"Sepet amat muka lo kak, kak Nanda buat ulah?," tanya Rama setelah melihat sang kakak berjalan memasuki rumah sambil menghentak-hentakkan kakinya, pertanda bahwa gadis itu sedang sangat kesal. Sementara Shinta melirik sinis adik lelakinya itu.
"Permisi, paket!." teriak seorang kurir di depan rumah. Shinta segera berlari menuju arah pintu luar rumah seraya menerima sebuah bucket bunga seruni bermacam warna.
Shinta tersenyum manis ketika ia mengetahui jumlah arti dua puluh empat tangkai bunga yang lebih sering di sebut bunga krisan itu.
Suasana hatinya kini pulih, berkat bunga yang mungkin di kirimkan oleh lelaki bernama Nanda itu. Shinta segera mengabari kakak tingkatnya seraya berterima kasih atas pemberiannya yang sangat indah.
"Tapi itu bukan dari gue Shin. Gue gak suka ngirim sesuatu lewat kurir.." ucap Nanda di seberang sana. Shinta mengerutkan keningnya, merasa aneh. Jika di pikir-pikir, dari mana lelaki itu mengetahui bunga kesukaannya?.
Apa bila itu memang bukan dari Nanda, lalu dari siapa?."Perasaan yang tau gue suka bunga ini cuma gue dan— Dirgan?.." gumam gadis itu lali kembali membuang pikiran tentang teman di masa lalunya itu. "Gak mungkin.."
Shinta memutuskan untuk tak ambil pusing, lalu menaruhnya tepat di atas vas bunga berisikan air di dalamnya.
***
"Gue udah izin buat bawa anak gadis tersayangnya tante Mira jalan-jalan. Gak usah mandi, lo bulukan aja tetep gue suka kok.." ucap Nanda yang tiba-tiba sudah berada di dalam rumah Shinta.
Shinta yang benar-benar masih kesal dengan lelaki itu harus terpaksa kembali memasuki kamarnya untuk bersiap-siap. Entahlah kemana kali ini akan lelaki itu bawa, Shinta hanya mengikutinya saja."Ini tempat dimana lo bisa lihat indahnya ibu kota di malam hari, gue yakin lo pasti suka," ucap Nanda kemudian menarik tangan sang gadis untuk memasuki sebuah cafe yang letaknya sudah bertahun-tahun lamanya. Kenang, nama cafe itu terlihat sederhana dan gampang diingat.
Hal pertama yang Shinta tangkap mengenai interior desain dalam cafe itu, klasik. Cukup sederhana, dan Shinta sangat menyukainya.
Di tambah ketika Nanda membawanya ke lantai paling atas, yang langsung di hadapkan oleh keadaan ibu kota di malam hari yang tampak sempurna ini. Lampu-lampu yang menyinari setiap gedung, tampak terlihat indah jika di lihat dari atas sini. Serta gemerlap gemintang yang melukis indah langit malam, tak lupa dengan sang bulan yang hari ini bertepatan dengan fase yang di mana Purnacandra menampakkan sinarnya lebih terang.Shinta tak bisa berkata-kata lagi, sang Purnacandra tak pernah bermain-main dengan kecantikannya yang paripurna.
Nanda, lelaki itu lebih tertarik jika kedua netranya terpaku menatap wajah paripurna gadis di depannya itu, karena selain bulan ternyata ada yang tak kalah indah rupanya di bumi ini.
"Shin, kalau gue bukan rumah lo gimana?," tanya Nanda membuat Shinta tersadar dari lamunannya.
Gadis itu tersenyum simpul, telapak tangannya bergerak untuk menangkup pipi lelaki di depannya. "Kakak ragu sama aku?," tanya balik Shinta membuat lidah Nanda menjadi kelu.
"Maaf, buat memaksa kakak untuk tetap bertahan disini." lanjut Shinta.
Nanda mengusap lembut telapak tangan sang pujaan hati, lelaki itu tersenyum, sangat manis seperti tak ada beban yang ia pendam. "Gue pergi, kalau lo yang suruh gue pergi.."
Hening, tak ada yang kembali melontarkan isi hati mereka masing-masing, Nanda dan Shinta hanya saling beradu tatap.
"Kakak mimisan.." pekik Shinta ketika melihat darah segar mengalir keluar dari hidung Nanda. "Kakak sakit?."
Nanda tak menjawab, dan memilih berlari keluar meninggalkan Shinta sendirian. Gadis itu hendak menyusul, tetapi satu notif membuat niat terdalamnya pupus.
"Gue gak kenapa, cuma kecapekan habis main basket panas-panasan."
Satu baris pesan yang Nanda kirim pada Shinta, membuat kepanikannya mereda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Best [✔️]
Teen Fiction~judul sebelumnya 'My Best Friend Boy'~ Ketika sepasang sahabat saling mencintai, perasaan di antara mereka menjadi di pertaruhkan. Shinta Nada dan Nathan Satria, rela mengorbankan perasaan mereka berdua hanya demi untuk kebahagiaan orangtua mereka...