007 - was revealed

92 14 3
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi, sementara bangku Shinta hari ini tak di tempati sang pemilik. Benar saja dugaan Nathan, bahwa gadis bermata cermelang itu tak akan pergi ke sekolah. Itu membuat Syera, Aryan, dan Nathan khawatir dengan kondisinya mengingat kemarin ia berperilaku aneh.

Syera menggigit ujung kukunya, menandakan bahwa ia sedang gugup dan dilanda kegelisahan. "Kayaknya memang ada sesuatu deh, yang kita gak tau selama ini.."

Aryan mengangguk. "Gue setuju, firasat gue gak enak." Aryan adalah tipe lelaki yang sedikit menggunakan firasat batinnya. Karena mengingat kekuatan batinnya yang sangat tinggi, beberapa kali dugaannya selalu benar.

"Shinta gak bales chat gue dari tadi." Sedari tadi Syera terus-terusan memeriksa HPnya. Terus memantau room chat- nya dengan Shinta.

"Gimana kalau kita kerumah Shinta nanti sore?," tanya Aryan.

"Boleh, gue tau rumah Shinta." jawab Nathan. Ia teringat sewaktu ia mengantarkan Shinta pulang, terdengar suara kegaduhan serta Shinta yang menemuinya di luar dengan mata sembabnya. Nathan menghela napasnya kasar seraya melirik Aryan dan Syera secara bergantian, kemudian menggeleng. "Kita harus pergi sekarang."

***

Langit sudah sore bahkan hampir gelap, rencana mereka yang awalnya untuk berangkat sepulang sekolah, gagal. Di sebabkan oleh Aryan yang tiba-tiba mengeluh sakit perut, dan harus mengunjungi dokter yang mengatakan bahwa Aryan memakan sebuah benda yang sulit di hancurkan.

"Lo ngapain makan kertas?," tanya Syera.

Aryan hanya cengengesan. "Pas ulangan, gue bawa contekan eh malah kepergok. Yaudah gue telen aja kertasnya biar gak ketahuan."

Mendengar pernyataan sesungguhnya dari Aryan, membuat Nathan dan Syera menyumpah serapahi temannya itu. Terlebih pada sang dokter yang hanya bisa mengelus dadanya pasrah, tak menyangka akan mendapatkan seorang pasien yang modelannya seperti ini.

Lanjut di sisi lain, ketika Nathan, Aryan, dan Syera berangkat bersama-sama ke rumah Shinta menggunakan mobil yang di kendarai oleh Nathan.

"Aduh macet banget." Nathan memukul stir mobilnya. Berusaha sabar dan mencari cara untuk segera sampai di lokasi tujuan.

Sekitar setengah jam mereka melewati kemacetan ibu kota,Aryan dan Syera melongo dengan penampakan rumah mewah namun terkesan kosong, sepi, dan hampa.

"Ayo turun, jangan ribut kita perlahan deketin rumah Shinta." ucap Nathan yang di setujui oleh Aryan dan Syera.

Tak lama, terdengar suara kegaduhan dari dalam rumah, yang berbeda kini lebih terdengar keras, sampai-sampai mengundang perhatian dari warga setempat. Namun tak ada yang berani memantau ke dalam rumah, mereka hanya berani memantau dari luar gerbang rumah Shinta.

"Ini ada apa ya bu?," tanya Aryan pada sekumpulan ibu-ibu yang sedang menggosip.

"Ah, keributan dari rumah itu semakin menjadi-jadi. Saya kasihan sama anaknya, si...Shinta. Sekalinya keluar rumah, wajahnya selalu gak pernah bahagia. Orang tuanya apa gak mikirin perasaan anaknya ya," ucap ibu-ibu itu.

"Ih bapaknya tuh tukang mabuk!" sahut ibu-ibu lainnya.

"Ih masa jeng?, bukan. Katanya sih Mamanya si Shinta yang suka main cowok. Tapi ada juga yang bilang kalau Papanya suka KDRT!."

Aryan yang mulai ikut penasaran dengan gosip panas, hendak ikut menimbrung bersama para ibu-ibu tukang gosip. Tetapi apa daya ketika kerah bajunya di tarik paksa oleh si preman pasar bernama Syera Saputri.

"Gue doain kertas lo nyangkut terus gak keluar-keluar mau?." ancam Syera membuat nyali Aryan menciut ketika sisi preman pasar Syera keluar.

Nathan, Aryan, dan Syera nekat mengintip dari balik jendela. Syera sedikit berjinjit, ia menutup mulutnya tak menyangka ketika kesia matanya melihat jelas bahwa Shinta bertengkar hebat dengan seorang lelaki yang ia duga pasti Papanya.

Aryanjing terlalu ceroboh, sehingga ia menimbulkan suara yang membuat Papa Shinta hampir memergoki mereka.

"SIAPA DILUAR!!" teriak Papa Shinta.

"Sembunyi-sembunyi!" bisik Syera.

Para warga ikut bersembunyi ketika melihat si tuan rumah berjalan mengeluari rumahnya.

Ada untungnya mereka dahulu pernah memainkan permainan petak umpet. Terutama si Aryan ganteng, saking pandainya bersembunyi sampai-sampai orang tua Aryan pernah mengira bahwa anak tampannya itu di culik setan.

Syera mengisyaratkan pada seorang warga untuk menelpon pihak kepolisian.

Dengan perlahan Nathan, Aryan, dan Syera memasuki rumah Shinta dan melihat teman mereka sudah tersungkur ke lantai serta Mira yang susah payah membantu sang anak untuk berdiri.

Nathan dan Aryan berusaha melawan Papa Shinta, sementara Syera memeluk erat tubuh dua perempuan yang kini sedang lemah.

Nathan dan Aryan sempat berhasil mengalahkan Papa Shinta yang sangat kiat berkat badan dan otot-ototnya yang besar. Hingga Papa Shinta meraih sebuah pisau yang kebetulan letaknya tak berjauhan darinya. Hampir saja mengenai perut Nathan jika Shinta tak segera menepisnya.

Saat itu para polisi datang tepat waktu, merekapun dengan sigap memborgol kedua tangan Papa Shinta lalu membawanya ke kantor polisi untuk di tindak lanjuti.

Mira dan Shinta sedikit merasa tenang di saat polisi berhasil membawa Papanya, pergi meninggalkan kediaman rumah.

Shinta bernapas lega, akhirnya keinginannya tercapai. Iya, silahkan berucap bahwa Shinta adalah anak durhaka. Tetapi itulah yang terbaik untuk semuanya.

Mira jatuh pingsan dan segera di bawa ke Rumah Sakit.

Dear My Best [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang