area lapangan Tisha melihat Clara yang sedang duduk dibangku yang ada dipinggir lapangan, Tisha pun bergegas menuju Clara.

"Kamu ngapain disini?" tanya Tisha saat sudah duduk disamping Clara, Clara terlihat sedikit terkejut tadi.

"Nungguin Dion, tuh." jawabnya dengan menunjuk ketengah lapangan. Dan benar saja, ada Dion yang sedang bermain basket sendirian. Tisha pun menganggukkan kepalanya, tanda mengerti.

"Mana si Arkan nya? Lo ga bareng dia?" tanya Clara saat menyadari Tisha yang sendirian.

"Engga. Tisha dianter Om Ridwan tadi" jawab Tisha, Clara menoleh pada Tisha dengan tatapan tidak percaya.

"Serius lo dianter bokap tiri lo?!" tanya Clara memastikan. Tisha hanya mengangguk mengiyakan.

"Nah git--" Clara menghentikan ucapannya, tatapannya tertuju ke arah parkiran sekolah. Melihat Clara yang terdiam, Tisha mengikuti arah pandang Clara.

Arkan dan Karina?, mengapa mereka bisa bersama?.

"Si Karin ko sama Arkan si?" tanya Clara dengan nada curiga.

Clara  pun beranjak,menarik Tisha untuk menghampiri Arkan dan Karina. Sebelum itu Clara berteriak pada Dion.

"DION!! AKU PERGI DULU YA!" teriaknya yang dijawab acungan jempol oleh Dion. Setelahnya mereka benar2 menghampiri Arkan dan Karina.

"Hoyy!!" dengan sengaja Clara mengagetkan Karina. Sontak Karina langsung menoleh dan menatap jengah pada Clara. Tisha hanya terkekeh kecil, lalu pandangannya tertuju pada Arkan yang sedang tersenyum kearahnya.

"Bangsad banget lo ya Ra!!" maki Karin pada Clara. Clara hanya mendelikan matanya, bersikap tidak peduli.

"Ko kalian bisa bareng si?" tanya Tisha yang sedari tadi hanya diam.

"Tadi ga sengaja liat Karina dijalan, jadi yaudah sekalian aja" jawab Arkan.

"Kamu emang ga dianter Kak Aldo?" tanya Tisha pada Karina.

"Dianterin tadinya, eh pas ditengah jalan gue disuruh turun, katanya kelasnya udah mau mulai. Tega banget kan dia!" jawab Karina dengan kesal.

"Kasian banget dibuang abang sendiri" ujar Clara seraya tertawa, yang dibalas pelototan mata Karina, dan gelengan kepala dari Tisha.

"Udah-udah, berisik banget lo berdua!" lerai Arkan seraya menggerakkan tangannya misuh-misuh. Lalu dia menarik tangan Tisha untuk mengikutinya.

Clara dan Karina berdecak kesal dengan kelakuan Arkan.

***

"Salsa jangan dimainin bukunya Kaka!" tegur Andin saat Salsa mencoret-coret buku milik Tisha.

Saat ini Andin dan Salsa tengah berada dikamar milik Tisha, Andin berniat untuk membersihkan kamar Tisha, tapi Salsa selalu saja berulah.

Bukannya tidak mampu menyewa seorang pembantu, tapi Andin memang ingin pekerjaan rumah dan mengurus keluarga itu dia lakukan sendiri. Lagi pula dia sudah berhenti bekerja, jadi waktu yang dia punya, digunakan untuk mengurus keluarganya.

Andin berjalan menghampiri Salsa yang duduk dikursi meja belajar Tisha. Lalu dia menurunkan Salsa dan dengan cekatan Andin membereskan buku-buku milik Tisha. Saat ingin menaruh buku itu ditempatnya, sebuah amplop putih terjatuh dari selipan buku itu,tepat disamping kaki Andin.

Andin yang penasaran pun langsung menaruh buku-buku itu dan dengan cepat meraih amplop itu. Tulisan yang pertama dia lihat adalah 'RS. PELITA KASIH'. Perlahan Andin mengeluarkan isi amplop itu.

Dengan gerakan spontan Andin menutup mulutnya, tidak percaya dengan apa yang sudah dia baca. Sebuah kertas yang berisi hasil cek milik Tisha yang menyatakan jika Tisha mengidap penyakit Leukimia.

"Tisha..."  ucapnya lirih bersamaan dengan air mata yang jatuh membasahi pipinya.

Perasaan khawatir,takut,marah dan kecewa menyatu menjadi satu. Hatinya benar-benat tidak tenang saat ini.

"Mama nangis?" hingga suara itulah yang menyadarkannya dari lamunan. Dengan cepat dia menghapus air matanya.

Maafin mama Tisha...

TBC

keysip akhirnya selsai juga chapter ini:)

•tidak ada yang berubah dengan pesanku, tetap sama, dan itu adalah ⇨ •Vote and coment

{ga maksa sih ya,kesadaran diri sendiri aja} hehe:v









Different SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang