005 - my mood and my cooking

100 16 0
                                    

Hari ini Shinta datang lebih awal ke sekolah, karena ia sengaja datang lebih awal supaya tak mendengar perdebatan orang tuanya lagi di pagi hari. Ia terlalu bosan. Tidak, ia terlalu lelah. Hingga matanya kering karena terlalu sering meneteskan air mata.

Shinta mengeluarkan buku diary nya sambil mendengarkan sebuah lagu menyesuaikan dengan suasana hatinya.

"Dear diary, kapan semua ini berlalu?. Boleh gak sih gue iri sama orang-orang yang selalu dapet perhatian orang tua mereka?. Kapan gue bisa dapet ketenangan dirumah?. Gue capek, gue gak punya tujuan, tujuan hidup salah satunya. Gue harus kemana?."

Tulis Shinta tanpa sadar setetes air mata perlahan jatuh membasahi pipinya merah meronanya.

"Shinta, Lo nangis?." tanya Nathan yang baru saja memasuki kelas dan memergoki seorang gadis yang ia kenal sedang menangis di pagi hari yang bahkan matahari pun masih malu-malu menampakkan sinarnya.

"Kok lo bisa disini?." Shinta mengusap cepat pipinya yang sudah terlanjur basah. "Anjir atap kelas bocor ya?, airnya netes-netes." sambungnya kembali, sambil melihat langit-langit kelas. Sebuah elakan yang sangat tak masuk akal, karena atap seluruh sekolah baru saja di perbaiki, dan sedang tidak ada hujan yang mengguyur semesta.

Nathan hanya menghela napasnya melihat tanggapan gadis itu. "ini kan kelas gue, masa gue gak boleh ke kelas ini," ucap Nathan seraya melempar tasnya dari jarak satu meter keatas meja. Langkahnya berbalik hendak mengeluari kelas, tetapi satu panggilan membuat langkahnya terhenti.

"Than, lo udah sarapan?. Gue bawa nasi goreng buatan gue sendiri kebetulan sendoknya ada dua gak tau kenapa gue masukin dua sendok." tawar Shinta seraya terkekeh.

Nathan hanya menganggukkan kepalanya. Menerima tawaran baik dari seseorang bukanlah perkara yang buruk. Ibunya juga pernah berpesan untuk selalu menghargai orang lain, tanpa memandang tinggi rendah mereka.

"Lo suka banget ya ngangguk-ngangguk gitu?. Bosen ngomong ya?." Shinta membuka kotak nasinya, sambil sesekali tertawa kecil.

Nathan mencicipi nasi goreng Shinta. "Masakan lo enak." ucap Nathan. Itu bukan mengada-ada, tapi memang benar adanya. Masakan Shinta memang seenak itu.

Sementara Shinta yang mendengar pujian dari teman lelakinya itu hanya tertkekeh geli seraya menyelipkan rambutnya di belakang telinga. "Habisin aja.."

"Gak, lo juga harus cobain. Enak banget sumpah, nih coba deh." ucap Nathan sambil menyuapkan sesendok nasi goreng kepada Shinta.

"Biasa aja, lo lebay banget." ucap Shinta sambil meremehkan masakan yg ia buat.

"Dih, masakan sendiri ga dianggep. Yaudah gue habisin ya!"

***

Pelajaran jam ke empat pun selesai, para murid-murid sudah mulai berkeliaran mengeluarkan kelas. Mereka tak peduli dengan bell yang belum berbunyi, karena bagi mereka sama saja.

"Gue nitip telur gulung aja ya.." ucap Shinta yang langsung mendapatkan anggukan dari kedua sahabatnya.
Syera dan Aryanpun pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Sesekali mereka saling menggosip tentang Shinta yang semenjak mengenal Nathan, tak pernah lagi sekedar menongkrong di kantin.

"Mereka udan kenal terus di jodohin kali sama orang tuanya.." bisik Aryan.

"Lo kira jaman siti nurbaya pake jodoh-jodohan. Pekok amat," jawab Syera seraya menoyor kepala Aryan gemas.

***

"Shinta, anterin gue jalan-jalan sekitar sekolah mau gak?, dan gue kebetulan pingin ke ruang musik." ajak Nathan. Shinta tersenyum manis. "Yaudah ayo."

Sudah lima belas menit mereka berdua berkeliling mengitari isi sekolah, terakhir mereka mengunjungi ruang musik. Ruang yang menjadi tempat favorite bagi Shinta. Tempat dimana, hanya musik yang dapat menghibur dan menenangkannya selain hujan.

"Gue paling suka ruangan ini," ucap Shinta sambil meraba piano yg ada di sampingnya kemudian menduduki kursi lalu mengalunkan nada piano dengan menimbulkan suara yang indah.

Nathan tersenyum, hangat. Hatinya menghangat, gadis itu memang selalu menjadi penghangatnya,dari awal mereka bertemu.

Nathan mulai mengeluarkan buku sketsanya, mulai melukis dengan Shinta sebagai objeknya.

"Than, balik ke kelas yuk." ucap Shinta secara tiba-tiba, membuat Nathan terkejut yang sedang fokus melukis sambil menikmati nada piano. Nathan menaikkan sebelah alisnya, tak mengerti dengan gadis susah di tebak itu.

Shinta berlari keluar ruang musik ke kelasnya kemudian menenggelamkan wajahnya di tumpukan tangannyam Syera dan Aryan heran melihat Shinta yang tidak seperti biasanya.

"Shin lo kenapa?," tanya Syera khawatir.

"Nanti kalau ditanya guru, bilangin gue sakit ya. Gue ada di UKS," jawab Shinta kemudian beranjak dari duduknya sambil menenteng jaket.

"Shin-"

"Woy, lo apain temen gue?!." Aryan mencengkeram kerah baju Nathan.

"Bukan salah siapa-siapa kok, gue ke UKS sebentar ya. Gue lagi gak enak badan." ucap Shinta lalu pergi menuju UKS.

Nathan segera menghempas tangan Aryan dari kerah bajunya. "Jadi orang jangan asal tuduh."

Dear My Best [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang