Sesuai dengan percakapan Nanda dan Shinta tadi pagi di sekolah, mereka memutuskan untuk tetap berdiam diri di dalam rumah.
Di tambahnya cuaca yang terlalu panas membuat Shinta enggan untuk sekedar beranjak dari kasurnya.Sedari tadi, gadis itu terus menunggu notifikasi dari Nanda, tetapi sudah hampir sore lelaki itu belum juga menghubunginya.
"Tumbenan banget, apa lagi beli sosro beku ya?." gumam gadis itu, kemudian memilih untuk mengabaikannya.
TING NONG!!!
Suara bel rumah yang menandakan bahwa seseorang bertamu ke rumahnya. Dengan susah paya Shinta harus turun dari kasurnya yang nyaman untuk membukakan pintu untuk si persetan yang menganggu hobinya.
"Rumah gede isinya tiga orang, itu pun gue suka sendirian." omel Shinta, secara ia sangat kesal dengan rumah yang terlalu besar untuk di huni tiga orang.
Gadis itu membuka pintu rumahnya lalu terpekik kaget ketika melihat siapa tamunya kali ini.
"Lo gak kangen sama gue?," ucap lelaki itu dengan gampangnya.
Shinta berdecih. "Gue gak mau jadi orang ketiga di antara lo dan Karlin," jawab gadis itu seraya hendak menutup kembali pintu rumahnya, tetapi tangan Nathan jauh lebih dulu mencegahnya.
"Dengerin penjelasan gue dulu, Ta.." lirih Nathan. Tetapi Shinta benar-benar mencoba untuk tak peduli dengan lelaki itu. Shinta segera menutup pintu rumahnya lalu menguncinya.
"Shin, gue taruh bunga krisannya di meja ya. Tolong di terima, jangan di buang karena bunga itu terlalu cantik untuk di jadikan sampah." teriak Nathan sebelum melangkah pergi meninggalkan area pekarangan rumah Shinta.
***
Sudah hampir subuh, Shinta masih mencoba untuk tetap memantau layar ponselnya.
Entahlah, perasaannya mengatakan bahwa Nanda sedang tidak baik-baik saja.
Jika kalian bertanya, apakah perasaan Shinta sudah sepenuhnya untuk Nanda, jawabannya ia masih tak tahu. Tetapi yang jelas, Shinta sangat mengkhawatirkan lelaki penyuka bebekuan itu.Terpantau, Shinta hanya dapat tidur setengah jam sebelum ia harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Lingkaran hitam yang terlihat jelas di kedua matanya, mengharuskannya untuk memanfaatkan beberapa alat makeup miliknya untuk menutupi mata pandangan itu.
Shinta segera berlari sekuat tenaga memasuki sekolahnya, setelah lima belas menit lamanya ia di perjalanan menuju sekolah tadi.
Biasanya di jam seperti ini, Nanda sudah berada di dalam sekolah dengan bola basket yang selalu berada di tangannya.
Gadis itu segera mencari tahu tentang Nanda, tetapi hasilnya nihil.Shinta tak ambil pusing, kemudian berjalan memasuki kelasnya. Mungkin kak Nanda sedang beli susu beku di luar sekolah, pikirnya.
"Shinta!," teriak seseorang yang sudah jelas itu suara dari Nathan seorang.
Shinta menghela napasnya pasrah. "Lo ngapain sih manggil gue terus?, urus pacar lo." ucap gadis itu seraya hendak meninggalkan Nathan.
"Gue mau jujur, lo denger penjelasan dari gue tentang masalah kita, Shinta."
"Masalah yang mana?, gue gak ngerasa punya urusan sama lo. Jadi jangan ganggu gue lagi..." pungkas Shinta kemudian memasuki kelasnya.
Syera yang menyaksikan perdebatan singkat Nathan dan Shinta, segera mengekori sahabatnya itu.
Syera menghela napasnya kasar seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Lo urus deh si Nathan, biar gue yang urus Shinta." ucap gadis itu pada Aryan.Memang tak pernah ada titik di setiap ujungnya. Selalu saja terhalangi.
Syera sebenarnya lelah dengan perdebatan yang ia kira hanya berada di dunia sinetron, ternyata juga ada di dunia realita.
Demi sahabatnya, ia akan melewati dunia tipu-tipu ini.Aryan menepuk bahu kanan Nathan beberapa kali. "Ikut gue, kita omongin dengan cara lelaki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Best [✔️]
Jugendliteratur~judul sebelumnya 'My Best Friend Boy'~ Ketika sepasang sahabat saling mencintai, perasaan di antara mereka menjadi di pertaruhkan. Shinta Nada dan Nathan Satria, rela mengorbankan perasaan mereka berdua hanya demi untuk kebahagiaan orangtua mereka...