Bell pulang berbunyi, suatu hal yang paling seluruh murid tunggu-tunggu, satu-satunya khas tentang sekolah yang selalu menjadi hal favorite seluruh telinga para siswa-siswi.
"Shinta, lo pulang sama siapa?, kalau lo ga ada yg jemput bareng gue aja." tawar Syera.
"Gue pulang naik bus aja Ra, gak kenapa kok." jawab Shinta.
"lo yakin Shin?, gue tungguin ya?. Udah mau sore nih kita kan tadi nunggu hujan reda dulu, kayaknya mau hujan lagi deh mending balik sama Syera aja atau sama gue, karena jarang ada bus jam segini," sekarang Aryanlah yang ikut bersuara.
"Udah gak kenapa. Kalian duluan aja, lo kan bilang ada acara keluarga nanti Yan." jawab Shinta mencoba untuk meyakini kedua sahabatnya.
Aryan dan Syera akhirnya memilih pergi meninggalkan Shinta dengan sebuah pesan kepada Shinta 'Kalau ada apa-apa telpon aja'.
Sudah hampir lima belas menit Shinta angkutan umum belum ada yang melewatinya, otomatis ia tak akan bisa pulang hingga sore hari tiba. Shinta berniat untuk menerobos derasnya hujan karena melihat langit kelabu yang semakin menghitam.
"Aduh gimana ya, HP gue lowbat lagi." Shinta merutuki dirinya sendiri.
"Shinta. Ayo naik, hujannya makin deres"
"Nathan?." Shinta tak punya pilihan selain menumpang di mobil Nathan karena tak ada satupun angkutan umum atau taksi yang melewatinya.
"Maaf ya gue numpang di mobil lo." ucap Shinta tak enak.
Nathan hanya diam tak menghiraukan gadis di sampingnya. Shinta memilih melihat kearah luar kaca mobil dan melihat derasnya hujan, dan tak terasa membuat tubuh Shinta menggigil di dalam mobil karena AC dan tubuhnya yang terlanjur basah terkena hujan tadi.
Shinta menghusap pelan lengannya yang terasa dingin, tak lama Nathan memberikan Jaketnya kepada Shinta, saat itu bertepatan saat lampu lalu lintas berwarna merah.
Tanpa mengucapkan sepatah dua kata pun, Nathan mulai menyelimuti tubuh Shinta menggunakan jaket miliknya yang selalu ia bawa kemana-mana.
"Loh kita ngapain disini?," tanya Shinta, karena Nathan tiba-tiba memberhentikan mobilnya di sebuah gubuk tua. Sementara Nathan hanya menatap Shinta, tanpa ingin menjawab pertanyaannya.
Shinta membulatkan kedua matanya. "Woy lo gila?!. Lo mau nyulik gue ya?, gue mau pulang!." teriaknya membuat Nathan mengusap wajahnya kasar sambil berusaha menahan emosinya.
"Siapa yang mau nyulik sih. Lo gak liat ada cafe di sampingnya?, kita diem di sana dulu buat minum yang anget-anget." jawab Nathan masih menggunakan wajah andalannya, datar. "Jangan kebanyakan nonton sinetron, hidup lo kebanyakan drama." sambungnya kemudian keluar mobil.
Ia masih berbaik hati, menjadi lelaki yang berwibawa. Nathan masih mau memayungkan Shinta sampai ke cafe, agar tidak kehujanan.
"Nih minum coklat panasnya, biar anget gue tau lo gabisa minum kopi." ucap Nathan dengan nada cueknya.
Shinta hanya menganggukkan kepalanya sambil meminum coklat panasnya. "Kayak Spongebob dan Patrick yang pas hujan badai minumnya coklat panas, menonton tv, dan main tic tac toe." ucap Shinta terkekeh, mencoba memecah keheningan dengan lawakannya.
"Apaan sih, diem deh." sinis Nathan membuat Shinta mengerucutkan bibirnya seraya menggumam dalam hati. "Halah asu."
Meminum coklat panas membuat badannya sedikit membaik, tetapi masih membuat badannya terasa dingin. Shinta masih merasakan telapak tangannya yang dingin.
Nathan yang cukup peka hanya menghela napasnya kasar kemudian mengambil keuda telapak tangan Shinta lalu di usap-usap dan ditiupkan supaya merasa lebih hangat.
"Than, emm...udah sore gue harus balik kerumah, HP gue lowbat takutnya nyokap nyariin." ucap Shinta.
Nathan mengangguki dan mengajak Shinta untuk kembali ke mobilnya.
"Kalo lo mau ngecas, itu ada tempat cas" ucap Nathan yang diangguki Shinta. Tanpa basa-basi, gadis itu segera menyolokkan chargenya.
***
"Makasi ya Than,maaf gue udah repotin lo. Gue duluan ya!" ucap Shinta kepada Nathan yg hanya menoleh ke Shinta tanpa mengucapkan sepatah katapun. Shintapun menuju pintu rumahnya dengan tergesa-gesa.
"Tuh cewek kenapa sih?. Aneh."
Nathan hendak kembali menjalani mobilnya, tetapi kedua netranya menangkap barang pribadi Shinta yang tertinggal di dalam mobilnya. Nathan memutar bola matanya malas, berpikir sejenak untuk harus mengembalikan sekarang atau besok.
"Ya sudah." ucap Nathan lalu mengeluari mobilnga dan berjalan kearah rumah Shinta.
Pintu bercorak berwarna coklat itu terasa dingin, sebelum mengetok pintu rumah Shinta, Nathan mendengar suara tangisan dan keributan yang terjadi di dalam rumah itu.
Nathan mengetok pintu rumah Shinta lalu menggelengkan kepalanya, berpikir untuk meninggalkan rumah Shinta, tetapi Shinta malah sudah membukakan pintu rumah terlebih dahulu.
"Nathan?." Shinta membulatkan kedua matanya, terkejut bukan main. Ia terus melihat kearah dalam rumahnya, kemudian menutup pintunya agar Nathan tak melihat kejadian sehari-hari yang selalu ia dapatkan di rumahnya sendiri.
"Ta lo gak kenapa?," tanya Nathan yg melihat mata Shinta sembab.
Shinta tersenyum, menandakan bahwa ia baik-baik saja. Nathan mengangguk, tak berniat untuk mengetahui lebih jauh karena itu adalah sebuah privasi seseorang.
"Ini HP lo ketinggalan."
"Ah? Makasih." ucap Shinta lalu segera menutup pintu rumahnya.
Sejujurnya Nathan ingin menanyakan keadaan Shinta yang sebenarnya saat itu tetapi gengsinya terlalu tinggi. Nathan pun memilih untuk meninggalkan rumah Shinta dengan segala macam pikiran yabg berkecamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Best [✔️]
Teen Fiction~judul sebelumnya 'My Best Friend Boy'~ Ketika sepasang sahabat saling mencintai, perasaan di antara mereka menjadi di pertaruhkan. Shinta Nada dan Nathan Satria, rela mengorbankan perasaan mereka berdua hanya demi untuk kebahagiaan orangtua mereka...