026 - of no use

44 8 0
                                    

Hari ini, tepat saat ini.
Apakah akan kembali kelabu?

.
.
.

Di balik langit hitam tanpa bintang, ia menyimpan beban yang tak ia tunjukkan oleh para penghuni bumi. Sebab, ia tahu bahwa beberapa makhluk bumi mungkin tak mengharapkan kedatangan sang mendung.

Langit mendung, belum tentu ia menurunkan presipitasi berbentuk cairan itu. Tetapi petang ini, sang langit tak pernah mengecewakan.

Para binatang malam bersenandung, sementara batinnya bersenandika. Seraya memandang deretan susunan potret indah yang terpajang rapi di atas nakas, pikirannya tampak rancu.

Ia kembali bersandar pada dinding kamarnya yang keras nan dingin, menyamankan diri seakan-akan alibinya sedang berada di atas kasur yang nyaman.

Seorang dara kembali menerka-nerka, terlalu banyak pertanyaan sampai-sampai ia terperangkap dalam intuisinya.

Seseorang berusaha merusak konsentrasinya, ketika ia mencoba untuk berkutik dengan bukunya namun tetap berakhir wacana.

"MAKAN ATAU GUE ANGKUT SEMUA?," teriak sang adik yang suaranya terdengar jelas sampai kamar Shinta. Gadis itu segera berjalan menuruni anak tangga, menuju lantai bawah.

Shinta terkekeh kecil ketika adik satu-satunya dilanda kegusaran berkat sang kakak yang tak kunjung keluar dari kamarnya tadi. "Gue tadi belajar dik," ucap gadis itu seakan-akan tahu apa yang ada dalam pemikiran Rama. Sementara Rama memutar bola matanya malas seraya mengisyaratkan sang kakak untuk menduduki kursi yang letaknya berseberangan dengannya.

Rama menelisik setiap inci kakaknya. Merasa aneh dengan gelagat Shinta. "Kenapa kak?." Shinta menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti maksud saudaranya itu. "Harusnya gue yang nanya gitu, bodo." Kemudian Rama menggeleng seraya menghela napasnya.

"Mama, gak mau nikah lagi?. Gak capek ngejanda?," kelakar Rama seraya menyendokkan sesendok nasi ke mulutnya.

Shinta menendang kaki sang adik. "Apaan sih lo tuyul."

Mira mengangguk. "Iya, Mama berniat mau nikah. Kalian setuju kan?, besok kita akan bertemu dengan calon Papa kalian.."

Rama menyembur nasinya, sementara Shinta tersedak minumannya sendiri. Kedua bersaudara itu saling menatap satu sama lain kemudian menatap sang Ibu. "Kok Mama gak bilang kalau kita mau punya Papa baru?!."

"Iya kan ini udah bilang, pas banget tadi Rama ngungkit, ya sudah."

Rama menggeleng. "Maksud aku, kenapa aku gak tau kalau Mama punya pacar?."

Mira tersenyum. "Mama gak mau bilang, karena awalnya Mama kira hubungan ini gak perlu terlalu di seriuskan. Tapi ternyata kami memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, makanya Mama kasi tau sekarang. Kalian ketemu dulu aja, tapi kalau kalian emang gak setuju, Mama batalkan lamaran dia.."

Shinta menatap kesal sang adik. "Lo sih," bisik gadis itu kemudian kembali melanjutkan makan malamnya itu.
Kedua kakak beradik itu tak ada alasan untuk melarang sang ibu untuk menikah kembali, karena yang terpenting adalah Mama mereka bahagia.

Setelah acara rutinitas mereka selesai, Shinta segera beranjak dari duduknya untuk kembali memasuki kamarnya, diikuti dengan Rama yang juga ikut masuk ke kamar sang kakak.

Dear My Best [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang