017 - for whom does your heart anchor?

46 8 0
                                    

"Siapa tadi Shin?," tanya Syera yang sedari tadi melihat Shinta sedang bertelponan dengan seseorang.

Shinta menatap ke asal suara. "Rama, adik gue."

"Kok lo gak pernah cerita kalau punya adik?," tanya Aryan.

Shinta sedikit berpikir. "Eum, iya karena selama ini Rama di luar negeri. Supaya gak ada yang tau bahwa orang tua gue sebenernya punya dua anak, lo tau kan Papa gue gimana. Ya jadi selama ini, Mama menyembunyikan Rama..."

Aryan dan Syera mengangguk. Kemudian kembali berpikir keras tentang Rama yang notabenenya adik Shinta. Tapi kenapa Rama kuliah?, bukannya seharusnya masih duduk di bangku SMA?.

Shinta yang mengerti raut wajah kebingungan teman-temannya itu pun, terkekeh kecil. "Rama loncat kelas, dia memang lebih pintar ketimbang kakaknya.."

Tak lama kemudian, terdengar suara bel rumah menginterupsi percakaoan mereka bertiga. Shinta memilih beranjak untuk membuka pintu rumah Syera, hendak melihat siapa gerangan yang datang.

"KEJUTAN!." teriak seorang lelaki yang amat sangat Shinta rindukan kehadirannya.

Benar-benar tak menyangka, bahwa adik kesayangannya kini tepat berada di depannya.

"Rama..." lirih Shinta.

***

"Permisi!!" teriak seseorang yang sudah membuka lebar-lebar pintu rumah Syera. Terlihat seorang gadis membawa panci di tangannya serta spatula. "Oalah, rame betul. Saya kira ada maling, soalnya pintu rumahnya kebuka setengah."

"Lho, Martha?. Ngapain kamu kesini?," Syera terkejut ketika yang datang itu adalah tetangga samping rumahnya.

"Saya?, ah iya. Ini Mamaknya Martha nyuruh kembaliin panci sama cabe, soalnya kemarin Martha sempet metik cabe di pohonnya kak Syera."

Syera mengangguk paham, sedikit terkekh geli.

"Eh, mas ganteng tujuannya kesini toh?.  Eh bule ya?, what's yor—nim?," tanya Martha membuat Rama tertawa.

"Gue orang Indo kali," jawab Rama.

"Ya ampun, maaf ya mas. Tadi sempet saya ajak ngomong pake bahasa isyarat kaga ngarti yaudah saya coba make bahasa kampung saya ternyata nambah ga ngerti juga.." ucap Martha yang di angguki Rama. "Iya gak kenapa, makasih ya.."

"Ya sudah, Martha balik dulu. Anjingnya Martha belum mandi.." ucapnya kemudian berlari keluar menuju rumahnya.

Sementara Syera hanya berdecak kecil melihat kelakuan tetangganya yang usianya di bawah Syera. "By the way, yang dia maksud itu ayamnya.."

"Jadi, ayamnya itu anjing?"

"Bukan, ayam itu peliharaannya, kalau anjing itu nama ayamnya." jelas Syera.

"Apaan sih?, lama-lama gue jadiin rendang juga tuh si anjing." geram Aryan.

"Ayam.."

"Iya, maksud gue namanya si ayam kan anjing.."

"..."

Sudahlah, tidak akan ada habis-habisnya jika permasalahan ini terus di lanjutkan. Mereka bertiga memilih untuk mengubah pembicaraan mereka menjadi hal yang awalnya memang mereka ingin bicarakan.

"Kalau kakak tanya, kenapa Rama ada di sini. Itu karena Mama yang ngasi tau, kalau kak Shinta ada di rumah ini.." ucap Rama yang di angguki oleh Shinta.

"Dia—siapa sih kak?," tanya Rama kembali kepada kedua teman kakaknya.

"Namanya Nathan, dia berhasil buat kakak lo ini jatuh cinta. Lebih tepatnya, mungkin ada dua orang yang ada di hatinya sekarang," ucap Syera.

"Tapi yang jelas, Nathan dan Nanda sama-sama pernah berjuang untuk mendapatkan hati Shinta.." kali ini Aryan yang berbicara.

Syera menghela napasnya pelan. "Kayaknya, Nathan ngelakuin sesuatu diam-diam deh.."

"Diam-diam membawa belati.." sahut Aryan.

Syera memukul lengan teman lelakinya itu. "Ah sembarangan mulu lambe turah."

Rama memijit pangkal hidungnya, kemudian menatap lekat-lekat sang kakak yang kini hanya mampu terdiam di sampingnya. "Coba jujur, tanya hati lo sendiri kak. Hati lo ini sejatinya berlabuh di pelabuhan mana?."

"Gue rasa perasaan lo itu, belum sepenuhnya buat Nathan. Jika lo merasa di kecewakan, maka pilih salah satunya, agar yang lainnya tak ikut di kecewakan." sambung Rama.

Dear My Best [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang