24

32 6 2
                                    

Happy reading...

Satu minggu berlalu setelah Tisha pergi kerumah sakit memeriksa keadaannya,dan mengetahui hasilnya. Satu minggu itupula pikiran dan hati Tisha campur aduk. Sedih, takut, dan putus asa semuanya menjadi satu. Telat makan jadi sering Tisha lakukan akhir-akhir ini.

"Hasil tes nya sudah keluar. Dan kamu..."

"Saya kenapa dok?"

"Mengidap penyakit leukimia"

Tidak ada seorang pun yang mengetahui penyakit yang di deritanya ini. Tisha tidak akan memberitahu siapapun tentang ini. Meskipun penyakit leukimia yang di deritanya masih bersifat kronis,tetap saja Tisha merasa takut. Karna pasti semakin hari akan semakin memburuk.

"Tisha..." panggil seseorang dibalik pintu kamar Tisha berhasil membuyarkan pikiran Tisha yang berkecamuk.

"Iya ma sebentar" jawab Tisha seraya bangun dari tidurannya dan melangkah untuk membuka pintu.

"Kenapa ma?" tanya Tisha setelah pintunya terbuka.

"Yuk makan malam dulu" ajak Andin pada putrinya.

Tisha menggeleng. "Tisha ga laper ma", Tisha benar-benar tidak berselera makan untuk saat ini.

"Sayang, akhir-akhir ini Mama perhatiin kamu jarang makan dan selalu telat makan" Andin mengelus rambut Tisha lembut.

"Mama ga mau kamu sakit" lanjutnya.  'Tisha udah sakit ma' jawab batin Tisha lirih.

"Ma tapi Tisha ga laper" tolak Tisha lagi.

"Tisha..." lirih Andin, dia khawatir pada putrinya. Dia tidak ingin Tisha nya sakit.

"Yaudah iya Ma, ayo makan" Tisha menarik lengan Mama nya. Demi Mama nya dia akhirnya mau makan.

Tisha dan Andin sudah berada diruang makan. Disana sudah ada Ridwan dan Salsa yang sudah menunggu.

"Yeayy akhirnya Kakak sama Mana dateng!! Salsa udah laper ni" pekik Salsa senang seraya mengelus perutnya.

Andin tersenyum melihat tingkah anak bungsu nya. Dan tak disangka Tisha juga tersenyum tipis melihat tingkah Salsa. Tisha sadar sekarang, Salsa tidak seharusnya dia abaikan. Salsa masih kecil, dan tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi.

"Tisha mau makan apa sayang?" tanya Andin lembut.

"Apa aja Ma" jawab Tisha seraya tersenyum tipis.

"Ma Caca mau disuapin sama kakak" ujar Salsa tiba-tiba.

"Makan sendiri aja sayang. Kakak nya juga kan mau makan" Andin mencoba memberi pengertian pada Putri kecilnya. Andin juga tahu pasti Tisha belum sepenuhnya menerima Salsa.

"Caca mau disuapin Kakak..." rengek Salsa.

"Salsa!" tegur Ridwan yang sedari tadi hanya diam.

"Hiks..."

"Udah ga usah nangis, sini Kakak suapin" Andin dan Ridwan saling tatap melihat Tisha yang sedang menenangkan Salsa.

Tisha tersenyum hangat saat Andin menatapnya dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.

Lalu mereka melanjutkan makannya dengan damai.

***

"Makasih sayang udah mau nerima Salsa" ucap Andin seraya menatap Tisha yang sedang membantunya mencuci piring.

"Salsa ga tau apa-apa Ma. Tisha ga seharusnya marah sama dia. Tapi kalo soal Om Ridwan..." Tisha menggantungkan ucapannya. Tisha tau Mama nya pasti mengerti.

"Mama yakin suatu saat kamu pasti bisa menerima kehadiran Om Ridwan" Andin tersenyum hangat pada Tisha.

"Tisha ke kamar dulu ya Ma" ujar Tisha, Tisha melangkah meninggalkan dapur setelah mendapat anggukan dari Andin.

Saat sampai didalam kamar, ponsel Tisha berdering. Tisha berjalan mengambil ponselnya yang berada diatas meja belajarnya.

Arkan

Tak menunggu lama Tisha langsung mengangkat panggilan dari Arkan.

"Kenapa?" tanya Tisha to the point.

"Kangen" jawaban Arkan membuat Tisha terkekeh.

"Kangen mulu, kan udah sering ketemu" ujar Tisha seraya membaringkan tubuhnya diatas ranjang.

"Kangen jalan sama kamu"  Tisha terdiam mendengar ucapan Arkan.

Tisha sadar, belakangan ini dia memang sudah jarang pergi jalan bersama Arkan. Tisha selalu mengurung diri dikamar, memikirkan tentang penyakitnya. Bertemu Arkan pun saat Arkan menjemputnya berangkat sekolah, makan bersama dikantin, lalu pulang bersama. Hanya itu. Waktunya bersama Arkan berkurang, dan ini semua salah Tisha yang terlalu sibuk dengan pemikirannya.

"Heyy ko diem aja. Tidur ya?" suara Arkan membuyarkan lamunan Tisha.

"Maafin Tisha ya" Ucap Tisha lirih.

"For what by?"

"Tisha ga pernah ada waktu buat Arkan"

"Kamu mau aku maafin?"

Tisha hanya berdehem menjawab pertanyaan Arkan.

"Besok pulang sekolah, jalan bareng aku"

Tisha tersenyum mendengar ucapan Arkan.

"Oke" jawab Tisha senang.

"Udah ya, good night and have a nice dream sayang"

"Too Arkan" jawab Tisha. Pipinya sudah bersemu merah.

"Ko Arkan si" Ucap Arkan memberenggut kesal.

"Ya emang nama kamu itu kan"

"Jawabnya Too sayang gitu"  titah Arkan.

"Ga mau"

"Yaudah Arkan marah" rajuk Arkan manja.

"Iyaudah iya"

"Iya apa?"

"Iya sa--yang" ucap Tisha terbata.

"Aku ulangi ya. Good night and have a nice dream sayang"

"Too sayang"

TuttTutt

Sambungan dimatikan oleh Tisha sepihak. Sungguh dia benar-benar merasa salah tingkah.Dia mengambil bantal dan menggigitnya menyalurkan kesalah tingkahannya, lalu menutup wajahnya dengan bantal, menyembunyikan pipi nya yang merona merah.

TBC

Hayolo Arkan anak orang baper:v

Ngebaperin pacar sendiri ga ada salahnya cuy! -Arkan gans.



Different SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang