020 - stadion

50 8 0
                                    

-Nathan pov.

Pagi-pagi buta gue udah bangun, masih buta banget mata gue gak bisa lihat apa-apa karena lampu kamar yang gue matikan semua. Bahkan sinar mentari masih enggan menampakkan sinarnya, tapi entah kenapa gue gak sabar buat menunggu fajar tiba.

Gue gak sabar banget nunggu matahari menyinari jagat raya ini, karena dengan itu gue bisa semakin cepat untuk datang ke sekolah. Alasan utama gue sekolah cuma karena Shinta, cuma Shinta. Gue emang murid gak guna, sekolah kalau ada maunya aja. Tapi dengan cara itu gue bisa selalu jagain Shinta walau dari jarak jauh.

Gue tahu, kalau gue emang egois. Gue emang gak pantes buat Shinta, tapi rasanya..gue gak bisa lepasin Shinta begitu saja.

Pernah terpikir, buat macarin keduanya. Iya keduanya, Karlin dan Shinta. Brengsek banget kan?
Karena itu, gue gak mau membrengsek buat Shinta.

Kalian semua tahu?, gue punya cukup alasan untuk melakukan ini semua..
Kita lihat nanti, gue yakin Tuhan pasti akan mengizinkan gue buat bersatu kembali bersama Shinta.

***

Persetan dengan panasnya api cemburu yang berusaha gue pendam, tapi apinya udah semakin membesar, sampai-sampai gak ada yang bisa memadamkannya, kecuali Shinta.

Tapi, dengan situasi kami yang seperti ini membuat gue harus mengalah. Mengalah bukan berarti kalah, gue cuma butuh waktu buat masalah di antara kami berdua.

Tunggu sebentar lagi ya Ta?, gue harap hati lo gak berpaling dari gue.
Tapi kalau Nanda udah menaklukkan hati lo, mungkin kita belum di takdirkan untuk bersama. Mungkin saja, besok atau tahun depan.

Jujur, gue ikut bahagia dengan senyum yang semakin berkembang di bibirnya. Walaupun itu memang bukan karena gue, yang jelas gue seneng banget karena senyumnya Shinta itu candu banget.

Coba kalian perhatikan gadis itu, mungkin kalian akan langsung menyukainya. Begitu juga dengan kalian para lelaki yang akan menjadi saingan gue.

Shinta, gadis yang kini letaknya terkhusus di hati gue, sejenak mungkin tergantikan oleh Karlina?.

Kini gue harus menahan diri buat gak marah, karena tepat di depan mata gue, dua orang sejoli lagi asik berbincang-bincang tanpa memperdulikan gue. Siapa lagi kalau bukan Shinta bersama- tunggu, kenapa Nanda ada di kelas gue?!.

Gue gak berhak marah, gue sadar diri, apa lagi semenjak kejadian di toko buku dan pantai kemarin benar-benar buat gue terlihat semakin bodoh.

Apa emang gue gak seharusnya memantaskan diri buat Shinta?, Apa gue harus ngerelain dia aja ya?.

Gue sadar jelas, perasaan gue terlalu labil untuk saat ini.

***

-Author pov.

Shinta sangat sadar, bahwa ada yang sedang memperhatikannya. Ia juga tahu siapa pelakunya, gadis itu memilih mengabaikannya dan fokus pada pilihannya sendiri.

Yap, Nanda bersungguh-sunggih tentang ucapannya kemarin yang Shinta anggap sebuah bentuk candaan. Lelaki dengan kegemaran langka itu benar-benar gila.

"Hobi gue udah ganti. Yang awalnya suka ngemil bebekuan, sekarang sukanya ngeliatin wajah pacar gue.." ucap lelaki itu membuat Shinta terkekeh geli.

"Kita belum pacaran kak."

"Trial aja gimana?."

"Gak." singkat Shinta membuat lelaki bernama Nanda itu kesal seraya mengerucutkan bibirnya, persis seperti angsa betina.

Shinta kembali terkekeh, tanpa sadar jari-jemarinya mengusap pelan surai lelaki yang tadinya sempat meminta Syera untuk bertukar tempat duduk dengannya. "Aku lebih suka liat kakak ngemut sosro beku dari pada nempelin aku kayak gini. Balik ke kelas kakak gih.." bujuk Shinta yang langsung di tolak mentah-mentah oleh Nanda.

Dear My Best [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang