018 - he will leave when you tell him to go

47 9 0
                                    

Setelah sekian lama Rama dan Shinta tak menghabiskan waktu berdua di antara hubungan kakak beradik mereka, kali ini Rama memilih pantai untuk tempat rehat sejenaknya, tempat dimana yang letaknya membawa kenyamanan tersendiri. Suara ombaknya, semilir anginnya, keindahannya, serta di temani oleh matahari yang terbenam cantik.

Cerita ini terlalu berpusat pada pantai, 'bukan?. Maaf, tetapi pantai adalah tempat yang membawa segala kenangan. Tempat dimana kita bisa menikmati zona nyaman, kemudian kembali lagi ke zona realita.

You're my everything. Lirik indah yang kini sedang Shinta dengar. Apakah ada seorang pun yang akan mengatakan kalimat 'Kamulah segalanya bagiku'— untuk gadis malang ini?.

Tidak perlu, aku adalah segalanya bagimu. Cukup hanya aku salah satu dari segalanya bagimu. Karena segalamu sejatinya bukanlah aku.

Kini Rama merangkul bahu sang kakak seraya menepuk-nepuk bahu kanan Shinta. Lelaki itu mencoba untuk selalu berada di sisi saudarinya, selama jaraknya kini masih berdekatan. Tetapi, lelaki itu tahu bahwa yang sangat Shinta perlukan kali ini bukan hanya dia, tetapi sosok pengisi harinya selama ini.

"Nikmati waktu lo berdua, gue mau jalan-jalan sama Mama." bisik Rama pada sang kakak ketika seorang lelaki baru saja datang menghampiri keduanya. Lalu Rama berlari meninggalkan Nanda dan Shinta berduaan di tepi pantai.

Nanda tersenyum hangat, sangat hangat. Sehangat senja yang tak pernah ingin ada seorang pun yang menangis di bawah sinarnya.

Lelaki itu merengkuh tubuh si gadis, sambil menepuk-nepuk punggungnya. "Bahu gue selalu siaga buat lo. Tapi gue gak akan siap jika gue adalah alasan lo untuk menangis." ucapnya terjeda. "Jadi, jika kita memang gak bisa bersatu, jangan jadikan gue alasan lo untuk menangis ya?." sambungnya.

Shinta tak menjawab segala ucapan yang di lontarkan Nanda padanya.

"Kalau takdir lo memang ada di Nathan, suatu saat nanti Tuhan pasti akan mempersatukan kalian berdua lagi. Jadi jangan sedih lagi ya?." Perkataan Nanda kali ini sukses membuat Shinta menangis. Ini bukan karena Nathan, tetapi karena Nanda yang berucap seakan-akan ia telah menyerah memperjuangkan Shinta.

"Kakak nyerah buat dapetin hati aku?," tanya Shinta.

Nanda menggeleng seraya menangkup kedua pipi gadis dengan mata sembabnya itu. "Gue gak menyerah, tapi mengalah. Mengalah pada takdir yang sudah Tuhan tulis untuk gue, lo, dan Nathan. Kalau gue berusaha dapetin hati lo, tapi rumah lo adalah Nathan, gue bisa apa?."

"Maaf kak," lirih Shinta seraya membenamkan wajahnya di dada bidang Nanda. Hari ini, tepat saat matahari terbenam, Shinta Nada Anggita telah mengecewakan satu hati.

Nanda memeluk erat gadis yang sangat ia cintai itu. "Udah gue bilang, jangan jadikan gue alasan untuk lo menangis."

"Shinta, apa boleh gue pamit?."

***

Kini Shinta sendiri. Sendirian dan hampa. Apa ia memang menyia-nyiakan sosok lelaki bernama Nanda itu?.
Penyesalan memang datang di akhir, apa yang harus ia lakukan?. Menghentikan Nanda dengan hati yang masih berlabuh pada Nathan?. Shinta rasa, ia sangatlah egois jika melakukan itu.

Rama kembali menghampiri sang kakak setelah ia mengantar sang ibu pulanh ke rumahnya. Rama diam-diam mengamati dari jauh, sedikit bingung ketika Nanda pergi begitu saja, sementara sang kakak yang hanya diam seperti batu menatap langkah Nanda yang semakin menjauh.

"Dia gak akan pergi sebelum lo yang nyuruh dia pergi, kak." ucap Rama membuat Shinta kembali meneteskan air matanya. "Jadi lo belum terlambat buat memperbaiki benang yang belum terlanjur kusut.."

"Di sini seakan-akan gue yang paling salah. Tapi kenyataannya lo juga punya cowok lain, Ta. " suara seorang lelaki menginterupsi percakapan di antara Rama dan Shinta.

"N-Nathan?.." lirih Shinta.

BUGHH!!!!

Rama melayangkan satu pukulannya tepat di pipi kiri Nathan. Iya, tempat dimana sesaat pipi kirinya pernah tertampar seseorang.
"Itu buat lo yang udah gagal nepatin janji lo buat gak ninggalin kakak gue demi orang lain. Bangsat."

Rama tertawa remeh. "Kalau lo milih orang lain karena cantik, kakak gue jauh lebih cantik. Setidaknya kalau lo udah milih cewek itu ketimbang kakak gue, lo gak berhak buat ikut campur masalah hatinya lagi." ucap lelaki itu kemudian menarik pergelangan tangan sang kakak untuk segera pergi meninggalkan Nathan dan Karlina di sana.

————————

Mungkin mengalah memang salah satu yang terpenting untuk masalah kali ini, agar tak ada yang merasa tersakiti.

Yang terjahat di sini memang hanyalah author. Maaf, tapi ini demi hati mereka.

Teruntuk Nanda, mungkin ia harus mulai untuk menata hatinya kembali?

Dear My Best [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang